PERJALANAN SANG PETUALANG MENUJU KEBEBASAN DI ALAM LIAR
Runtu, orangutan betina berusia 23 tahun merupakan salah satu dari enam orangutan yang berhasil dilepasliarkan di TNBBBR.
Kerja sama antara BOS Foundation, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, dan Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) menutup tahun 2021 dengan melepasliarkan delapan orangutan hasil proses panjang rehabilitasi. Pelepasliaran ini berlokasi di TNBBBR, Kalimantan Tengah sekaligus menutup tahun yang seperti tahun sebelumnya, membatasi pekerjaan kami dengan protokol khusus pandemi, serta memperingati hari jadi BOS Foundation yang ke-30.
Pelepasliaran ini adalah yang ke-38 kali dilaksanakan oleh BOS Foundation di Kalimantan Tengah dan terbagi atas dua pemberangkatan yang terpisah dua hari. Perjalanan pertama memberangkatkan Suci, Mony, Pickle, dan Miko di hari Selasa, 14 Desember. Pemberangkatan kedua membawa orangutan Ating, Lido, Sembara, dan Petto, kami laksanakan pada Kamis, 16 Desember.
Di bawah protokol kesehatan ketat, tim pelepasliaran dan orangutan yang telah dites COVID-19 dan menunjukkan hasil negatif, meninggalkan Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng, sebelum pukul 7 malam. Tim menempuh perjalanan darat selama hampir 10 jam ke Desa Tumbang Hiran di Kecamatan Marikit, dengan mengatasi jalan tanah yang rusak berat akibat hujan lebat. Tim pemberangkatan pertama sempat terhambat truk yang mogok di jalan berlumpur dan mencegah tim mencapai desa tujuan.
Namun, begitu matahari terbit, perjalanan segera dilanjutkan mengarungi Daerah Aliran Sungai (DAS) Hiran yang memakan waktu kurang lebih 10 jam dengan perahu bermotor atau kelotok. Tim sempat berhenti di pondok monitoring untuk menurunkan perbekalan, sebelum melanjutkan kembali perjalanan sekitar satu jam ke arah hulu untuk mencapai titik-titik pelepasliaran.
Proses pelepasliaran usai sekitar pukul setengah 4 sore, menyisakan hanya sedikit waktu bagi orangutan untuk bersiap menjalani malam pertama mereka di hutan, dengan tim Post Release Monitoring (PRM) mengamati mereka.
Di hari pertamanya, Suci terus teramati berdua dengan Mony, dengan keduanya tampak memilih untuk beradaptasi bersama. Suci tanpa banyak memerhatikan Mony, tenang mencari pakan dan makan rayap, buah mahawai, dan cambium pohon. Sementara Mony, menyantap umbut rotan dan daun lunuk. Saat hari mulai gelap, masing-masing bergegas membuat sarang untuk beristirahat yang letaknya berdekatan.
Dua jantan muda, Pickle dan Miko, sudah lama saling mengenal di pulau pra-pelepasliaran, dan mereka terpilih untuk dilepasliarkan bersama. Miko memilih daun bamboo sebagai makanan pertamanya di hutan,, sementara Pickle lebih menyukai pakan yang tersisa dari saat pelepasliaran.
Setelah pelepasliaran kelompok kedua dua hari sesudahnya, tim kami mengamati Lido yang aktif menjelajah hutan TNBBBR. Lido bergelantungan sambil mencari pakan, lalu ia berdiam di atas pohon menikmati rayap, dan dilanjutkan dengan makan daun meranti muda.
Belum puas, Lido lalu berpindah ke pohon lain dan makan kulit kambium. Namun, ia ternyata tidak sendiri, di dekatnya ada Sembara, jantan berusia 13 tahun yang ikut menikmati kulit kambium. Karena langit berubah gelap, mereka mulai segera membuat sarang masing-masing.
Ating teramati melakukan kegiatan bersama Petto. Betina beruisa 17 tahun ini tampak menikmati daun bambu, sementara Petto, teman jantannya, mengunyah daun bambu dan kulit kambium. Keduanya makan dengan tenang dan cukup lama, kami duga akibat waktu perjalanan yang lama dan menguras energi. Mereka membuat sarang yang berdekatan pada waktu malam tiba.
Di saat-saat pertama mereka hidup di hutan, kedelapan orangutan ini menunjukkan kesiapan untuk hidup di lingkungan baru mereka. Kami yakin mereka akan senang dan hidup sejahtera di rumah baru mereka, Hutan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya!