Bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan University of British Columbia, proyek kamera jebak bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang persebaran orangutan pasca dilepasliarkan di Hutan Lindung Bukit Batikap dengan cara yang tidak dapat dilakukan dengan metode survei lama, sembari mempelajari lebih jauh kekayaan keanekaragaman hayati di dalam hutan yang tak ternilai ini.
Hutan Lindung Bukit Batikap, salah satu tempat pelepasliaran orangutan kami, menampung 190 orangutan yang sudah dilepasliarkan serta 15 bayi lahir di alam liar, juga menyimpan banyak spesies hewan yang menakjubkan. Mengamati spesies yang paling mencolok pun merupakan tugas yang tak mudah dalam lingkungan seperti itu. Apalagi jika terkait orangutan, yang hidup tinggi di tajuk hutan dan sangat pandai menghindari manusia, hambatannya semakin berlipat ganda.
Setelah pelepasliaran, orangutan dipantau menggunakan implan pemancar gelombang radio, yang membantu tim menemukan individu terdekat dan mengumpulkan data perilaku mereka. Namun, karena orangutan cenderung menjelajah jauh dan keterbatasan usia pakai baterai implan, hanya sejumlah kecil orangutan yang wilayah jelajahnya diketahui dan dapat dipantau secara teratur.
Hal ini menjadi tantangan karena Hutan Batikap masih mampu mendukung populasi yang lebih besar dari yang ada saat ini dan kami ingin melepasliarkan lebih banyak orangutan untuk meningkatkan ketahanan genetik dari populasi ini. Namun, kita perlu memahami kelangsungan hidup jangka panjang orangutan yang dilepasliarkan sebelumnya, kepadatan saat ini, dan bagaimana populasi orangutan hasil pelepasliaran menyebar ke seluruh area.
TEKNOLOGI NON-INVASIF
Kami terus mencari metode non-invasif baru untuk memantau orangutan yang dilepasliarkan dan menjaga kesejahteraan mereka. Tujuan kami adalah untuk memastikan bahwa kami telah berupaya terbaik dalam memaksimalkan peluang mereka untuk bertahan hidup di hutan, serta melengkapi tim kami dengan alat untuk mengikuti kemajuan individu orangutan selama bertahun-tahun ke depan. Bagaimanapun, sebagai salah satu kerabat terdekat kita, orangutan rentan terhadap penyakit yang sama seperti manusia dan pentingnya penggunaan metode non-invasif telah diperkuat oleh pandemi COVID-19.