Apakah kamu member?

Pulang ke Rumah untuk Natal

Di penghujung tahun 2015 ini, BOS Foundation (BOSF) melepasliarkan empat orangutan Kalimantan Timur dari Program Reintroduksi Orangutan Kalimantan Timur di Samboja Lestari ke Hutan Kehje Sewen, atas dukungan dari BOS Switzerland yang merupakan mitra BOSF.

Di awal bulan Desember, tim rilis di Sekolah Hutan 2 (SH 2) Samboja Lestari memulai proses pembiusan sebagai tahap awal pelepasliaran orangutan. Sementara tim di Hutan Kehje Sewen melaporkan bahwa cuaca juga cerah di sana. Sepertinya hari itu, Selasa 1 Desember 2015 akan menjadi hari baik untuk mengantar Hanung, Bungan, Joni dan Teresa pulang ke rumah sejati mereka di belantara Kehje Sewen.

Di antara keempat orangutan ini, Bungan adalah orangutan yang paling sulit dibius, sehingga pembiusan pertama dilakukan terhadapnya. Ia selalu bergerak ke sana kemari dan drh. Agnes bertanggung jawab atas pembiusan ini. Percobaan pertama tidak berhasil, namun pembiusan berhasil dilakukan pada percobaan kedua. Sambil menunggu Bungan tertidur, kami melaksanakan proses pembiusan terhadap Hanung dan Joni. Tidak perlu menunggu lama keduanya langsung tertidur, dan segera dipindahkan menyusul Teresa yang telah lebih dahulu dipindahkan ke kandang transportnya.

Setelah tertidur, Bungan dipindahkan ke kandang transportnya yang sudah siap untuk membawa ia dan ketiga temannya ke Hutan Kehje Sewen.
Kini semua sudah siap untuk dibawa ke klinik, di mana truk sudah menunggu untuk membawa mereka ke hutan.

Setelah membuka secara resmi fasilitas Special Care Unit (SCU) di Samboja Lestari, Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Ibu Yvonne Baumann dan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bapak Dr. Ir. Tachrir Fathoni berkenan melepas secara simbolis empat orangutan yang diberangkatkan untuk dilepasliarkan di Hutan Kehje Sewen, menempuh perjalanan selama sekitar 20 jam untuk kembali menemukan kebebasan di Hutan Kehje Sewen.
 
Menuju Jantung Borneo
Di sepanjang perjalanan, kondisi orangutan dan kandangnya secara teratur diperiksa oleh dokter hewan dan para teknisi kami, dan pada Rabu, 2 Desember 2015 pukul 6 pagi, tim orangutan rilis tiba di Muara Wahau, kota terakhir sebelum menuju ke Hutan Kehje Sewen. Setelah 4 jam perjalanan, tim berhenti karena truk yang membawa kandang-kandang transport kandidat orangutan rilis ini tidak lagi bisa lewat dan para orangutan harus dipindahkan ke mobil bak terbuka. Keempat kandidat orangutan rilis juga dipindahkan ke kandang transport kecil, tujuannya agar lebih mudah diangkut oleh tim.

Setelah pemindahan para orangutan selesai, drh. Agnes kembali mengecek kondisi keempat orangutan dan memberi mereka minum. Tahap perjalanan berikutnya adalah yang terakhir dan tersulit, kami harus memastikan para orangutan ini berada dalam kondisi senyaman mungkin selama proses berlangsung.

Akhirnya perjalanan darat ke belantara Kehje Sewen dilanjutkan. Setelah 1 jam perjalanan, mobil bak terbuka mencapai ujung jalan, sekitar 300 m dari Sungai Telen. Dari sini, ke-4 orangutan harus diangkut melalui tebing terjal yang kami juluki “Tanjakan Neraka” karena sudut kemiringannya yang ekstrim, ke tepi Sungai Telen. Sebelumnya kandang-kandang transport ini harus dipasangi bambu untuk memudahkan pengangkutan menuruni tanjakan. Meskipun “Tanjakan Neraka” hanya berjarak 300m, butuh lebih dari 1 jam untuk mengangkut empat kandang sampai ke tepi sungai.

Dari tepi sungai, tim Kehje Sewen mengambil alih untuk menyeberangkan dan membawa orangutan menyeberangi sungai. Kami menggunakan perahu motor, biasa disebut dengan “ces”. Ini adalah bagian perjalanan tersingkat dan termudah, kami hanya butuh 5 menit untuk menuntaskannya.
Di seberang Sungai Telen, tanjakan terjal namun untungnya pendek, kembali menanti. Sulitnya medan yang ditempuh tidak menyurutkan semangat tim untuk segera membawa keempat orangutan ini menuju kebebasan mereka.

Di puncak bukit, telah menanti dua buah mobil bak terbuka berpenggerak empat roda untuk mengangkut dua kandang sekali jalan menuju ke titik rilis, 2 km jauhnya dari Camp Nles Mamse di Selatan Kehje Sewen. Jalan yang licin setelah hujan deras mengguyur Hutan Kehje Sewen malam sebelumnya ternyata menghabiskan waktu sampai kami bisa mencapai titik tujuan. Sekali jalan kami tempuh selama sekitar 2 jam.

 

Home Sweet Home
Hanung adalah orangutan yang pertama kali dilepasliarkan. Dr. Elisabeth Labes, Kepala Proyek Internasional, Hubungan Mitra, dan salah satu Pendiri BOS Switzerland membuka kandang transport Hanung yang terlihat bingung ketika pertama kali keluar dari kandang. Tak lama kemudian ia memanjat pohon liana yang ada di dekat titik rilisnya, lebih tinggi dan tinggi lagi. Hanung telah bebas!

Selanjutnya adalah Bungan yang dilepasliarkan oleh CEO BOS Foundation, Dr. Ir. Jamartin Sihite. Tidak seperti Hanung, Bungan tidak membuang-buang waktunya. Dia segera memanjat pohon Macaranga dan langsung makan buahnya.

Teknisi Post Release Monitoring (PRM) terbaik 2015 di Camp Nles Mamse, Jafar, membuka kandang transport Joni yang langsung naik ke pohon mengikuti rekannya Bungan yang sudah bebas.

Yang terakhir, kandang transport Teresa dibuka oleh Maria Ulfah, staf Keuangan RHOI. Si cantik Teresa segera meluncur keluar kandang menuju ke pohon terdekat dan memanjatnya.

Tim PRM segera melaksanakan tugas mereka. Masing-masing orangutan diikuti oleh dua orang yang bertugas mengamati dan mengumpulkan data setiap hari untuk memastikan mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Malam harinya, kami semua sangat senang mendengar laporan hasil pengamatan keempat orangutan ini.


Pulang ke Rumah untuk Natal (Kredit foto: Paulina L. Ela)

Pulang ke Rumah untuk Natal (Kredit foto: Riana Andam Dewi)

Pulang ke Rumah untuk Natal (Kredit foto: BOSF 2015)

Pulang ke Rumah untuk Natal (Kredit foto: Jamartin Sihite)

Pulang ke Rumah untuk Natal (Kredit foto: BOSF 2015)

Pulang ke Rumah untuk Natal (Kredit foto: Dicky Pratama R.)

Pulang ke Rumah untuk Natal (Kredit foto: Riana Andam Dewi)

Hanung makan buah dan daun muda Ficus sp., setelah merasa kenyang ia berjalan mengelilingi area di dekat titik rilisnya untuk lebih mengenali rumah barunya. Sore hari ia membuat sarang di pohon Macaranga untuk beristirahat setelah menempuh perjalanan jauh. Sebelum beristirahat ia melakukan kiss-squeak menunjukkan ketidaksukaan dengan keberadaan manusia di sekitarnya sekaligus ingin mengatakan sudah saatnya ia beristirahat.

Lain Hanung lain pula Bungan, setelah merasa cukup makan buah Macaranga, kulit kambium Liana dan Artocarpus, ia langsung membuat sarang untuk istirahat. Ketika hujan turun, ia membuat payung dari daun Macaranga.

Joni juga melakukan hal yang sama dengan Bungan. Setelah kenyang makan daun Ficus sp dan liana, ia langsung membuat sarang di dekat pohon pakannya. Sementara Teresa selalu makan setiap kali ia berpindah pohon. Sampai akhirnya hari mulai gelap, ia pun membuat sarang di pohon Macaranga.

Dengan tambahan empat orangutan ini, total orangutan yang berhasil dilepasliarkan di Hutan Kehje Sewen adalah 40 orangutan. Yang menarik adalah, Bungan dan Teresa, merupakan orangutan yang berasal dari area sekitar Hutan Kehje Sewen. Bungan diserahkan ke BOSF di Samboja Lestari pada 2007 oleh seorang warga Samarinda yang mengatakan bahwa ia menemukan Bungan di daerah Muara Wahau. Sementara Teresa disita oleh BKSDA Tenggarong dari seorang warga di Kecamatan Muara Wahau, lalu diserahkan ke BOSF di Samboja Lestari pada 2010. Keduanya akhirnya “pulang kampung” ke area tempat mereka berasal. Hanya kini, mereka pulang ke hutan yang lebih aman dan lebih layak bagi upaya pelestarian dalam jangka panjang.

Hanung, Bungan, Joni, dan Teresa telah mendapatkan kehidupan baru di hutan. Sebuah kehidupan yang layak untuk mereka, kehidupan yang penuh kebebasan. Belantara Kehje Sewen adalah rumah baru mereka.

Selamat datang di rumah baru kalian!




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup