TEMON DAN LAHEI MENGHILANG!
Temon dan Lahei, adalah penjelajah yang terampil dan independen dari kelompok Sekolah Hutan di Pusat Rehabilitasi Nyaru Menteng, menghilang!
Saat saya tiba di kamp Totat-Jalu di Batikap bersama Coral, seorang sukarelawan tim pemantau pasca pelepasliaran (PRM), kami menerima laporan perkembangan dari Svenja, Nick, dan Purnomo, koordinator kamp Totat Jalu, mengenai dua orangutan yang baru saja dilepasliarkan bulan Agustus lalu. Laporan mereka menyatakan bahwa Sumeh dan Jambi, yang dilepasliarkan bersama anak-anak mereka, tampak belum bisa beradaptasi dengan baik di lingkungan barunya.
Sumeh dengan kedua anaknya, Gembira (betina usia 8) dan Sawung, (jantan usia 1), serta Jambi dengan anaknya bernama Jamartin (jantan usia 18 bulan yang sangat aktif) dilaporkan tidak terlalu aktif bergerak, serta tidak banyak mencari makan. Kami lantas memutuskan untuk segera melakukan pengamatan khusus terhadap keduanya.
Hari berikutnya, saya melakukan observasi atas Sumeh dan anak-anaknya, sementara Coral mengamati Jambi dan Jamartin. Hari pertama pengamatan menunjukkan tanda-tanda yang baik, karena ternyata Sumeh sudah rajin mencari pakan alami, tidak seperti laporan sebelumnya. Kedua anaknya, Gembira dan Sawung saya lihat berada dalam kondisi baik dan aktif. Sayangnya, Jambi tidak menunjukkan hal yang sama. Coral melaporkan Jambi duduk di sarangnya selama 5 jam dan tidak banyak berkegiatan kecuali menggaruk-garuk kulitnya sembari mengamati tim kami. Jamartin justru tampak lebih aktif ketimbang induknya, si kecil ini bermain-main sendiri, bergantungan di dahan dan sulur pohon.
Kami merencanakan untuk memantau Jambi dan Jamartin lebih dekat. Saya perlu memastikan penyebab kondisi Jambi; apakah karena penyakit, infeksi, atau keracunan makanan? Kami harus memantau Jambi setidaknya 3 hari secara berurutan dan bersiap untuk melakukan intervensi apabila dibutuhkan (dalam kasus orangutan yang tidak bersemangat seperti Jambi, intervensi mungkin sekali dibutuhkan, terutama apabila mereka memiliki anak yang masih sangat muda). Sejumlah buah kami pilihkan beserta obat cacing kami coba berikan kepada Jambi selama pengamatan, dan aktivitasnya secara perlahan membaik hari demi hari. Dia akhirnya mau meninggalkan sarang dan memakan buah-buahan dari kami serta mulai sanggup bergerak dengan lebih bersemangat. Namun ia masih enggan untuk mencari pakan sendiri, dan ini bukan hal yang bagus bagi dirinya dan anaknya. Sementara, Sumeh kami pantau berada dalam kondisi yang lebih baik daripada tiga hari sebelumnya.
Di hari keempat, sekitar tengah hari, Jambi dan Jamartin kedatangan tamu yang tak diduga, Sumeh dan kedua anaknya yang datang untuk mencari pakan. Saat Sumeh dan rombongan tiba, Jambi tidak merespon dan sekadar memperhatikan dari jauh. Ekspresi di wajahnya menunjukkan bahwa Jambi mengenali Sumeh. Sumeh juga sebaliknya mengenali Jambi dan Jamartin. Gembira berada di sekitar mereka, namun menjauh ke pohon lain untuk mencari pakan. Sumeh memutuskan untuk mendekati Jambi dan Jamartin. Hal ini membuat kami tegang.
Bersama dengan Svenja dan Sumarno, seorang teknisi PRM, kami khawatir kedua induk ini bakal berkelahi dan justru membahayakan anak-anak mereka. Di luar dugaan, Jamartin memanjat naik untuk mendekati Sumeh dan mengulurkan tangannya seakan ingin memperkenalkan diri kepada Sumeh dan Sawung. Sumeh menyambut uluran tangan Jamartin. Hal ini sangat menarik! Si Kecil Sawung mengamati kejadian ini penuh rasa ingin tahu.
Tiba-tiba terdengar suara dahan patah, saat Jambi mendadak mendekat dan meraih Jamartin, membuat Sumeh takut. Tampaknya Jambi tidak suka melihat Sumeh berinteraksi dengan anaknya (mungkin ini adalah reaksi yang wajar karena saat orangutan kembali ke habitat alami, kompetisi makanan akan mengatasi pertemanan}. Mungkin kekhawatiran utama Jambi bukanlah interaksi antara Jamartin-Sumeh, namun lebih pada keberadaan Sumeh di wilayahnya, apalagi menemukan sumber pakan yang cukup, yakni buah-buahan dari kami. Kami berpikir bahwa Jambi kemungkinan besar sekadar melindungi makanannya diambil orangutan lain.
Interaksi antara kedua induk ini, Jambi dan Sumeh, tidak berhenti sampai di situ. Nantikan lanjutan ceritanya!