TEMON DAN LAHEI MENGHILANG!
Temon dan Lahei, adalah penjelajah yang terampil dan independen dari kelompok Sekolah Hutan di Pusat Rehabilitasi Nyaru Menteng, menghilang!
Satu tim dari Program RHO BOS Foundation yang ditempatkan di Pulau Juq Kehje Swen, Muara Wahau, Kalimantan Timur, melakukan patroli kawasan secara berkala untuk mengamankan pulau hutan demi orangutan yang hidup di sana. Sebagian tugas tim ini adalah mencegah orang asing masuk tanpa izin ke pulau pra-pelepasliaran untuk merambah, berburu, atau sekadar memancing di tepi pulau.
Juq Kehje Swen adalah pulau buatan seluas 80 hektar untuk menampung orangutan yang akan dilepasliarkan, atau pulau pra-pelepasliaran. Ia terletak hanya beberapa jam dari Hutan Kehje Sewen. Oleh karena itu, tujuan patroli mencakup bertujuan untuk memantau kesiapan orangutan yang tengah menjalani proses pra-pelepasliaran untuk dilepasliarkan. Namun saat melakukan patrol, kami juga sesekali menemukan keberadaan orangutan liar di hutan-hutan sekitar pulau itu.
Saat melakukan patrol, kami memeriksa pondok-pondok dan kebun masyarakat yang berada di seberang pulau pra-pelepasliaran. Kami menerima laporan dari masyarakat terkait keberadaan orangutan liar di wilayah tersebut. Di bulan November tahun lalu, kami mendapat laporan mengenai 3 orangutan liar yang terdiri dari sepasang orangutan dewasa dan 1 anak. Laporan itu juga menyatakan bahwa ketiga orangutan tersebut belum menimbulkan kerusakan di pondok dan kebun warga, namun mereka khawatir hal itu bisa terjadi. Kami dihubungi untuk membantu mencegah munculnya konflik antara orangutan dan masyarakat setempat.
Kami berusaha mencari dengan menyusuri area tempat terakhir orangutan liar tersebut dijumpai. Kami juga mengawasi daerah sekitarnya, seperti hutan alam dekat kebun masyarakat, namun hasilnya nihil.
Namun tidak lama kemudian, kami berhasil menemukan sarang lama yang berukuran cukup besar dan tebal, namun tumpukan daunnya tidak lagi hijau, menandakan itu adalah sarang lama. Tidak jauh dari situ, kami kembali menemukan sebuah sarang lama dengan kondisi kurang lebih sama.
Meskipun sudah lama tidak ditinggali, penemuan dua sarang tersebut membuat kami lebih bersemangat untuk menelusuri hutan lebih dalam. Namun, kami gagal menemukan bukti-bukti keberadaan orangutan liar di hutan itu, jadi kami putuskan untuk kembali ke kamp. Tanpa berhasil menemukan langsung, kami hanya berbekal dokumentasi penemuan sarang bekas mereka.
Kami berharap dapat menemukan keberadaan mereka bertiga dalam patroli berikutnya dan mengamankan mereka. Menjaga kelestarian orangutan dan habitatnya membutuhkan kerja sama semua pihak dan kami akan dengan senang hati berkolaborasi dengan masyarakat setempat untuk mewujudkan hal ini!