Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah bersama Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) dalam kerja samanya dengan mitra Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) serta sejumlah pihak lainnya pada hari ini kembali melepasliarkan orangutan hasil rehabilitasi ke hutan alami di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Pelepasliaran orangutan hasil proses rehabilitasi ini adalah perwujudan upaya perlindungan dan pelestarian orangutan di Kalimantan.
Kalimantan Tengah, 18 Mei 2022. Empat individu orangutan dari Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng, 2 jantan dan 2 betina, hari ini dilepasliarkan ke kawasan TNBBBR di Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah. Keempat orangutan ini telah menuntaskan proses rehabilitasi panjang di Pusat Rehabilitasi Orangutan Yayasan BOS di Nyaru Menteng. Kegiatan ini merupakan pelepasliaran orangutan yang pertama kali dilakukan di tahun 2022 ini.
NUR PATRIA KURNIAWAN, S.Hut., M.SC., Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah mengatakan, “Upaya pelestarian ini perlu didukung semua orang. BKSDA Kalimantan Tengah bertanggung jawab dalam setiap upaya penyelamatan, rehabilitasi, dan pelepasliaran orangutan yang sistematis. Kami juga menghimbau peran serta masyarakat untuk terlibat aktif melindungi orangutan dan habitatnya. Orangutan memiliki peran yang sangat penting, dan fungsi ini akan maksimal jika mereka tinggal di hutan. Bersama mari kita menjaga satwa liar yang dilindungi serta menjaga hutan dan seisinya demi masa depan anak cucu kita.”
SADTATA NOOR ADIRAHMANTA, S.Hut., M.T., Plt. Kepala Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) menambahkan, "Pemanfaatan DAS Hiran untuk pelepasliaran orangutan sejak tahun 2019 merupakan upaya menjaga persebaran orangutan rehabilitasi yang dilepasliarkan ke taman nasional ini. Upaya bersama ini telah membantu orangutan membentuk populasi orangutan liar yang mandiri dan lestari. Tercatat 4 kelahiran alami di TNBBBR sejak 2016 pelepasliaran orangutan pertama kali dilakukan di sini. Hal ini merupakan capaian yang luar biasa bagi keberadaan orangutan Kalimantan yang saat ini berstatus ‘sangat terancam punah’. Kewajiban kita bersama untuk menjaga mereka, tidak hanya untuk supaya mampu bertahan namun juga hidup sejahtera dan aman.”
“Balai TNBBBR bersama BKSDA Kalimantan Tengah dan bekerja sama dengan mitra Yayasan BOS serta para pihak lainnya, telah melepasliarkan 186 orangutan sejak tahun 2016, termasuk empat individu orangutan yang dilepasliarkan hari ini. Bersama dengan para pemangku kepentingan, kami akan terus berupaya menjaga keberadaan orangutan Kalimantan, yang memiliki peran sangat penting dalam menjaga kualitas hutan dan keutuhan ekosistem.”
DR. IR. JAMARTIN SIHITE, Ketua Pengurus Yayasan BOS mengatakan, “Yayasan BOS sangat senang bisa kembali melepasliarkan orangutan yang telah melewati masa rehabilitasi panjang serta siap hidup di hutan sekaligus memperingati hari Kebangkitan Nasional dan Hari Keanekaragaman Hayati. Saat ini kita berada di tahun ketiga pandemi COVID–19, namun kami tetap berkomitmen penuh untuk melepasliarkan orangutan dari pusat-pusat rehabilitasi kami ke hutan dengan aman. Pandemi mungkin menjadi kendala baru bagi kami, namun bukan berarti tidak bisa diatasi dan tidak menghentikan upaya kami untuk bekerja menyelamatkan orangutan dan habitatnya.”
“Kita manusia sangat bergantung pada satwa liar dan sumber daya berbasis keanekaragaman hayati untuk memenuhi semua kebutuhan kita, baik sebagai sumber mata pencaharian dan peluang ekonomi. Di hari peringatan Kebangkitan Nasional dan Keanekaragaman Hayati ini, mari kita berkomitmen untuk mengatasi banyak ancaman yang dihadapi satwa liar dengan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.”
Keempat orangutan yang dilepasliarkan hari ini telah menjalani tahapan akhir dari proses rehabilitasi mereka di pulau pra-pelepasliaran di gugusan Pulau Salat, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Pulau pra-pelepasliaran ini adalah habitat semi liar untuk menampung orangutan yang telah menyelesaikan tahap rehabilitasi di Sekolah Hutan. Di sini, para orangutan mempraktikkan semua keterampilan yang dipelajari sebelumnya untuk bekal menyintas di alam liar.