Apakah kamu member?

APAKAH ORANGUTAN JUGA BEREMPATI?

Itu adalah hari biasa di sekolah hutan Nyaru Menteng, di mana orangutan muda belajar dari satu sama lain sementara ibu asuh mereka melihat dari bawah. Siang hari saat pemberian pakan tambahan di tengah pembelajaran, salah satu murid sekolah hutan bernama Uru yang enggan turun nampaknya memiliki ide lain. Ia lantas mematahkan ranting yang ada di dekatnya dan melemparkan ranting tersebut ke bawah.

Alhasil dari perbuatannya, Mama Eva - salah satu ibu asuh, terkena ranting tersebut tepat pada dahinya dan mengeluarkan cukup banyak darah. Ibu asuh lainnya yang panik lantas segera menghubungi tim medis kami dan mengantarkan Mama Eva untuk segera mendapatkan pertolongan pertama.

Baca juga: BAGAIMANA ORANGUTAN BERKOPULASI

Keesokan harinya, Mama Eva masih mencoba bekerja untuk menemani anak-anak di sekolah hutan. Namun, luka pada dahinya nampaknya membuat Mama Eva merasa kesakitan dan membuatnya akhirnya sedikit menjauh dari keramaian anak-anak sekolah hutan lainnya. Mama Eva yang kesakitan dan sedikit menangis dilihat oleh salah satu orangutan lainnya. Orangutan tersebut menghampiri Mama Eva dan terlihat seperti memberikan pelukan dan kenyamanan seakan mengetahui bahwa saat itu Mama Eva sedang terluka. Perilakunya mengundang orangutan lain mendekat dan ikut menangis sambil memeluk Mama Eva. Karena kejadian tersebut sekolah hutan selesai lebih cepat pada hari itu dan semua orangutan kembali ke kompleks inap. Pada saat diantarkan kembali, terlihat semua anak-anak sekolah hutan ikut beriringan mengantarkan Mama Eva di belakangnya. 

Orangutan dikenal karena menunjukkan perilaku sosial yang kompleks, termasuk empati dan simpati. Meskipun topik ini cukup sulit untuk diteliti, telah ada berbagai pengamatan yang menunjukkan bahwa orangutan mampu menunjukkan empati dan memahami emosi individu lainnya. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh lembaga terkemuka pada kognisi primata dan emosi adalah Pusat Penelitian Primata Nasional Yerkes di Emory University. Penelitian tersebut menjabarkan bahwa primata merespon emosi yang ditunjukkan oleh individu lainnya, di samping masalah ketidaksetaraan, altruisme, konflik, kehilangan, dan banyak situasi lain yang membangkitkan emosi yang sebelumnya hanya diyakini dirasakan oleh manusia.


Baca juga: SIGNE, IBU SEKALIGUS GURU

Selain itu, salah satu contoh kasus di pusat rehabilitasi kami, satu individu orangutan repatriasi bernama Du menunjukkan perilaku perawatan terhadap bayi yatim piatu lainnya dan merawat bayi tersebut seperti anaknya sendiri. Meskipun kasus-kasus ini memberikan wawasan tentang kapasitas orangutan untuk empati dan simpati, penelitian lebih lanjut tetap diperlukan untuk sepenuhnya memahami sejauh mana kemampuan emosional mereka dan bagaimana perbandingannya dengan manusia dan primata lainnya.

Tulisan ini juga merupakan penghargaan untuk warisan yang ditinggalkan oleh ahli primata Frans De Waal yang membawa emosi dan kecerdasan kera besar menjadi perhatian komunitas ilmiah dan masyarakat umum. Meskipun beliau telah berpulang pada 14 Maret 2024, tetapi warisannya akan pengetahuan akan terus hidup. Kami mendedikasikan cerita ini untuknya dan terima kasih atas semua yang telah dilakukannya untuk membantu kami – manusia, menjadi lebih memahami dan terhubung dengan “sepupu” kera kita yang menakjubkan.




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup