Apakah kamu member?

Lagi! 21 Orangutan akan Dilepasliarkan dari Nyaru Menteng!

Program Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng akan kembali melepasliarkan 21 orangutan awal November ini! Mereka terdiri dari 8 orangutan Semi-liar dan 8 orangutan Rehabilitan. Dari 8 orangutan Rehabilitan tersebut, 5 di antaranya membawa anak mereka!

Sebelum Anda melanjutkan membaca, mari kita pelajari dulu perbedaan antara "Semi-liar" dan "Rehabilitan".
 

Semi-liar
Semi-liar adalah orangutan yang, pada saat diselamatkan, masih berperilaku alami (liar), dan secara konsisten memperlihatkan bahwa ia telah memiliki kemampuan yang cukup untuk hidup mandiri di hutan.

Rehabilitan
Rehabilitan adalah para orangutan yang diselamatkan pada usia yang sangat muda dan/atau pernah menjadi peliharaan manusia. Orangutan seperti ini belum memiliki atau sudah kehilangan sebagian besar kemampuan untuk hidup mandiri di hutan, dan karenanya harus terlebih dahulu melalui proses rehabilitasi (Sekolah Hutan dan tahap pra-pelepasliaran di pulau/hutan singgah); sebuah proses yang memakan waktu selama rata-rata 7 tahun.

Inilah profil dari 8 orangutan Semi-liar yang akan dilepasliarkan!

1. Paluy
Paluy diselamatkan dari sebuah perkebunan kelapa sawit milik PT. Mustika Sembuluh, di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur. Betina muda ini amat liar dan pemberani, namun karena ia baru berusia 3,5 - 4 tahun, dia tidak dapat segera langsung dilepasliarkan. Alih-alih, Tim Penyelamat membawanya ke Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng pada 13 Februari 2006.

Betina muda yang bersemangat tinggi ini memiliki rambut merah tua yang tumbuh panjang di sekitar keningnya, membingkai wajah cantiknya secara sempurna. Dia juga memiliki jenggot tipis coklat kekuningan serta bekas luka yang tidak diketahui penyebabnya di sisi kiri perut dan kedua telapak tangannya. Saat ini usianya 10 tahun dengan berat 43,6 kg dan Paluy tidak pernah kehilangan sifat liarnya. Ia aktif, suka bermain, tapi dapat juga jadi agresif. Ia masih membuat suara kiss-squeak yang sengit setiap kali ada teknisi mendekati untuk memberi makan atau membersihkan kandangnya. Kemandiriannya yang luar biasa jelas menunjukkan Paluy sudah sangat memenuhi syarat untuk berkeliaran bebas di hutan yang asli, dan itu memang yang akan ia lakukan segera!

2. Gundul
Gundul diselamatkan dari sebuah perkebunan kelapa sawit di perbatasan Sampit dan Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Timur. Saat itu usianya 3 - 3,5 tahun. Orangutan betina ini diselamatkan bersama ibunya dan juga tujuh orangutan lainnya; salah satunya adalah Bang Jagur yang sudah dilepasliarkan pada Maret 2012 lalu. Gundul tiba di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng pada 18 Maret 2006. Sayangnya, Mama Gundul yang ketika ditemukan kondisinya terluka parah, akhirnya meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif selama dua bulan di Nyaru Menteng.

Syukurlah, meski harus melalui tragedi ini, Gundul tumbuh menjadi individu yang mandiri. Dia juga terkadang nakal dan sering menggoda para teknisi yang sedang membersihkan kandangnya dengan cara mencolek mereka, tentunya dengan maksud bercanda. Gundul kini berusia 9 tahun dengan rambut ikal yang tebal dan berat 41 kg. Dan dia akan segera menikmati hidup yang jauh lebih menyenangkan di hutan yang sesungguhnya saat dia dilepasliarkan bulan November ini!

3. Jamal
Ketika Jamal disita di Camp Seluching dari seorang staf perkebunan kelapa sawit di perbatasan Sampit dan Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Timur, orangutan jantan ini baru berusia 4 - 4,5 tahun. Bersama empat orangutan lainnya yang juga baru saja diselamatkan, dia dibawa ke Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng pada 13 Juni 2006. Nama Jamal diambil dari sebuah rumah makan di Sampit tempat Tim Penyelamat makan dan beristirahat.

Enam tahun telah berlalu sejak kedatangannya di Nyaru Menteng dan kini di usia 10 tahun dan berat 33 kg, Jamal sangat aktif. Dengan wajah oval, kulit gelap dan rambut tipis berwarna merah gelap, tidak disangsikan bahwa remaja yang lincah ini akan menjadi orangutan dewasa yang tampan. Dan semua itu tidak akan terjadi di Nyaru Menteng, melainkan di hutan belantara tempat dia memang seharusnya berada, karena Jamal akan segera menempuh perjalanan pulang ke rumahnya!

4. Mangkutub
Di bulan Oktober 2006, Yayasan BOS menerima laporan dari seorang staf dari salah satu program kami, Program Mawas, yang ketika itu sedang bertugas di Mentangai. Ia melaporkan bahwa seorang penduduk telah menyerahkan bayi orangutan jantan ke Stasiun Penelitian Tuanan. Tim Penyelamat Nyaru Menteng pun segera mengatur penjemputan di dermaga Desa Mandumai, Kabupaten Pulang Pisau. Orangutan yang berusia 3,5 - 4 tahun tersebut lalu dibawa ke Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng pada 8 Oktober 2006 di mana dia menjalani perawatan terhadap luka-luka yang ditemukan di sekitar mulut dan juga di sekujur tubuhnya. Dia pun diberi nama Mangkutub.

Kini, Mangkutub sudah sembuh dari semua luka-lukanya. Orangutan yang pendiam dan bersahabat ini sekarang berusia 10 tahun dan merupakan salah satu orangutan yang bisa berinteraksi dengan baik dengan para pengasuh dan teknisi. Tetapi jika melihat orang baru, Mangkutub tak ragu untuk memperlihatkan rasa tidak sukanya. Mangkutub yang berambut tipis dengan berat 38,6 kg ini sudah tinggal di Nyaru Menteng selama enam tahun. Dan akhirnya, dia akan segera ‘pulang kampung’ ke rumahnya di hutan!

5. Gusti
Tahun 2006 merupakan periode yang sibuk bagi Yayasan BOS karena di tahun itu banyak perusahaan kelapa sawit yang secara agresif mengkonversi begitu banyak lahan hutan di Kalimantan Tengah menjadi perkebunan. Orangutan dan juga satwa hutan lainnya kehilangan rumahnya. Kebanyakan dari mereka tidak bertahan hidup. Dalam operasi penyelamatan yang berlangsung selama 8 hari di perbatasan Sampit dan Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Timur, Tim Penyelamat Nyaru Menteng berhasil menyelamatkan 12 orangutan. Salah satunya adalah orangutan jantan umur 3,5 - 4 tahun yang dinamakan Gusti. Bersama 11 orangutan lainnya, Gusti dibawa ke Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng pada 26 Juli 2006 untuk menjalani perawatan intensif.

Enam tahun kemudian, Gusti yang kini berusia 10 tahun tumbuh menjadi orangutan yang sangat aktif dan senang bermain. Rambutnya indah dan tebal, serta tubuhnya gempal dan kuat, dengan berat 30,6 kg. Gusti juga memiliki suara yang khas. Para teknisi dengan mudah mengenalinya hanya dengan mendengar suaranya. Vokal Gusti yang sangat unik ini akan segera dikenal oleh para orangutan lainnya di rumah barunya yang sah saat ia bergabung dengan mereka di Hutan Lindung Bukit Batikap!

6. Iyos
Orangutan betina berusia 4 tahun disita oleh BKSDA Kalimantan Tengah dari seorang penduduk di Palangka Raya yang telah menjadikannya peliharaan selama 6 bulan. Diberi nama Iyos, orangutan ini untungnya diselamatkan dalam kondisi sehat dan tidak memperlihatkan indikasi kedekatan atau ketergantungan dengan manusia. Dengan kata lain, dia masih berperilaku liar. Tetapi karena usianya yang masih muda, dia tidak bisa langsung direlokasikan dan dilepaskan sendiri di hutan. Maka Iyos pun dibawa ke Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng pada 16 Oktober 2009.

Iyos sangat cantik dengan rambutnya yang tebal dan berwarna gelap. Dia juga lincah, namun agak pemarah. Kini di usia 7 tahun dan berat 23,6 kg, Iyos akhirnya siap untuk dilepasliarkan. Iyos akan ‘pulang kampung’ ke hutan!

7. Kopi
BKSDA Kalimantan Tengah menyita Kopi dari seorang penduduk di Desa Tumbang Koling, Kabupaten Kotawaringin Timur. Kala itu sang pemilik baru memeliharanya selama sembilan hari. Kopi yang berambut gelap ini masih berusia sekitar 3-4 tahun dan memperlihatkan perilaku yang masih sangat liar.

Tiba di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng pada 1 Mei 2008, Kopi terbukti cukup sulit untuk ditangani. Seperti layaknya orangutan liar yang normal, dia sangat aktif dan tidak suka berada di dekat manusia. Bahkan, dia berhasil melarikan diri dari kandangnya pada tahun 2010 dan selama 13 bulan berikutnya dia hidup berkeliaran di hutan di sekitar fasilitas kami. Kopi baru berhasil ditangkap pada bulan Mei 2011 dalam kondisi sehat, yang jelas menunjukkan kemampuannya hidup di hutan. Karena itu, kini di usia 10 tahun dan berat 27,3 kg, sudah saatnya Kopi mendapat giliran untuk bisa berkeliaran sesuka hatinya di rumahnya yang sesungguhnya, di hutan!

8. Giant
Giant berusia sekitar 4 - 4,5 tahun ketika disita di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur. BKSDA Kalimantan Tengah kemudian memberi informasi ini kepada kami dan kami langsung membentuk Tim Penyelamat untuk menjemput Giant. Orangutan jantan tersebut kami bawa ke Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng pada 16 September 2007.
Meski sudah tinggal di Nyaru Menteng selama lima tahun terakhir ini, Giant tidak pernah kehilangan sifat liarnya. Perilakunya tak mudah diprediksi dan dia gampang marah kepada manusia maupun kepada orangutan lainnya. Dengan berat 38,9 kg, Giant yang bertubuh besar ini tentu saja mampu mengintimidasi orangutan lainnya dan bahkan sering merebut makanan dari mereka! Jelas sekali bahwa remaja berusia 10 tahun ini sudah siap untuk dilepasliarkan. Dan itulah yang akan kami lakukan untuknya. Giant kini mempersiapkan diri untuk perjalanan ‘pulang kampung’ ke rumahnya yang sah di hutan.


Paluy

Gundul

Jamal

Mangkutub

Gusti

Iyos

Kopi

Giant

Emen

Embong

Sif

Sifa

Gadis & Garu

Leonora & Lamar

Chanel & Charlie

Menteng

Jamiat

Terusan

13 kandidat berikut ini adalah LULUSAN SEKOLAH HUTAN pertama dari Nyaru Menteng yang akan dilepasliarkan di hutan!
Mari kita mulai dengan 5 pasangan ibu dan anak!

9 | 10. Emen & Embong
Emen
Awal abad milenium ini, Yayasan BOS menerima informasi dari penduduk Palangka Raya tentang orangutan yang memerlukan bantuan. Bersama tim BKSDA Kalimantan Tengah, tim penyelamat Yayasan BOS berangkat untuk mengambil orangutan tersebut dari penduduk Desa Henda, Kabupaten Pulang Pisau pada 5 Januari 2000. Orangutan betina berumur sekitar 4 - 4,5 tahun ini diberi nama Emen. Seperti kebanyakan orangutan yang kami selamatkan, Emen juga menderita cedera yang mungkin terjadi sewaktu dia dipelihara; dia hanya memiliki satu ibu jari di tangan kanannya.

Setelah 3 tahun belajar di Sekolah Hutan dan mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari tim di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng, Emen pun pindah ke pulau pra-pelepasliaran (Pulau Kaja) tahun 2003 di mana dia bisa mencicipi “hidup di alam bebas” selama hampir 10 tahun. Emen telah tumbuh menjadi orangutan betina yang cantik. Rambutnya panjang dan berwarna coklat tua. Dia pendiam dan suka menyendiri. Emen tidak pernah terlihat agresif dan dia bukan tipe dominan di antara teman-temannya. Meskipun demikian, dia sesekali tampak menghabiskan waktu bersama Sif, Leonora dan Menteng. Tahun 2009 Emen melahirkan putranya, Embong. Saat ini, di usia 17 tahun dengan berat 34,3 kg, Emen dan Embong akan kembali ke rumahnya di hutan!

Embong
Embong adalah anak dari Emen yang lahir di Pulau Kaja pada 30 November 2009. Orangutan jantan muda ini sangat aktif dan suka sekali bermain bersama orangutan lainnya. Embong juga senang menjelajahi Pulau Kaja meskipun umurnya baru 3 tahun. Rambutnya panjang, berwarna merah kecoklatan. Karena dahinya yang lebar, wajahnya tampak sangat menggemaskan.

Embong menghabiskan tiga tahun yang menyenangkan di Nyaru Menteng, belajar untuk hidup di hutan langsung dari induknya. Sekarang dengan berat sekitar 6.1 kg, Embong sangat sehat dan hanya perlu menunggu beberapa hari lagi untuk kembali ke rumahnya yang sesungguhnya di hutan belantara, tinggal dan belajar di dalam hutan bersama ibunya, Emen.

11 | 12. Sif & Sifa
Sif

Disita oleh BKSDA Kalimantan Tengah di Kabupaten Pulang Pisau, Sif tiba di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng pada 7 April 2000 bersama teman sekandang yang kami beri nama Thor. Waktu itu, usianya diperkirakan berkisar antara 5 hingga 5,5 tahun. Sif dan Thor sebelumnya dipelihara seseorang sejak mereka kecil dan keduanya menderita maltrunisi.
 
Sif tumbuh di Sekolah Hutan dan lulus dengan sangat baik. Dia kemudian dipindahkan ke pulau pra-pelepasliaran terbesar di Nyaru Menteng, Pulau Kaja. Sif adalah orangutan betina yang pandai dan sangat berbakat dalam menemukan makanan lezat di hutan, terutama umbut rotan, dedaunan dan serangga. Selain itu, Sif amat inovatif dan bisa menemukan cara untuk ‘memancing’ pakan hutan yang terjatuh ke sungai. Sif adalah orangutan yang cantik dengan wajah berbentuk oval, lesung pipi, rambut jambul kekuningan, bibir kehitaman, dan rambut merah yang indah. Di umurnya yang 18 tahun dengan berat badan mencapai 35,4 kg, Sif terbilang pendiam tapi dia mampu membela dirinya sendiri jika diperlukan. Sif cukup mudah bersosialisasi dengan orangutan yang lain dan segala kepintarannya tentunya akan sangat berguna ketika ia kembali ke hutan!

Sifa
Sifa adalah anak perempuan Sif, dia lahir di Pulau Kaja pada 8 November 2010. Sifa adalah orangutan kecil yang menarik dengan rambutnya yang panjang dan berwarna coklat muda, wajah berbentuk oval dan kulit gelapnya yang eksotis. Sifa masih diasuh oleh ibunya, namun kadang-kadang dia juga bermain bersama teman-temannya, Garu dan Terusan.
Sifa memiliki berat 11,1 kg dan telah dinyatakan sehat dan siap untuk dilepasliarkan bersama dengan ibunya. Selamat jalan, Sifa! Hidup di hutan bebas akan sangat menyenangkan!

13 | 14. Gadis & Garu
Gadis
Gadis tiba di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng pada 29 April 2000. Pada saat itu ia diperkirakan berumur 2,5 - 3 tahun. Gadis disita oleh BKSDA Kalimantan Tengah di Palangka Raya. Dia sangat sehat dan aktif. Sebelumnya, Gadis dipelihara oleh seorang pengusaha selama sekitar 2 tahun.

Meskipun wajahnya sedikit asimetris dan mata kanannya ‘malas’ (juling), Gadis – saat ini berumur 15 tahun dengan berat 36,1 kg – tetap terlihat sangat menarik. Gadis memiliki pipi tembam, pelipis yang berlekuk-lekuk, dan rambut merah yang mencolok. Lulusan Sekolah Hutan ini senang menyendiri dan amat mandiri. Dia suka menjelajahi Pulau Kaja tempat dia tinggal sekarang, mencari makan hutan, dan jarang datang ke tempat para teknisi biasa memberi makan. Meski dia tidak terlalu suka bergaul, beberapa tahun lalu Gadis bertemu dengan Omega, orangutan jantan yang tampan dengan bantalan pipi yang lebar. Keduanya saling tertarik, lalu menjalin hubungan selama beberapa waktu. Saat ini Omega telah berpulang karena usia, namun darinya Gadis dikaruniai bayi perempuan bernama Garu.

Garu
Garu adalah anak perempuan dari Gadis yang lahir pada 15 Desember 2009 di Pulau Kaja. Jangan terpedaya oleh wajahnya yang melankolis karena sesungguhnya Garu sangat aktif dan suka bermain! Orangutan muda berumur 3 tahun ini tentu masih sangat bergantung asuhan ibunya dan masih mengikutinya ke mana pun ibunya pergi. Lahir dan dibesarkan di pulau, Garu telah memiliki karakteristik liar yang harus dimiliki oleh orangutan. Dia selalu penuh semangat dan sangat cerdas. Bahkan, dia sudah mulai belajar membuat sarangnya sendiri.

Seperti orangutan liar pada umumnya, Garu secara naluriah menghindari manusia. Setiap kali dia melihat manusia mendekatinya, dia mengeluarkan bunyi kiss-squeak dengan mengerucutkan bibirnya, tanda dia tidak senang didekati. Dengan berat 5,5 kg, orangutan cilik dengan bintik-bintik hitam di mulutnya dan rambut tebal panjang ini akan segera berangkat ke hutan rimba bersama dengan ibunya, Gadis. Akhirnya, mereka akan kembali ke rumah mereka yang sesungguhnya!

15 | 16. Leonora & Lamar
Leonora
Orangutan betina berbulu gelap ini disita di Palangka Raya oleh Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng pada 8 Agustus 2000 bekerjasama dengan BKSDA Kalimantan Tengah. Waktu itu dia berusia 3 - 3,5 tahun. Meskipun pemiliknya amat menyayangi dan memeliharanya dengan baik, dia tumbuh semakin besar dan akhirnya terpaksa ditempatkan di kandang kecil di halaman rumah mereka. Di hari-hari awal kedatangannya di Nyaru Menteng, Leonora suka bertepuk tangan jika ia minta makan atau minum. Tetapi setelah dia lulus dari Sekolah hutan dan meneruskan ke tahap pra-pelepasliaran di Pulau Kaja, kebiasaannya ini lama kelamaan hilang.

Orangutan berusia 16 tahun ini telah tumbuh menjadi individu yang cantik, dengan berat 41,3 kg. Wajahnya unik dengan mulut yang besar dan rambut yang tipis. Meskipun dia sebenarnya adalah orangutan yang ramah, dia cukup dominan di antara orangutan betina lainnya. Leonora memiliki putra bernama Lamar. Keduanya akan segera kembali ke rumah mereka yang sesungguhnya, hutan rimba!

Lamar
Orangutan putra Leonora yang aktif dan periang ini lahir di Pulau Kaja, 7 November 2009. Dengan rambut berwarna merah gelap, Lamar tampak manis dan menyenangkan. Pada usia 3 tahun dan berat tubuh 6,9 kg, Lamar masih senang berada dalam dekapan sayang sang ibunda yang nyaman dan hangat. Namun demikian, Lamar juga suka bermain dan menjelajah hutan, asalkan ibunya berada di dekatnya. Jika melihat manusia, Lamar akan mengeluarkan suara kiss-squeak dan melempar ranting-ranting, menandakan perilaku khas orangutan liar dari generasi kedua. Sebentar lagi, Lamar akan memperoleh tempat bermain yang lebih luas dan lebih hijau untuk dijelajahi saat dia bersama ibunya turut dalam perjalanan besar untuk pulang ke hutan di Batikap.

17 | 18. Chanel & Charlie
Chanel
Orangutan betina cilik bernama Chanel usia 3 - 3,5 tahun, yang merupakan hasil sitaan dari masyarakat dekat sebuah perkebunan kelapa sawit di Parenggen, Kabupaten Kotawaringin Timur, pada 3 Maret 2003 dibawa ke Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng dan tinggal di sini selama 9 tahun. Perilakunya sangat liar dan karenanya dia tidak dimasukkan Sekolah Hutan. Baru setelah usianya menginjak 5 tahun, Chanel ditempatkan di Pulau Bangamat, sebuah pulau pra-pelepasliaran, berbatasan dengan Pulau Kaja.

Bertubuh langsing, wajah oval, dengan warna rambut merah tua menambah pesona yang dimiliki Chanel. Saat ini usianya 13 tahun dengan berat 33,9 kg. Ia sangat mandiri serta lebih suka menyendiri. Setelah memperoleh kembali jati dirinya sebagai orangutan, Chanel tidak lagi merasa nyaman berada di sekitar manusia. Ia mengeluarkan suara kiss-squeak ¬– suara yang dibuat dengan mengerucutkan bibir –saat ia dekat dengan manusia, yang menandakan dia merasa terganggu. Chanel memiliki putra yang berusia 4 tahun bernama Charlie. Mereka berdua akan bergabung dalam Aktifitas Pelepasliaran ke-4 Nyaru Menteng, dan akhirnya mereka akan pulang ke rumah!

Charlie
Charlie adalah putra dari Chanel yang lahir di pulau pada 1 Mei 2009. Dengan wajah yang bulat, kulit kekuningan, dan rambut yang merah cerah, bocah lelaki ini senang bermain dengan orangutan lainnya, bahkan dengan orangutan dewasa jantan. Pada usia 4 tahun, ia telah menjadi orangutan yang pemberani dan tidak takut bermain jauh dari ibunya. Ia juga sangat cerdas. Saat ini ia sudah mulai belajar bagaimana caranya membuat sarang, dan ia akan segera mendapatkan banyak kesenangan belajar membuat sarang saat ia kembali ke hutan bersama ibunya, sebentar lagi!

19. Menteng
Dari laporan Polsek Tangkiling, Kabupaten Bukit Batu, satu individu orangutan berhasil disita dari seorang warga desa yang memeliharanya selama beberapa waktu. Kemudian orangutan yang saat itu diperkirakan berusia 3,5 - 4 tahun ini dibawa ke Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng pada 15 Maret 2001, dan diberi nama Menteng.

Setelah berhasil lulus dari Sekolah Hutan di usia 7 tahun, Menteng segera menempati salah satu pulau pra-pelepasliaran milik Nyaru Menteng, yaitu di Pulau Kaja. Di tempat ini Menteng berkembang menjadi orangutan jantan yang mandiri dan agak agresif. Meski usianya masih tergolong muda, dia berani berhadapan dengan orangutan jantan yang lebih tua jika harus membela diri. Berbobot 57,3 kg di usia yang ke-15 tahun ini, ia amat tampan dengan wajah oval dan rambut berwarna cerah. Namun, dia masih jarang bergaul dengan para betina. Menteng juga memiliki kemampuan khusus, ia dapat menyelam dan berenang pada bagian sungai yang dangkal! Dia juga senang bersantai berlama-lama di sungai sambil berendam, terutama saat hari sedang panas.

20. Jamiat
Pada 18 April 2001, sekelompok mahasiswa di Ketapang, Kalimantan Barat, dengan menggunakan pesawat amfibi membawa beberapa orangutan bekas korban penangkapan untuk memperoleh perawatan di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng. Salah satunya terdapat orangutan jantan bernama Jamiat yang saat itu berusia sekitar 5,5 - 6 tahun. Pada awalnya ada keraguan berkaitan dengan sub-spesies Jamiat, mengingat orangutan ini ditemukan di Kalimantan Barat, yang memiliki sub-spesies berbeda dengan orangutan dari Kalimantan Tengah. Namun, setelah dilakukan tes genetika, terbukti Jamiat adalah Pongo pygmaeus wurmbii, atau orangutan yang berasal dari Kalimantan Tengah.

Jamiat segera bergabung di Sekolah Hutan. Setelah lulus, ia melanjutkan ke tahap pra-pelepasliaran di Pulau Kaja, yaitu sebuah pulau di Nyaru Menteng. Saat ini Jamiat berusia 17 tahun, berat 45,2 kg. Wajahnya yang oval, kulit hitam, serta rambut panjang dan gelap, membuat penampilannya memukau. Dalam struktur hirarki sosial di Pulau Kaja, Jamiat adalah salah satu orangutan jantan yang berada di peringkat terendah. Ini bisa terlihat dari ukuran tubuhnya dan pertumbuhan bantalan pipinya yang tergolong lambat. Meski begitu, hidup di Pulau Kaja telah mengembalikan naluri alamiahnya dan perilaku liar. Jamiat pandai menemukan berbagai jenis sumber makanan. Dia pun sudah menyadari bahwa manusia bukan kawan dan jika didekati, dia akan mengeluarkan suara kiss-squeak dengan cara mengerucutkan bibirnya, menandakan dia tidak senang melihat wilayahnya dimasuki. Setelah 11 tahun rehabilitasi di Nyaru Menteng, Jamiat akhirnya akan kembali pulang ke hutan.

21. Terusan
Ada banyak bayi orangutan yang lahir di Pulau Kaja, dan Terusan adalah salah satunya. Orangutan jantan ini lahir 19 Agustus 2004. Nama “Terusan”  diberikan karena ia terlihat pertama kali dekat Sungai Terusan bersama ibunya, Dagoy. Terusan masih mengunjungi ibunya setiap hari tapi juga suka bermain dengan saudara-saudaranya serta kawan-kawannya.
Setelah lebih dari 8 tahun tinggal di Pulau Kaja dan belajar segala yang ia butuhkan untuk dapat bertahan di hutan, orangutan yang aktif, dengan rambut tebal berwarna merah gelap, berwajah bulat, dan berbobot 29,2 kg ini, sekarang siap untuk hidup mandiri di rimba belantara.




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup