ORANGUTAN DARI KECAMATAN KONGBENG SAMPAI DI SAMBOJA LESTARI
Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari kembali kedatangan penghuni baru.
Akhirnya saat yang membahagiakan itu tiba. Setelah beberapa kali mengalami penundaan karena hal-hal yang berada di luar kuasa kami, 18 orangutan rehabilitasi dari Nyaru Menteng akan dilepasliarkan.
Betapa leganya Tim Pelepasliaran ketika tanggal 16 Agustus tiba tanpa ada halangan, dan kami dapat memulai proses pelepasliaran ini dengan lancar. Hanya satu hari sebelum Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh besok tanggal 17 Agustus, kami pun ingin memberikan orangutan kemerdekaannya. Hari kemerdekaan untuk orangutan!
Hari pertama pelepasliaran dimulai dengan persiapan medis. Pukul 4.30 dini hari Tim Medis dan Teknisi sudah berada di klinik Nyaru Menteng dan langsung menuju ke kandang karantina. Karena hari masih gelap, maka pada awalnya, persiapan senjata bius dan obat biusnya harus dilakukan dengan bantuan headlight. Hari ini, kami akan melepasliarkan sembilan orangutan di Hutan Lindung Bukit Batikap. Mama Mozzy dan anaknya Myzo, Bule, Tehang, Arun, Lulu, Ubai, Bonet, dan Monmon hanya tinggal menunggu beberapa jam saja untuk merasakan kebebasan yang sesungguhnya.
Membius Orangutan
Orangutan jantan Bule mendapat giliran yang pertama. Walaupun begitu, ternyata obat biusnya bekerja lebih lambat pada orangutan seberat 73 kg ini. Setelah lebih dari 10 menit, barulah Bule tertidur dan dapat dipindahkan ke kandang transportasi.
Sementara itu, Mama Mozzy dapat dipindahkan ke kandang transportasi dengan segera. Anaknya Mizo terlihat sedikit takut ketika dipisahkan dari induknya yang sudah tertidur. Mizo tidak langsung ikut dipindahkan karena ia harus mendapat obat cacing terlebih dahulu. Para teknisi dan dokter hewan pun berusaha menenangkan si mungil berusia dua tahun ini. Setelah dimasukkan ke kandang transportasi bersama ibunya, barulah Myzo tenang sambil memeluk erat Mama Mozzy yang tertidur lelap.
Sementara itu, para orangutan lain sudah mulai merasakan efek sedatif.
Bonet terlihat sudah tidur ketika para teknisi mengeluarkannya dari kandang karantinanya. Namun rupanya orangutan jantan berusia 14 tahun ini belum benar-benar dibawah pengaruh obat bius, karena begitu berusaha dipindahkan ke kandang transportasi, Bonet langsung terbangun lagi dan sedikit mengejutkan para teknisi yang menggendongnya. Dia keluar dari kandang transportasi dan hanya duduk terdiam selama beberapa saat.
Para dokter hewan memutuskan bahwa Bonet tidak perlu dibius lagi, dan kami hanya perlu menunggu sampai dia tertidur.
Pukul 6.45, 9 orangutan yang akan dilepasliarkan hari ini sudah berada di kandang transportasi. Menggunakan satu truk besar dan sebuah truk double cabin, mereka dibawa ke bandara Tjilik Riwut, untuk kemudian diterbangkan ke bandara Dirung di Puruk Cahu. Dari bandara Dirung di Puruk Cahu, mereka akan diterbangkan lagi menggunakan helikopter ke lokasi rilis di Hutan Lindung Bukit Batikap. Pagi itu, rupanya hujan sedang mengguyur Puruk Cahu dan Bukit Batikap.
Hujan Deras di Puruk Cahu & Batikap
Setelah selesai memuat para orangutan ke dalam pesawat, ternyata pesawat tidak dapat langsung terbang. Hujan deras di Puruk Cahu yang telah turun sejak pukul 4 pagi tadi masih belum reda. Walaupun sudah siap dengan beberapa skenario penundaan, tetap saja kami menunggu dengan harap-harap cemas. Akhirnya walaupun terlambat satu jam dari jadwal yang direncanakan, pesawat diijinkan terbang.
Untunglah hujan di Puruk Cahu akhirnya mereda. Pesawat yang membawa sembilan orangutan yang akan dirilis hari ini mendarat dengan sempurna di bandara Dirung sekitar jam sepuluh pagi. Mereka semua diturunkan dari pesawat Cessna tersebut, dan kandang-kandang transportasi yang ditumpangi Mama Mozzy dan anaknya Mizo, Bule, Arun, dan Lulu segera dipasang di dalam jaring yang akan dibawa oleh helikopter menuju Bukit Batikap. Ubai, Bonet, Tehang dan Monmon akan pergi menggunakan penerbangan kedua.
Makin Banyak Kabar Buruk
Kemudian kami mendapat kabar, bahwa hujan di Bukit Batikap ternyada belum juga reda. Kesabaran tim pelepasliaran benar-benar diuji; telepon satelit di Bukit Batikap sangat sulit dihubungi, padahal hanya itulah satu-satunya cara kami mengetahui keadaan cuaca disana. Sambil menunggu berita bagus dari Batikap, pilot dan HLO mengecek ulang jaring dan sling load yang digunakan untuk membawa orangutan. Dokter hewan Barlian yang mendampingi para orangutan memantau keadaaan mereka. Setelah dua jam tidak ada kabar mengenai cuaca baik di Batikap, tim pelepasliaran dan para pilot helikopter pun membahas mengenai kemungkinan terburuk yang dapat terjadi, yaitu tertundanya pelepasliaran hingga keesokan harinya dan para orangutan harus menginap di Puruk Cahu.
Seorang teknisi, Wawan, bertugas menjaga para orangutan, terutama memastikan agar mereka selalu mendapat cukup air.
Dan akhirnya kabar baik itu tiba kepada tim di Puruk Cahu! Cuaca mulai cerah di Batikap dan helikopter sudah dapat terbang! Akhirnya jam satu siang, grup pertama terbang menuju Batikap.
Penerbangan Kedua Ditunda
Apa boleh buat, Ubai, Bonet, Tehang dan Monmon harus menginap satu malam di Puruk Cahu, karena berdasarkan laporan terakhir, cuaca buruk kembali memayungi Bukit Batikap. Semoga besok cuaca menjadi teman kami dan para orangutan kandidat rilis kali ini dapat segera merasakan kebebasan di hutan. Doakan ya!