BEJE : KOLAM IKAN TRADISIONAL

Beje ialah kolam ikan tradisional yang banyak digunakan oleh masyarakat lokal di daerah-daerah dekat Sungai Mangkatip, seperti Desa Sungai Jaya, Mahajandau, Tambak Bajai, Dadahup dan banyak desa lainnya di sekitar Kecamatan Mangkatip.

Baca juga: PELATIHAN DRONE MENJELANG MUSIM KEMARAU!

Saat musim kemarau tiba, area dataran rendah yang mudah terbakar biasanya akan terbentuk lubang-lubang besar atau disebut juga dengan luhak oleh masyarakat lokal. Luhak biasanya tertutup oleh kayu-kayu dan akar besar yang telah tumbang yang mana merupakan hasil dari kebakaran. Secara alami, luhak menjadi tempat penampung ikan-ikan yang terbawa oleh banjir dari sungai saat musim hujan tiba. 

Ketika musim kemarau, ikan-ikan tersebut terjebak di dalamnya dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dikonsumsi. Hal inilah yang kemudian dikembangkan oleh masyarakat lokal untuk membuat luhak berbentuk persegi dengan lebar sekitar 1,5 sampai dengan 2 m dan panjang 10-60 m dan kini lebih umum dengan sebutan beje.

Dalam perkembangannya, masyarakat lokal melihat banyaknya manfaat beje pada musim kemarau. Masyarakat lokal membuat beje di sekitar kebun mereka. Selain untuk menghasilkan ikan, beje juga bisa digunakan sebagai sumber air untuk menyiram kebun atau memadamkan kebakaran hutan. Hasil tangkapan ikan dari beje ini juga sangat membantu meningkatkan nilai ekonomi masyarakat pada saat musim kemarau.

Baca juga: PURUN: KOMODITAS LOKAL PENGGANTI PLASTIK

Potensi beje dilihat sebagai program yang efektif untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu, Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (Yayasan BOS) bekerja sama dengan beberapa mitra resmi juga membuat dan mengembangkan beje untuk masyarakat lokal yang tersebar di Kelurahan Mangkatip dan Desa Sungai Jaya. Selain itu, Yayasan BOS juga turut bekerja sama dengan masyarakat lokal dengan pembentukan kelompok untuk pembuatan beje dan pengelolaan beje tersebut.