Yayasan BOS (Borneo Orangutan Survival Foundation), peraih World Branding Award untuk Animalis Edition tahun 2017 lalu, bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), dan USAID LESTARI, melaksanakan pelepasliaran orangutan yang ke-11 di TNBBBR.
Setelah bulan lalu sukses melepasliarkan 13 orangutan, kembali hari ini Pusat Rehabilitasi Orangutan Yayasan BOS di Nyaru Menteng akan melepasliarkan 10 orangutan ke hutan alami di TNBBBR, Kabupaten Katingan. Pelepasliaran ini akan menambah populasi orangutan hasil rehabilitasi yang dilepasliarkan di TNBBBR menjadi 102, sejak pelepasliaran orangutan pertama kali dilaksanakan 2 tahun lalu, di bulan Agustus 2016.
Kesepuluh orangutan yang akan dilepasliarkan kali ini terdiri dari 3 jantan dan 7 betina dalam rentang usia 13-16 tahun. Mereka akan dibawa dalam perjalanan menempuh jalur darat dan sungai yang memakan waktu kurang lebih 10-12 jam dari Nyaru Menteng ke titik-titik yang telah ditentukan di TNBBBR.
IR. WIRATNO, MSC., Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup (KSDAE-KLHK) yang diwakili oleh Ir. Puja Utama, M.Sc Kepala Subdit Pengawetan Jenis, mengatakan, «Pelestarian satwa dapat berhasil apabila semua pihak bekerja bersama. Data dari Ditjen KSDAE memperlihatkan lebih dari 50% populasi satwa tidak berada di dalam kawasan konservasi tapi berada di kawasan hutan produksi, hutan lindung bahkan di Areal Penggunaan Lain (APL). Sehingga upaya perlindungan terhadap kelestarian satwa ini menjadi sangat penting untuk dilaksanakan oleh berbagai pemangku kepentingan seperti pelaku bisnis, Pemerintah Daerah, LSM dan Masyarakat Adat.
Ke depan diharapkan orangutan yang berada di luar Kawasan Konservasi dapat terlindungi seperti halnya orangutan yang ada di dalam kawasan konservasi. Semangat bekerja sama menjadi kunci untuk selanjutnya kita bersinergi”.
DR. IR. JAMARTIN SIHITE, CEO Yayasan BOS mengatakan, «Bulan Agustus punya makna khusus bagi kami. Bangsa Indonesia memperingati kemerdekaan setiap tanggal 17. Sementara, pelaku konservasi juga merayakan Hari Orangutan di bulan yang sama. Jadi kami ingin mendedikasikan bulan ini sebagai ‘bulan kebebasan dan kemerdekaan bagi orangutan’. Baru bulan Juli lalu kami bekerja bersama untuk mengembalikan 13 orangutan ke hutan TNBBBR di Katingan, tapi kami punya target melepasliarkan 100 orangutan ke hutan tahun ini, dan kami berusaha keras untuk mewujudkan itu. Jadi buat kami di Yayasan BOS, tidak ada kata bersantai bagi penyelamatan orangutan. Apalagi kita semua tentu sudah mendengar berita mengenai mulai maraknya kebakaran hutan di sejumlah wilayah Indonesia, terutama di Sumatra dan Kalimantan, dua pulau tempat orangutan hidup.
Ini adalah saat yang menentukan. Di sini kita bersama bisa menunjukkan, sejauh mana komitmen kita terhadap pelestarian alam, dalam hal ini hutan, beserta isinya, dalam hal ini orangutan. Tingkat kerusakan hutan selalu terjadi paling tinggi saat musim kebakaran hutan. Namun jangan diartikan bahwa kami gegabah melepasliarkan orangutan ke hutan di tengah musim kering yang berpotensi bahaya ini, karena hutan alami di TNBBBR adalah taman nasional yang pengamanannya terjamin. Bersama tim Yayasan BOS, staf TNBBBR secara rutin mengadakan patroli untuk menjaga keamanan hutan dan keanekaragaman hayati di taman nasional ini. Mari kita bersama jaga wilayah hutan agar selalu aman dan bisa bermanfaat optimal bagi kehidupan seluruh makhluk hidup, termasuk manusia sendiri.»
IR. ADIB GUNAWAN, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, mengatakan, «Kerja konservasi adalah pekerjaan yang membutuhkan waktu panjang dan partisipasi dari semua pihak terkait. BKSDA Kalimantan Tengah terus bekerja sama dengan Balai TNBBBR, USAID LESTARI, dan Yayasan BOS untuk melepasliarkan orangutan hasil rehabilitasi. Pelepasliaran yang kesebelas kalinya di hutan TNBBBR di Kabupaten Katingan ini akan menjadikan jumlah populasi orangutan di hutan tersebut menjadi 102, sebuah angka yang luar biasa hasil kerja keras banyak pihak selama 2 tahun penuh.
Kita harus paham bahwa semua orang selayaknya terlibat dalam upaya konservasi sumber daya alam. Satwa liar sebagai bagian dari sumber daya alam hayati berperan aktif dalam menjaga kualitas hutan. Seperti contohnya orangutan, jenis kera besar satu-satunya di Asia ini sangat penting bagi konservasi habitat. Ini sebab utama mengapa kita wajib menjaga serta melindungi hutan kita juga! Mari kita sukseskan visi strategi dan rencana aksi konservasi orangutan di Kalimantan Tengah, yaitu ‘terjaminnya keberlanjutan populasi orangutan dan habitatnya melalui kemitraan para pihak’.»