Apakah kamu member?

ORANGUTAN WARRIOR #9: NUR SYAMSIAH

Sudah lama tidak berjumpa dengan segmen Orangutan Warrior. Di hari yang bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional ini, kami akan menyajikan cerita tentang salah satu perempuan inspiratif yang telah bergabung dengan program Rehabilitasi Habitat Orangutan (RHO) kami di Kalimantan Timur sejak tahun 2016. Dia adalah Nur Syamsiah atau yang akrab disapa Nur.

Nur adalah Koordinator Pemberdayaan Masyarakat yang memiliki kesibukan dalam kegiatan bersama masyarakat. Meski lingkup kerjanya tidak bersinggungan langsung dengan orangutan, peran Nur juga memiliki dampak yang besar bagi rangkaian program reintroduksi orangutan di Kalimantan.

“Ada kebanggan tersendiri ketika saya bisa berkontribusi dalam konservasi orangutan. Meskipun mungkin peran saya tidaklah besar, tetapi saya merasa tidak semua orang bisa memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman seperti yang saya miliki,” jelas Nur.

Fokus kerja Nur adalah pemberdayaan masyarakat, pendidikan, kesehatan, pendapatan alternatif untuk masyarakat suku Dayak Wehea. Setiap minggu Nur mengunjungi desa-desa binaan program RHO di kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur untuk membantu masyarakat setempat dalam kegiatan pelatihan bank sampah, bekerja sama dengan instansi medis dan pendidikan, serta berkontribusi dalam kegiatan promosi budaya.

Baca juga: ORANGUTAN WARRIOR #8 - RAHMADI


Nur dan anak-anak di desa binaan Program RHO (Kredit foto: BOSF)

Nur saat membantu Posyandu Lansia (Kredit foto: BOSF)

Berbagi canda tawa dengan anak-anak di salah satu desa binaan Program RHO (Kredit foto: BOSF)

Dari kanan ke kiri: Nur dan Rahma (Kredit foto: BOSF)

Nur (Kredit foto: BOSF)

Nur mengaku, selama ia berinteraksi langsung dengan masyarakat, banyak pengalaman menarik yang pernah dialaminya. Salah satunya adalah ketika ia dipercaya untuk menyampaikan edukasi mengenai pendidikan lingkungan hidup. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Nur yang tidak memiliki latar belakang pendidikan sebagai pengajar. “Karena latar belakang pendidikan saya bukanlah guru, saya harus banyak belajar dengan cepat untuk menghadapi anak-anak dengan karakter yang berbeda-beda,” terang Nur.

Ia juga sempat merasakan keraguan ketika mencoba hal baru karena merasa pengalamannya masih minim. Namun, setelah berkonsultasi pada beberapa rekan dan mempertimbangkan dengan matang, Nur memutuskan untuk melewati batas maksimalnya. Menurut Nur, bekerja dengan masyarakat bukanlah hal mudah dan sempat ingin mencari pekerjaan lain. “Akan tetapi saya berfikir bahwa mempelajari karakter masyarakat tidaklah cukup hanya 1 atau 2 tahun saja tapi perlu waktu yang cukup lama,” jelas Nur yang akhirnya mempertahankan pekerjaannya dan masih bekerja keras sampai saat ini.

Untuk ke depannya, Nur berharap semoga program RHO dan Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (Yayasan BOS) selalu menjadi wadah dalam upaya konservasi orangutan agar dapat melepasliarkan sebanyak mungkin orangutan ke habitat alaminya. Nur juga berharap masyarakat yang menjadi binaan program RHO dapat hidup secara mandiri dan sadar bahwa menjaga orangutan sekaligus habitatnya sama dengan menjaga kelangsungan hidup mereka.

“Semangat dan teruslah berjuang untuk kelestarian orangutan karena niat yang baik serta tulus akan memperoleh hasil yang memuaskan,” tandas Nur.

Baca juga: PEREMPUAN-PEREMPUAN TANGGUH PELESTARI ORANGUTAN




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup