Apakah kamu member?

SEBULAN PENGALAMAN DI HUTAN KEHJE SEWEN (1)

Nama saya Rika Safira, berusia 24 tahun. Saya telah bekerja selama 8 bulan di Restorasi Habitat Orangutan Indonesia (RHOI). Pelepasliaran orangutan adalah kegiatan yang selama ini saya nantikan untuk ikuti. Akhirnya di bulan Agustus lalu, kesempatan itu datang juga.

Perjalanan saya dan beberapa rekan dari kantor pusat Bogor dimulai tanggal 26 Agustus 2015. Dari Bandara Sepinggan, kami menuju ke Pusat Reintroduksi Orangutan Samboja Lestari (SL) untuk menjemput beberapa teknisi di sana yang akan ikut ke Hutan Kehje Sewen.

Pelepasliaran orangutan tahun ini rencananya akan dilakukan di area baru, yaitu di kawasan Selatan Hutan Kehje Sewen, Kalimantan Timur. Untuk sementara waktu, pelepasliaran di Utara (sekitar Camp Lesik) dihentikan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada tiap individu orangutan menentukan daerah teritorialnya masing-masing. Jadi, kawasan Utara hanya akan difokuskan untuk kegiatan post release monitoring (PRM) seperti biasa.

Berangkat setelah tengah hari dari SL, kami menempuh jalan darat selama 12 jam ke Muara Wahau, pos perhentian terakhir sebelum ke areal hutan. Di kota Kabupaten ini, kami memiliki sebuah kantor yang juga berfungsi sebagai tempat transit.

Perjalanan dari Muara Wahau hingga ke Selatan memakan waktu kurang lebih 3 jam sampai ke titik yang kami sebut “Jalan Buntu”. Dari situ kami harus menuruni tanjakan curam sejauh sekitar 600 m sampai di tepi sungai. Tujuan kami adalah Kamp Nles Mamse, yang terletak di seberang sungai. Kami akhirnya tiba di Kamp Nles Mamse persis saat matahari terbenam dan harus melewatkan kesempatan menikmati pemandangan, karena kami perlu menyiapkan makan malam dan tempat tidur.

Selama kami di Kamp Nles Mamse, kami menginap di flying camp, yaitu kemah besar terbuka dengan tempat tidur beralaskan karung di atas kerangka kayu.
 
Tinggal di tengah hutan tidak selalu berarti kami kekurangan makanan lezat. Dua orang juru masak yang kami bawa ke kamp sangat rajin bekerja. Mereka selalu membereskan dapur dan memasak! Kami selalu memiliki makanan untuk disantap sepanjang hari. Hal ini ditambah dengan sikap bersahabat semua kru yang ada di kamp, membuat saya sama sekali lupa bahwa tidak ada sinyal internet!


Sebulan Pengalaman di Hutan Kehje Sewen (1) (BOSF-RHOI 2015)

Sebulan Pengalaman di Hutan Kehje Sewen (1) (Kredit foto: BOSF-RHOI 2015)

Sebulan Pengalaman di Hutan Kehje Sewen (1) (Kredit foto: Rika)

Sebulan Pengalaman di Hutan Kehje Sewen (1) (Kredit foto: Nico)

Sebulan Pengalaman di Hutan Kehje Sewen (1) (Kredit foto: Nico)

Sebulan Pengalaman di Hutan Kehje Sewen (1) (Kredit foto: Balie)

Sebulan Pengalaman di Hutan Kehje Sewen (1) (Kredit foto: BOSF-RHOI 2015)

Awalnya kami dijadwalkan untuk melakukan pelepasliaran pada tanggal 29-30 Agustus 2015. Namun karena berbagai kendala kami baru bisa melepasliarkan tanggal 4 September 2015. Untung bagi kami, semua berjalan sesuai rencana. Kelima orangutan, yaitu Arif, Long, Ajeng, Leoni, dan Erica kami lepaskan di Selatan Hutan Kehje Sewen. Saya bahkan diberi kesempatan untuk membuka kandang transport Erica, suatu pengalaman yang sangat berkesan.
 
Usai proses pelepasliaran, kami harus melaksanakan apa yang kami sebut pemantauan pasca pelepasliaran (post-release monitoring/ PRM). Tugas utamanya adalah memantau dan mencatat perilaku kelima orangutan yang telah dilepasliarkan ini. Kami melakukan pengamatan ¬nest to nest, bangun dan berangkat sebelum matahari terbit, mencari sarang tidur orangutan sampai ketemu, dan mencatat kegiatannya setiap 2 menit, selama sebulan penuh. Tujuan pemantauan ini adalah untuk memastikan agar semua orangutan yang kami lepasliarkan dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan barunya.
 
Simak kisah pengalaman saya berikutnya!




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup