Apakah kamu member?

ASIAN WATERBIRD CENSUS 2021 DI JUQ KEHJE SWEN

Asian Waterbird Census (AWC) adalah sebuah kegiatan yang berbasis jaringan kerja bersifat sukarela, bagian dari International Waterbird Census (IWC). Sensus ini adalah kegiatan penting bagi pengembangan strategi pelestarian burung air dan lahan basah. AWC dilakukan di minggu ke-2 dan ke-3 Januari setiap tahun. Namun di tahun ini, penyelenggara memutuskan untuk melaksanakannya lebih lama, sejak minggu ke-2 Januari hingga pekan terakhir bulan Februari.

Di Indonesia, AWC telah dilakukan sejak 1986, hasil koordinasi antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan Wetlands International, didukung oleh National Geographic Society dan Kemitraan Nasional Konservasi Burung Bermigrasi dan Habitatnya. Data dan informasi yang diperoleh melalui kegiatan sensus digunakan dalam menentukan status populasi burung air secara global dan dijadikan sebagai acuan dalam melakukan pengelolaan kawasan.

Ada beberapa jenis burung air, ada yang menetap, ada yang migran (burung yang melakukan pengembaraan). Hamparan rawa dan hutan mangrove yang luas di Indonesia menjadi salah satu surga bagi para makhluk bersayap ini untuk mencari pakan.


Juq Kehje Swen (artinya ‘pulau orangutan’ dalam bahasa Dayak Wehea) merupakan pulau buatan yang digunakan sebagai pulau pra-pelepasliaran sebelum orangutan dilepasliarkan ke alam. Dengan kondisi berhutan dan terjaga dari penebangan dan bentuk eksploitasi lain, pulau melindungi satwa liar seperti mamalia dan aves. Pulau Juq Kehje Swen yang secara alami diapit dua sungai, yaitu Sungai Melenyu dan Sungai Wahau, merupakan lokasi ideal bagi burung air dengan sumber pakan berlimpah, juga tempat beristirahat dan berbiak ideal.

Di Juq Kehje Swen, kami melaksanakan AWC 2021 sejak pekan kedua sampai akhir Januari. Sensus dilakukan melalui pengamatan berbagai jenis burung di enam lokasi berbeda di tepi kedua sungai yang mengelilingi pulau, dengan lima lokasi lahan terbuka.

Pengamatan selama tiga minggu yang dilakukan tim kami menghasilkan catatan atas 30 jenis burung, dengan beberapa di antaranya berstatus dilindungi atau terancam punah berdasarkan standar International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), dan Peraturan Menteri LHK No. 106 tahun 2018. Beberapa jenis burung unik, yang saat ini sulit ditemukan keberadaannya yaitu bangau storm (Ciconia stormi), pecuk ular asia (Anhinga melanogaster), pekaka emas (Pelargopsis capensis), rangkong badak (Buceros rhinoceros), julang emas (Aceros undulatus), julang jambul hitam (Aceros corrugatus), dan sempidan kalimantan (Lophura bulweri).

Penemuan jenis-jenis burung langka di Juq Kehje Swen ini membuat tim kami bersemangat melakukan pengamatan burung selama 3 minggu di bulan Januari lalu!




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup