Apakah kamu member?

INSPIRASI TIM MONITORING ORANGUTAN

Visi dan misi Yayasan BOS untuk menyelamatkan orangutan dan habitatnya sangat bergantung pada upaya dan komitmen dari tim kami. Di belakang layar, ada orang-orang berdedikasi yang berkarya untuk Yayasan BOS dan dipuji sebagai inspirasi oleh rekan-rekan mereka.
 

Purnomo, Inspirator Camp Totat Jalu
Lahir di Demak, Jawa Tengah, pada 7 September 1987, Purnomo, disapa Pur oleh teman-temannya, merantau ke Kalimantan untuk tinggal dengan kerabatnya dan mencari pekerjaan untuk memperbaiki situasi ekonomi keluarganya. Putra kelima dari tujuh bersaudara pasangan (alm.) Kasmun dan Sarmonah ini kemudian bekerja sebagai penjaga toko dan berjualan kain keliling dari desa ke desa di wilayah Muara Joloi.

Di sana ia sering bertemu dan akhirnya ngobrol dengan Tim Nyaru Menteng, yang pada saat itu sedang dalam perjalanan ke ke Hutan Lindung Bukit Batikap. Pur yang makin lama makin tertarik dengan aktivitas Yayasan BOS ini pun suatu hari memutuskan untuk melamar pekerjaan.

Pur mulai bekerja di Yayasan BOS di Nyaru Menteng pada tahun 2008 sebagai tenaga harian. Etos kerjanya yang besar membuat ia dipercaya sebagai teknisi monitoring di Camp Rekut, Sungai Busang, Muara Joloi hingga tahun 2011. Tahun 2012 Pur dipindahtugaskan ke Camp Totat Jalu, Hutan Lindung Bukit Batikap dan sejak saat itu Pur langsung aktif terlibat dalam kegiatan pelepasliaran orangutan Yayasan BOS di Kalimantan Tengah.

Kini sudah 6 tahun Pur bergabung dengan Yayasan BOS. Meski menamatkan pendidikan formalnya hanya sampai SMP, Pur kini menjabat sebagai Asisten Post Release Monitoring di Camp Totat Jalu. Portofolionya kini mencakup pengetahuan yang luas di bidang kehutanan, teknik monitoring orangutan dengan radio tracking, pengumpulan data perilaku orangutan, fenologi, survey sarang, dan pembuatan transek. Pur juga belajar keterampilan navigasi darat, penggunaaan Global Positioning System (GPS) serta pengolahan sample laboratorium sederhana dengan cara mengamati dan bertanya kepada para peneliti dan Tim Nyaru Menteng yang bertugas  di Camp Totat Jalu.

Dengan pengetahuan dan kemampuannya, Pur tidak pernah menyimpannya untuk diri sendiri. Pur bersedia berbagi ilmu dengan rekan-rekannya, yang membuatnya dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan disegani oleh tim. Dia adalah inspirasi dan motivasi bagi semua orang yang mengenalnya, terutama di Camp Totat Jalu, untuk bekerja dan belajar lebih keras lagi. Dia menunjukkan bahwa pendidikan formal yang terbatas bukanlah penghalang selama orang memiliki kemauan untuk maju.
 

Agus, Teknisi Favorit Camp 103
Menikahi Siti Imronah pada 2010 dan dikarunia seorang putra, Agus Purniawan bertekad untuk bekerja secara mandiri demi menghidupi keluarganya, meski ia harus meninggalkan mereka untuk sebuah pekerjaan yang tidak biasa ia lakukan. Ketika seorang kerabatnya yang sudah lebih dulu bergabung di Program Restorasi Habitat Orangutan (RHO) Yayasan BOS di camp Hutan Kehje Sewen bercerita tentang pekerjaan memantau orangutan, Agus pun tertarik untuk bergabung.

Pria kelahiran Kendal, Jawa Tengah, 6 Juni 1990 ini harus bernegosiasi dengan istrinya, kedua orangtua dan mertuanya ketika ia mengutarakan niatnya. Orangtua dan mertuanya selama ini bersedia membantu keluarga muda Agus dan Siti, namun Agus tegas dengan keputusannya bahwa ia akan mendukung keluarganya secara mandiri dan tidak tergantung pada orang lain. Agus memang dikenal sebagai sosok yang mandiri dan pekerja keras.

Dibantu pamannya yang sudah lebih dulu bekerja di Program RHO itu, Agus akhirnya berhasil meyakinkan keluarganya. Dia resmi bergabung dengan Program RHO pada September 9, 2012 sebagai teknisi monitoring orangutan di Camp 103, Hutan Kehje Sewen.


Inspirasi Tim Monitoring Orangutan (Kredit foto: BOSF 2014)

Inspirasi Tim Monitoring Orangutan (Kredit foto: BOSF 2014)

Inspirasi Tim Monitoring Orangutan (Kredit foto: BOSF 2014)

Inspirasi Tim Monitoring Orangutan (Kredit foto: BOSF 2014)

Namun mendukung perekonomian keluarganya bukanlah satu-satunya motivasi Agus ketika ia memutuskan untuk merantau jauh ke lain pulau di Indonesia ini. Ketertarikan Agus terhadap kehidupan alam liar berkembang dari pamannya. “Saat saya mendengar cerita dari Pak Lik (Bahasa Jawa = paman), saya penasaran sekali bagaimana pekerjaan mengikuti orangutan di hutan itu.” Agus mengakui bahwa bergabung di RHO telah memberinya kebanggaan tersendiri. Meskipun pekerjaannya terdengar tidak lazim bagi kebanyakan orang, Agus merasa ini sebuah kehormatan dan pekerjaan yang mulia dapat mengembalikan orangutan ke habitat alaminya.

Lulus dari SMA, Agus tidak memiliki latar belakang akademis yang sesuai dengan bidang pekerjaannya di RHO. Namun berkat ketekunannya dalam belajar, Agus kini menguasai teknik monitoring orangutan dengan radio tracking, survey fenologi, penggunaan GPS dan kompas, bahkan terampil mengenali pohon pakan orangutan dengan nama latinnya.

Di Camp 103 Kehje Sewen, oleh rekan-rekannya Agus dikenal sebagai sosok pekerja keras dan rendah hati. Meskipun memiliki kelebihan, Agus tidak pernah pelit berbagi ilmu dan pengalamannya kepada para rekan kerjanya. Oleh karena itu Agus yang sudah memiliki pengalaman ekspedisi di wilayah selatan Hutan Kehje Sewen ini terpilih sebagai teknisi terbaik dan teknisi favorit Camp 103 Kehje Sewen Tahun 2013.




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup