YUYUN: PERJALANAN PULIH DARI PENYAKIT MENUJU RUMAH BARUNYA
Yuyun adalah orangutan yang sudah lama menghuni Pulau #0 di Samboja Lestari bersama teman sesama orangutan, Jeffrey.
Dengan gembira kami sampaikan berita ini kepada Anda, khususnya bagi Anda yang telah penuh perhatian mengadopsi Ruthie, Nody, dan Kesi. Ketiga orangutan ini telah dinyatakan lulus dari Sekolah Hutan dan kini tengah menempuh tahap akhir pembelajaran di pulau pra-pelepasliaran, Pulau Palas.
Setelah sukses melepasliarkan 20 orangutan ke Hutan Lindung Bukit Batikap sepanjang kuartal pertama tahun ini, proses rehabilitasi orangutan di Nyaru Menteng masih terus bergerak dan kami belum lama ini memindahkan orangutan ke pulau pra-pelepasliaran untuk menjalani tahap akhir proses rehabilitasi. Yayasan BOS menetapkan empat tahap rehabilitasi orangutan melalui program kami, yaitu: tahap karantina, sosialisasi, pra-pelepasliaran dan tahap pelepasliaran. Pulau Kaja, Bangamat, dan Palas, merupakan pulau pra-pelepasliaran yang dikelola oleh Yayasan BOS di Nyaru Menteng. Ketiga pulau ini terletak di aliran Sungai Rungan di wilayah Kelurahan Sei Gohong, Palangka Raya.
Pulau Palas pada dasarnya merupakan ‘universitas’-nya orangutan yang telah lulus dari Sekolah Hutan. Di pulau ini, para orangutan akan menjalani hidup layaknya orangutan liar di hutan alam; seperti tidur di alam terbuka, membangun sarang dan mencari pakan alami secara mandiri. Teknisi hanya akan membagikan suplemen makanan 2 kali sehari saja dan mengurangi interaksi mereka dengan orangutan.
Keterampilan bertahan hidup menjadi salah satu kriteria penting yang menentukan orangutan dapat ‘naik tingkat’ ke pulau pra-pelepasliaran atau tidak. Kesi, Ruthie, dan Nody telah membuktikan kemampuan mereka sehingga mereka berhak mendapatkan kesempatan tinggal di Pulau Palas.
Mengantar Para Orangutan ke Pulau
Proses pemindahan orangutan dari Nyaru Menteng, dimulai pada hari Selasa, 11 Maret 2014 lalu. Didampingi oleh drh. Agus Fahroni, drh. Meryl Yemima Gerhanauli, dan drh. Lia Kristina, 19 orangutan yang sebelumnya telah menjalani pemeriksaan kesehatan umum dipindahkan ke pulau pra-pelepasliaran dalam beberapa tahap.
Hari pertama, 11 Maret 2014 adalah kesempatan bagi 3 pasang orangutan ibu dan anak, yaitu Mugi dan putrinya Mikhaela, Du dan putrinya Miyabi, serta Melata dan putranya Melano. Mereka merupakan bagian dari 48 orangutan yang dikembalikan oleh Pemerintah Thailand kepada Pemerintah Indonesia tahun 2006 dan sejak saat itu menjalani rehabilitasi di Nyaru Menteng. Begitu kandang transportasi mereka dibuka, mereka langsung berlari keluar, memanjat pohon dan mengamati hutan singgah yang menjadi rumah baru sementara mereka saat ini.
Hari kedua, Rabu 12 Maret 2014, menjadi giliran bagi Mariam (8 tahun) dan Vista (9 tahun), dua orangutan betina yang masing-masing disita dari Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Kotawaringin Timur. Tak ketinggalan Hilda (9 tahun), orangutan betina yang dulunya diselamatkan dari areal perkebunan kelapa sawit saat berusia 2 tahun. Ketiganya sangat menikmati rumah baru mereka di Pulau Palas.
Pemindahan orangutan berikutnya dilakukan pada tanggal 18-19 Maret 2014. Dua orangutan jantan Baim (8 tahun) dan Imot (8 tahun) serta satu orangutan betina bernama Gaia (9 tahun) dipindahkan pada tanggal 18 Maret 2014, sedangkan tiga orangutan betina berusia 9 tahun yang dipindahkan di hari berikutnya adalah Nikita, Randang, dan Hanyu.
Kesi, Ruthie, dan Nody Belajar di Pulau
Hari Rabu, 25 Maret 2014, menjadi hari yang membahagiakan bagi Kesi, Ruthie, dan Nody. Mereka telah lulus dari Sekolah Hutan dan kini mereka akan mulai mengasah kemampuan alami mereka di Pulau Palas.
Disita dari seorang warga Desa Lentang Batang, Kabupaten Katingan, pada usia 4 bulan dengan tangan sebelah kanan yang terpotong, Kesi cukup percaya diri dan bahkan sangat mandiri. Menjadi yang pertama kali dilepaskan di Pulau Palas, Kesi tampak takjub melihat hutan singgah yang kini menjadi rumah barunya. Setelah memandang ke sekelilingnya, dengan penuh percaya diri dia langsung naik ke atas pohon dan menikmati buah hutan.
Ruthie yang kini berusia 9 tahun, dilepaskan ke Pulau Palas setelah Kesi. Ia disita dari seorang warga Desa Tangar, Kotawaringin Timur, yang memilikinya secara ilegal dan menjadikannya hewan peliharaan serta kerap menganiayanya, sehingga meninggalkan luka fisik dan psikis terhadapnya. Kini ia telah tumbuh menjadi orangutan betina remaja yang percaya diri dan termasuk salah satu orangutan terpintar di Sekolah Hutan. Si cantik Ruthie langsung naik ke pohon begitu kandangnya dibuka oleh teknisi, namun ia kembali turun mengambil buah-buahan di feeding platform sebelum akhirnya naik pohon kembali. Ruthie yang dulu senang menjelajah hutan di Sekolah Hutan, pasti akan segera menjelajah Pulau Palas dan menemukan buah-buahan hutan yang lezat.
Si jantan muda Nody telah tumbuh menjadi orangutan yang mandiri dan dominan di usianya yang kini menginjak 9 tahun. Ia telah menjadi saksi kematian induknya dan selamat dari perdagangan ilegal. Berkat asuhan para babysitter dan teknisi Nyaru Menteng, Nody kini menjadi orangutan yang aktif dan mandiri. Begitu menginjakkan kakinya di Pulau Palas, ia langsung naik pohon dan menikmati buah Pohon Takapas dengan lahap.
Bersama Kesi, Ruthie, dan Nody, Kahim orangutan jantan berusia 9 tahun juga mendapatkan kesempatan belajar di Pulau Palas. Sama halnya dengan Nody, Kahim yang lincah dan aktif langsung naik ke atas pohon begitu kandangnya dibuka dan mulai menikmati buah-buahan hutan yang ditemuinya.
Proses rehabilitasi Kesi, Ruthie, dan Nody tidak mungkin dapat terwujud tanpa dukungan Anda para adopter. Yayasan BOS menyampaikan rasa terima kasih yang dalam atas dukungan berkelanjutan Anda bagi upaya konservasi orangutan melalui Program Adopsi kami. Mereka masih harus melalui perjalanan panjang sebelum dapat kembali ke habitat alami, dan kami akan memantau dengan seksama perkembangan mereka di Pulau Palas untuk memastikan kesiapan mereka dilepasliarkan kelak. Mari ucapkan selamat belajar bagi Kesi, Ruthie, Nody, dan semua, 19 orangutan yang kini tinggal di Pulau Palas!