Delapan orangutan hasil program rehabilitasi akan kembali dipulangkan ke habitatnya dalam memperingati International Primate Day atau Hari Primata Internasional yang jatuh tanggal 1 September setiap tahun. Pelepasliaran ini adalah hasil kerja sama Yayasan BOS (Borneo Orangutan Survival Foundation), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), dan USAID LESTARI. Pelepasliaran kedelapan orangutan ini menambah populasi orangutan hasil pelepasliaran di wilayah taman nasional tersebut menjadi 136 individu.
Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah, 3 September 2019. Yayasan BOS merayakan Hari Primata Internasional tahun ini dengan kembali melepasliarkan orangutan hasil rehabilitasi ke habitat alami.
Setelah bulan lalu baru saja melepasliarkan delapan orangutan di Sub DAS Sungai Hiran di Hutan TNBBBR di wilayah Kabupaten Katingan, kembali Yayasan BOS bekerja bersama dengan BKSDA Kalimantan Tengah, Balai TNBBBR, dan USAID LESTARI melepasliarkan delapan orangutan lain. Mereka telah menyelesaikan proses panjang rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng, dna akan dilepasliarkan di wilayah yang sama.
Pelepasliaran ini adalah yang ke-17 kalinya di TNBBBR sejak pertama kali di bulan Agustus 2016, sekaligus yang ke-30 di Kalimantan Tengah sejak tahun 2012. Kegiatan ini akan menambah populasi orangutan hasil rehabilitasi di taman nasional tersebut menjadi 136 individu.
DR. IR. JAMARTIN SIHITE, MSc., CEO Yayasan BOS mengatakan, «Untuk memperingati Hari Primata Internasional kali ini, Yayasan BOS, kembali melepasliarkan 8 orangutan bekerja sama dengan tiga pemangku kepentingan yang luar biasa: BKSDA Kalimantan Tengah, Balai TNBBBR, dan USAID Lestari.
Kondisi terkini yang kami hadapi sangat berat, dengan jumlah orangutan di pusat rehabilitasi yang siap dilepasliarkan terus bertambah sepanjang hari, ini mendorong kami untuk melaksanakan kegiatan pelepasliaran sesering yang kami bisa dan mengembalikan mereka ke hutan alami. Namun di sisi lain, tiga situs pelepasliaran yang kami kelola telah dan semakin mendekati daya tampung maksimal.
Kami terus bekerja keras mencari hutan yang memenuhi syarat untuk pelepasliaran orangutan demi menampung mereka yang telah menyelesaikan proses rehabilitasi. Kami juga menyerukan perlunya penindakan yang lebih tegas terhadap pelanggar hukum yang membahayakan masa depan orangutan dan habitatnya. Namun ini harus didukung semua pemangku kepentingan. Konservasi bukan one man show, tapi kerja sama antara semua pihak.»
Kedelapan orangutan ini terdiri dari tiga jantan dan lima betina. Mereka akan dibawa dalam dua kali pemberangkatan, ke titik-titik pelepasliaran yang baru di DAS Hiran. Perjalanana akan memakan waktu sampai 19 jam. Lokasi pelepasliaran sebelumnya terletak di DAS Bemban yang terletak 15 jam jauhnya dari Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng. Lokasi pelepasliaran di sepanjang Sungai Hiran dimanfaatkan untuk lebih memaksimalkan persebaran populasi orangutan hasil rehabilitasi. Hasil survei awal menunjukkan bahwa hutan taman nasional di wilayah memiliki potensi dukungan yang baik bagi kegiatan pelepasliaran orangutan.
IR. ADIB GUNAWAN, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, mengatakan, «Orangutan sebagai salah satu satwa yang dilindungi Undang-undang, wajib kita jaga dan lestarikan di habitatnya. BKSDA Kalimantan Tengah bersama semua pemangku kepentingan seperti Yayasan BOS, Balai TNBBBR, USAID LESTARI, pelaku bisnis, dan pemerintah daerah, telah berhasil merehabilitasi ratusan orangutan dan melepasliarkan mereka kembali ke hutan alami. Sangat berarti bagi kami dapat mengembalikan orangutan yang telah siap hidup liar ke habitatnya, sebagai peringatan Hari Primata Internasional.
Perlu diketahui, siapapun sebenarnya bisa membantu upaya pelestarian lingkungan hidup. Anda bisa membantu melaporkan kepada kami jika melihat ada upaya memburu, menangkap, membunuh, atau memelihara satwa yang dilindungi Undang-Undang seperti orangutan. Satwa-satwa ini berfungsi besar dalam ekosistem hutan. Kita wajib melindungi hutan kita dan keanekaragaman hayati di dalamnya.»