Apakah kamu member?

ORANGUTAN DI HUTAN LINDUNG PUN MASIH TERANCAM…

Hilangnya habitat dan perburuan masih menjadi ancaman serius terhadap keberlangsungan hidup orangutan di Indonesia. Belum lama ini, tim rescueorangutan gabungan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah dan BOS Foundation melalui Program Konservasi Mawasdan Program Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng berhasil menyelamatkan dan memindahkan beberapa orangutan ke hutan yang lebih aman dalam wilayah Program Konservasi Mawas.

Namun sayangnya, beberapa di antaranya ditemukan terluka parah atau bahkan mati.
 

Orangutan Tewas Dengan Luka Tombak Menembus Jantung
Hari Sabtu 16 Januari 2016 lalu, sekitar pukul 8.30 pagi WIB, tim kami yang tengah menyusuri tepian Sungai Mangkutub terkejut melihat sesosok jasad orangutan mengambang.

Tim segera mengevakuasi jasad, menepi dan melakukan pemeriksaan atasnya. Dokter hewan Fiet Hayu bersama drh. Maryos Tandang, dua dokter yang mengiringi tim, mengidentifikasi orangutan itu betina berusia sekitar 15 tahun, dengan lubang kecil di dada kiri dan luka sayatan sekitar 10 cm di bagian belakang dekat pinggul (pinggang) atas seperti tebasan benda tajam. Dugaan awal tim saat itu, orangutan betina ini tewas akibat tembakan senjata api.

Tim segera mengirimkannya ke klinik Nyaru Menteng untuk nekropsi (juga dikenal dengan autopsi) untuk mengetahui lebih jauh penyebab kematian. Nekropsi yang dilakukan drh. Arga Sawung dan drh. Lia Kristina menemukan bahwa luka selebar 10 cm di pinggang memiliki kedalaman sekitar 0,5 cm dan ada luka tambahan lain di wajah. Luka tusukan di dada kiri orangutan yang awalnya dikira luka tembak, ternyata akibat tusukan tombak atau tiruk (tombak bermata satu alat pencari ikan) yang menembus langsung ke jantungnya. Di akhir pemeriksaan, tim medis kami sama sekali tidak menemukan adanya peluru di sekujur tubuhnya dan diperkirakan usia kematiannya 3-5 hari.

Penemuan jasad orangutan ini mengikuti beberapa temuan lain; sekitar 5 individu orangutan liar yang kami selamatkan selama bulan Januari ini ditemukan adanya luka bekas tembakan senapan ditambah cedera lain yang terdapat di jari tangan, kaki, atau tulang rusuk yang patah.
 

Orangutan Cedera Parah, 13 Peluru Bersarang di Tubuhnya
Sebelumnya, pada hari Jumat 8 Januari 2016, tim rescue yang sama juga menemukan satu individu orangutan jantan diperkirakan berusia sekitar 12 tahun dengan luka yang sangat parah di tepi Sungai Mangkutub, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Dokter hewan Fiet Hayu dan drh. Maryos Tandang menemukan adanya sejumlah luka tembak, kedua kelopak mata membengkak dan tidak bisa terbuka, bola mata kanan berdarah, tulang hidung retak dan mengeluarkan darah segar. Ia kami beri nama Grepy dan kami bawa ke Klinik Nyaru Menteng untuk pemeriksaan dan perawatan lanjutan.

Hasil rontgen yang dilakukan tim medis kami menunjukkan bahwa sedikitnya 13 proyektil senapan angin kaliber 4,5 mm bersarang di tubuh Grepy. Delapan di bagian dada dan 5 di bagian tubuh lainnya. Dari hasil USG yang dilakukan di sekitar mata juga ditemukan adanya penggumpalan darah di balik kedua bola mata. Tim medis kami menduga ada proyektil peluru yang bersarang di sana. Namun, keterbatasan alat membuat tim medis kami tidak bisa memindai bagian kepalanya. Kondisi ini kami khawatirkan akan membuat Grepy mengalami kebutaan total.

Sementara itu, bagian wajah dan pelipis mata terlihat bengkak, diperkirakan akibat pukulan menggunakan benda tumpul. Selama proses tersebut, tim kami hanya bisa mengangkat satu proyektil dan harus meninggalkan sisanya.

Koordinator Dokter Hewan di Nyaru Menteng, drh. Agus Fahroni melaporkan bahwa tim memutuskan untuk tidak melakukan operasi, karena jika itu dilakukan justru akan beresiko terhadap nyawanya. Selama Grepy masih bisa bergerak bebas, proyektil ini tidak akan membahayakan. Biasanya, seiring berjalannya waktu proyektil bisa terdorong ke permukaan kulit dan pada saat itu, terbuka kemungkinan untuk diangkat tim medis.

Tim medis kami terus memantau perkembangan Grepy dan melakukan tes penglihatan dengan menunjukkan buah-buahan di hadapannya, tapi ia tidak merespon. Grepy baru tahu ada buah setelah kami sentuhkan kepadanya. Setiap sebelum berpindah posisi, Grepy selalu meraba dahulu sekitar menggunakan kedua tangannya. Setiap hari tim medis kami masih melakukan perawatan intensif terhadap Grepy dan berharap agar kondisi penglihatannya berangsur pulih, sehingga kelak ia bisa dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya. Jika penglihatannya tidak membaik, Grepy akan terus berada dalam perawatan kami sepanjang hidupnya.


Orangutan di Hutan Lindung Pun Masih Terancam… (Kredit foto: Fiet Ayu)

Orangutan di Hutan Lindung Pun Masih Terancam… (Kredit foto: Monterado Fridman)

Orangutan di Hutan Lindung Pun Masih Terancam… (Kredit foto: Monterado Fridman)

Orangutan di Hutan Lindung Pun Masih Terancam… (Kredit foto: Hermansyah)

Orangutan di Hutan Lindung Pun Masih Terancam… (Kredit foto: Hermansyah)

Misi penyelamatan dan translokasi ini merupakan kali kedua dilaksanakan oleh BKSDA Kalimantan Tengah dan BOS Foundation dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Sebelumnya, tim yang sama bekerja selama 10 hari sejak 27 November s.d. 7 Desember 2015 lalu di wilayah yang sama dan berhasil menyelamatkan dan mentranslokasikan 39 individu orangutan liar.

“Ini menunjukkan bahwa orangutan liar, khususnya yang berada di kawasan Konservasi Mawas kini tengah menghadapi situasi hidup-mati akibat terancam ulah manusia! Wilayah ini adalah hutan konservasi dan mereka adalah spesies langka yang dilindungi. Harus ada langkah hukum yang serius untuk menghadapi konflik antara orangutan dengan manusia,” ujar CEO BOSF Jamartin Sihite.

Jamartin Sihite juga menambahkan bahwa, kehidupan orangutan di ambang kepunahan apabila usaha perlindungan dan pelestariannya tidak dilakukan secara maksimal. Meski orangutan dilindungi oleh UU No. 5 Tahun 1990 dan PP No. 7 Tahun 1999, belum ada hukum yang secara spesifik dan tegas melindungi hutan atau habitat orangutan, dan sangat sedikit jumlah orang yang benar-benar dihukum akibat membunuh orangutan. Jika kita terus mengabaikan perlindungan hutan, perlahan tapi pasti orangutan akan turut punah.

Menuju ulang tahun BOS Foundation yang ke-25, kami mengajak semua lapisan masyarakat untuk peduli dan bertindak nyata dalam menyuarakan pentingnya keberadaan orangutan dan habitatnya. Kita punya sesuatu yang mereka tidak, yaitu suara, pendapat dan kebebasan untuk menggunakannya. Jika semua orang menggunakan hak suaranya untuk mendukung konservasi orangutan dan menghentikan pembunuhan mereka, kita pasti bisa membuat perubahan bagi kelestarian mereka di masa depan. #SaveOrangutans #SaveForests #SaveMawas.




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup