Apakah kamu member?

ASIAN WATERBIRD CENSUS 2022 DI PULAU SALAT

Salah satu cara memantau dan melindungi populasi satwa liar hidup di habitatnya adalah melalui pengamatan dan sensus. BOS Foundation berpartisipasi dalam pendataan khusus tahunan untuk burung air dan lahan basah. Kisah berikut adalah hasil pengamatan kami di Gugusan Kepulauan Salat, Kalimantan Tengah.

Seperti halnya tim kami di Pulau Juq Kehje Swen, Kalimantan Timur, tim teknisi di Pulau Gugusan Pulau Salat, Kalimantan Tengah, juga berpartisipasi dalam Asian Waterbird Census atau biasa disingkat menjadi AWC. Ini adalah sebuah kegiatan sukarela yang berbasis jaringan kerja, dan bagian dari International Waterbird Census (IWC). Di Indonesia, AWC telah dilakukan sejak 1986 dan pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan Wetlands International, dengan dukungan dari National Geographic Society dan Kemitraan Nasional Konservasi Burung Bermigrasi dan Habitatnya.

Gugusan Kepulauan Salat adalah wilayah seluas lebih dari 3 ribu hektar yang terletak di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Sebagian dari wilayah ini telah digunakan sebagai pulau pra-pelepasliaran, pulau suaka, dan pulau infrastruktur pendukung. Kawasan ini terletak dalam Sistem Sungai Kahayan yang memiliki sumber pakan berlimpah dan berpotensi menjadi tempat beristirahat dan berbiak ideal bagi burung air dan lahan basah.

Tim teknisi di Pulau Salat melaksanakan pengumpulan data pengamatan atas burung air dan lahan basah selama sepekan di awal Februari. Tim kami menemukan cukup banyak spesies burung di empat titik pengamatan, namun hanya ada dua spesies burung air yang teramati, yaitu kareo padi (Amaurornis phoenicurus) dan kokokan laut (Butorides triata).


Kareo padi (Amaurornis phoenicurus) biasa disebut juga ayam-ayam sawah. Burung ini dapat ditemukan di berbagai daerah Asia Tenggara, dari India, Filipina, dan sejumlah pulau di Indonesia. Burung ini menyukai lingkungan rerumputan rawa, sawah, hutan bakau, parit tepi jalan, dan semua jenis lahan berair.

Dulu kareo padi mudah ditemukan, tetapi jumlahnya kini sudah jauh menurun karena perburuan dan penangkapan. Di areal persawahan pun sebagian besar sudah menghilang, terutama akibat penggunaan pestisida kimia yang mencemari lumpur dan tanah, menyulitkan kareo padi yang makan biji-bijian, cacing, serangga, dan siput kecil.

Kokokan laut (Butorides triata) biasa ditemukan pantai-pantai laut, sungai, dan danau. Burung pemakan ikan ini tersebar sangat luas di seluruh wilayah tropis dunia, dan bersifat penyendiri dan pemalu. Ia mengintai mangsa dari balik dekat rumpun buluh yang rapat, semak-semak, atau hutan mangrove. Saat air surut, kokokan laut kadang-kadang datang ke batu-batu dan terumbu karang yang terbuka untuk memangsa ikan, udang, serangga, kodok, dan ular kecil.

Kokokan laut bersarang secara soliter atau dalam koloni kecil. Mereka membangun sarang di atas pohon menggunakan tumpukan ranting dan berbiak di bulan Maret, Mei, dan Juni.

Kedua spesies, kareo padi dan kokokan laut, sebenarnya tidak termasuk satwa dilindungi, sementara IUCN memberi mereka status ‘least concerned’, yang berarti belum mengkhawatirkan.

Semoga dalam AWC tahun mendatang tim kami bisa menemukan lebih banyak spesies burung air dan lahan basah di wilayah Gugusan Kepulauan Salat.




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup