HARI BUMI 2025: KEKUATAN KITA, PLANET KITA
Setiap tanggal 22 April, kita memperingati Hari Bumi sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong aksi nyata dalam menjaga lingkungan.
Sejak pendiriannya di tahun 1991, Borneo Orangutan Survival (BOS) Foundation terus berupaya melepasliarkan orangutan ke hutan yang aman di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Melepasliarkan orangutan yang telah menyelesaikan proses rehabilitasi masih merupakan fokus utama BOS Foundation untuk menyelamatkan spesies kera besar yang sangat terancam punah di Asia ini.
Saat ini BOS Foundation mengelola tiga lokasi pelepasliaran, dua di Kalimantan Tengah (Hutan Lindung Bukit Batikap dan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya), dan satu di Kalimantan Timur (Hutan Kehje Sewen). Secara keseluruhan, ketiga lokasi ini telah menampung 410 orangutan pelepasliaran dan 18 bayi yang lahir di alam liar, dan nyaris mencapai kapasitas tampung maksimalnya.
Sementara itu, masih ada sekitar 500 orangutan menunggu di dua pusat rehabilitasi kami, dan sebagian besar siap dilepasliarkan. Menjawab tantangan ini, BOS Foundation terus berupaya melepasliarkan orangutan ke lokasi yang ada sambil terus berupaya mencari area baru yang sesuai untuk pelepasliaran mendatang.
Minggu lalu, BOS Foundation Nyaru Menteng kembali bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, dan USAID LESTARI untuk melepasliarkan 8 orangutan ke hutan alami. Kedelapan orangutan ini terdiri dari tiga jantan dan lima betina, diberangkatkan dalam dua grup terpisah. Jack, Lasa, Lyeka, Pandaran diberangkatkan tanggal 30 Juli dan dilepasliarkan sehari kemudian. Sementara itu, Romeo, Melisa, Tingky, Trixie diberangkatkan tanggal 1 Agustus.
Berbeda dengan pelepasliaran sebelumnya di TNBBBR, pelepasliaran kali ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Hiran yang membutuhkan waktu tempuh lebih lama, 19 jam. Pelepasliaran sebelumnya yang berlokasi di DAS Bemban ditempuh selama 15 jam perjalanan. Medan di DAS Hiran juga lebih menantang karena sungainya berarus deras, dikelilingi batu-batu besar dan kontur berbukit. Akibatnya pengangkutan kandang sangat menguras tenaga tim kami dan membutuhkan kehati-hatian ekstra.
Keputusan untuk menggunakan titik pelepasliaran baru ini diambil karena lokasi tersebut kaya akan pakan alami dan belum tersentuh. Pemanfaatan area ini akan memberikan kesempatan lebih baik bagi para orangutan menentukan daerah jelajahnya, meminimalisasi kompetisi dalam mencari pakan alami, serta memastikan penyebaran populasi orangutan yang lebih merata.
Saat ini, kawasan TNBBBR yang sesuai sebagai lokasi pelepasliaran mencakup 56.649 hektar dari total luasan yang dialokasikan untuk pelepasliaran orangutan seluas 128.390 hektar, dan diperkirakan dapat menampung 450 orangutan. Area pelepasliaran yang sejauh ini telah kami manfaatkan sebagai lokasi pelepasliaran yaitu sekitar 29.000 ha dengan daya dukung 241 orangutan.
Sejauh ini kami telah melepasliarkan 128 orangutan ke taman nasional, dan masih berupaya mencari hutan lain yang cocok di Kalimantan Tengah dan Timur untuk menampung ratusan orangutan yang masih kami rawat di pusat rehabilitasi kami.
Pelepasliaran orangutan merupakan pekerjaan yang sangat rumit, dengan banyak tantangan dan hambatan. Metode transportasi kami saat ini untuk mengangkut para orangutan menggunakan mobil dan perahu ke titik pelepasliaran, memakan waktu 19 sampai 24 jam perjalanan. Pilihan yang lebih efisien dan efektif adalah menggunakan transportasi udara ke titik pelepasliaran, seperti yang pernah kami lakukan. Namun, metode ini membutuhkan biaya besar dan banyak dukungan dari para donor.
Kami tetap teguh dengan komitmen kami untuk menyelamatkan orangutan Kalimantan, dan berharap sanggup mengembalikan sebanyak mungkin orangutan ke hutan, tempat mereka seharusnya berada.