BAYI ORANGUTAN DARI DESA PENDAMARAN, KINI DI SAMBOJA LESTARI
Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (Yayasan BOS) menyambut kedatangan satu bayi orangutan dari Desa Pendamaran, Kecamatan Kembang Janggut, Kutai Kartanegara.
Di hutan tempat pelepasliaran orangutan yang kami kelola dan di pulau pra-pelepasliaran, BOS Foundation memiliki satu tim khusus yang bertugas mengamati dan mengumpulkan data orangutan yang hidup di lingkungan baru mereka. Data yang dikumpulkan dari para orangutan yang hidup di alam terbuka ini, menunjukkan bahwa mereka berperilaku sangat berbeda dengan saat masih berada di komplaks kendang.
Mengamati orangutan mungkin tidak banyak memberi hal baru bagi mereka yang sudah lama bekerja menjadi tim monitoring, namun bagi anggota baru, pengalaman mengamati dan mengumpulkan data perilaku orangutan bisa sangat tak terduga, karena banyak hal yang bisa dipelajari tentang kera besar ini. Hal ini terjadi pada Ubay, salah seorang anggota baru tim monitoring kami yang bertugas di Juq Kehje Swen, Kalimantan Timur. Juq Kehje Swen adalah pulau berhutan seluas 82,84 hektar di Kabupaten Kutai Timur hasil kerja sama BOS Foundation dan PT. Nusaraya Agro Sawit (PT. NAS). Pulau itu saat ini dimanfaatkan untuk menampung orangutan yang tengah menjalani tahap pra-pelepasliaran.Ubay pertama kali memulai pengamatan di akhir bulan Mei lalu, saat ia mengamati Desi, satu-satunya orangutan di pulau tersebut. Sebelum ini, Ubay terbiasa melakukan pengamatan tumbuhan karena ia mengambil jurusan budidaya hutan. Perbedaan terbesar dengan mengamati orangutan adalah faktor pergerakan, tumbuhan tidak berpindah tempat, sementara orangutan bergerak terus di bawah pengamatan dan harus diikuti! Di hari pertamanya, Ubay harus bergerak, mengikuti Desi.
Selama hari tersebut, Desi sebenarnya tidak terlalu banyak bergerak dan lebih banyak bersantai di atas pohon. Kondisi seperti ini membuat pengamat merasa bosan dan menguji daya tahan pengamat baru yang harus mencatat kegiatan Desi secara berkala.
Bagi Ubay, pengalaman pertamanya mengamati Desi menunjukkan bahwa orangutan benar-benar mirip manusia, ia mencatat garis rambut Desi, bentuk wajah, dan mulut, yang kerap tampak seperti manusia. Orangutan juga mampu mengekspresikan emosi, Ubay bahkan beranggapan ekspresi wajah Desi mengingatkannya pada orang-orang yang ia kenal!
Ubay melihat Desi merasa kesal tatkala ia diserang tawon, secara membabi-buta mengayunkan kedua lengannya mencoba mengusir tawon yang menyengatnya. Bagi Ubay yang baru memulai, pengalamannya di beberapa hari pertama bekerja telah menambah wawasannya tentang bagaimana orangutan berperilaku.
Ubay cepat memahami bahwa membutuhkan banyak kerja keras dalam bekerja mengamati orangutan, namun juga terasa menyenangkan!