Apakah kamu member?

“HIMBA” BAYI ORANGUTAN, KORBAN KEBAKARAN HUTAN

Hari Minggu yang berawal tanpa cela, berakhir dengan sore yang berlinang air mata. 

Tanggal 2 Oktober 2011, sekitar jam 4 sore, Fadilah Pendi Amat, seorang pencari kayu damar dari Desa Kasongan, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, datang ke Nyaru Menteng dengan sebuah kardus kecil di tangannya. Dalam kardus kumal bekas mie instan yang beralas selimut tua itu, terbaring bayi orangutan lemah tak berdaya, menahan kesakitan yang amat sangat. Tubuhnya terbakar di beberapa tempat, memperlihatkan luka segar yang menganga. Aroma tak sedap segera menyergap. Terlihat jelas bahwa Pongo pygmaeus muda ini terbalut dalam kotorannya sendiri. Kondisinya amat memprihatinkan.   

Pak Pendi pun bertutur, bukan dia yang pertama menemukan orangutan tersebut, melainkan temannya Chen. Pak Chen menemukannya di Takaras, sebuah desa mungil di Kec. Mungku Baru, Palangkaraya. Berada tepat di tepian hutan, Takaras memang mengalami kebakaran hutan baru-baru ini, tak jauh dari lokasi desa tersebut. Tak lama setelah kebakaran terjadi, Pak Chen sedang mencari kayu damar seperti biasa, ketika dia melihat seekor anjing liar yang sedang berkelahi dengan induk orangutan. Orangutan betina ini dalam kondisi yang sangat lemah. Sekujur tubuhnya mengalami luka bakar yang cukup parah. Dia pun mati dalam pertarungan, meninggalkan anaknya terlunta-lunta sendiri.  

Tergerak melihat nasib buruk si bayi orangutan, Pak Chen membawanya pulang. Tiga hari kemudian, Pak Pendi tak sengaja lewat di depan pondok milik Pak Chen dan melihat bayi orangutan tersebut. Dia pun mampir dan terkejut setengah mati melihat kondisi orangutan ini. Pak Pendi lalu mengajak Pak Chen berdiskusi, membujuk dan menyarankannya untuk menyerahkan bayi orangutan itu kepada Program Reintroduksi Orangutan Kalimantan Tengah – Nyaru Menteng (PROKT-NM). Mengakui bahwa dirinya tak mampu memberikan perawatan memadai yang sangat dibutuhkan si bayi orangutan, Pak Chen akhirnya setuju. Masih berdiri di depan gerbang Nyaru Menteng, dengan kardus kumal di tangannya, Pak Pendi mengakhiri kisahnya.  

Atas rekomendasi dari Program Manager Nyaru Menteng, Anton Nurcahyo, team paramedis dipanggil untuk menerima orangutan tersebut. Agus Fahroni, dokter hewan yang bertugas sore itu, mengeluarkan bayi orangutan jantan itu dari dalam kardus, membawanya ke klinik PROKT-NM, dan segera melakukan pemeriksaan intensif.   


Tim di Nyaru Menteng memutuskan untuk menamakannya Himba. Diperkirakan berusia sekitar 6 bulan, dengan berat hanya 3.3 kg, Himba mengalami demam tinggi dan menderita luka bakar yang serius pada tangan, kaki, kepala, dahi, tengkuk, mulut, mata, dan seputar anusnya. Beberapa bagian terlihat sudah mengelupas, sehingga dengan terpaksa kulitnya harus digunting untuk dibersihkan. Dua jemari tangan kanannya pun sangat mengkhawatirkan. Luka bakarnya berukuran besar dan tulangnya patah. Himba harus dioperasi, namun tindakan ini belum bisa dilakukan. Himba harus lulus pemeriksaan darah dan kondisinya harus distabilkan terlebih dahulu, sebelum dia bisa menjalani operasi.  

Kebakaran hutan adalah peristiwa tahunan yang terjadi secara alami di musim kering. Fenomena ini merupakan mekanisme hutan untuk membersihkan dirinya sendiri dari kayu-kayu mati, dahan dan daun kering, serta jalinan semak belukar yang juga telah mengering. Sayangnya, kebanyakan kebakaran hutan dalam jejak sejarah tidak terjadi secara alami, melainkan dipicu unsur kesengajaan manusia demi membuka lahan untuk berbagai keperluan pembangunan.  

Sulit mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan Himba dan induknya, atau apakah kebakaran hutan tersebut disengaja. Dan mungkin kita tak akan pernah tahu. Namun kejadian ini kembali menjadi bukti nyata atas kondisi habitat orangutan yang semakin memprihatinkan. Luasan hutan semakin berkurang dan tak lagi ideal untuk menopang kehidupan.  

Kini, Himba masih menjalani perawatan intensif. Ia diinfus dan diberi oksigen untuk membantunya tetap bertahan hidup. Selain itu, Himba diberi pengobatan berupa antibiotik, penawar rasa sakit (painkiller) untuk mengurangi kesakitannya, medikasi untuk membantu pencernaannya, serta injeksi vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mendorong kesembuhannya. Menilai dari tingkat keseriusan luka bakar yang dialami Himba, kelihatannya dia akan tinggal di ruang isolasi cukup lama. Namun tim di Nyaru Menteng yang penuh dedikasi ini berkomitmen untuk memberikan Himba perawatan terbaik. Dengan sabar dan penuh kasih sayang, mereka memonitor Himba 24 jam sehari. Kami semua berharap agar Himba lekas sembuh dan dapat segera berpartisipasi dalam program rehabilitasi kami 

Teks oleh: Tim Komunikasi BOS Foundation




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup