Apakah kamu member?

SATWA NOKTURNAL DI HUTAN KEHJE SEWEN

Ketika orangutan sudah mulai membangun sarangnya untuk tidur malamnya, satwa-satwa ini justru akan memulai harinya untuk memulai kehidupan. Satwa-satwa ini adalah makhluk nokturnal yang seringkali ditemui Tim PRM kami usai menyelesaikan tugas pemantauan nest-to-nest terhadap orangutan di Hutan Kehje Sewen.

Baru-baru ini, tim PRM kami di Hutan Kehje Sewen bertemu dengan salah satu mamalia yang statusnya terancam punah (Critically Endangered) oleh IUCN. Satwa itu adalah trenggiling (Manis javanica). Mamalia yang seluruh tubuhnya ditutupi sisik mulai dari kepala hingga ekor ini dijumpai di dekat Camp Nles Mamse. Hewan yang kepala dan ekornya berbentuk panjang dan tipis ini akan melilit tubuhnya jika terganggu. Sayangnya di beberapa kawasan di Indonesia, trenggiling menjadi buruan dan ditangkap karena dipercaya mempunyai manfaat medis. Tapi, di Hutan Kehje Sewen kami membiarkan dia hidup berkembang biak dengan damai.

Sementara itu ada juga satwa nokturnal lain yang hidup dengan bebas di Hutan Kehje Sewen. Ia adalah Musang Galing (Paguma larvata). Hewan mamalia ini hidup di pohon dan tanah. Musang Galing mudah dikenali, karena mempunyai ciri-ciri wajah pucat, tubuh kemerahan, ujung ekor berwarna putih, dan leher, telinga, dan sebagaian ekornya berwarna coklat gelap.


Satwa Nokturnal di Hutan Kehje Sewen: Trenggiling (Manis javanica) (Kredit foto:Luy)

Satwa Nokturnal di Hutan Kehje Sewen: Tenggalung Malaya (Viverra tangalunga) (Kredit foto: Agus)

Satwa Nokturnal di Hutan Kehje Sewen: Kukang Bukang (Nycticebus coucang) (Kredit foto: Deni)

Satwa Nokturnal di Hutan Kehje Sewen: Musang Galing (Paguma larvata) (Kredit foto: Agus)

Tenggalung Malaya (Viverra tangalunga) juga termasuk satwa nokturnal yang beberapa kali ditemui oleh tim kami di Kehje Sewen. Tenggalung malaya biasa ditemukan di dataran rendah primer dan sekunder juga pegunungan. Tenggalung malayu mempunyai bulu berwarna keabu-abuan dengan banyak bintik-bintik hitam dan ada garis hitam di tengah badannya sampai ke ujung ekor. Hewan ini hidup di tanah (Terestrial) dan merupakan satwa pemakan invertebrata dan vertebrata kecil.

Ada juga Kukang Bukang (Nycticebus coucang) yang dengan bebas hidup di Hutan Kehje Sewen. Hewan kecil dengan ekor yang sangat pendek ini mempunyai pola warna bervariasi (abu-abu coklat pucat) dan ada lingkaran hitam di sekitar mata. Kukang bukang bergerak dengan perlahan-lahan, tapi cukup cepat untuk menangkap serangga. Selain serangga, buah juga menjadi menu santapan mereka sehari-sehari. Hewan ini banyak beraktivitas di atas pohon.

Namun sayang, di Indonesia hewan-hewan ini acap kali diburu lalu dijadikan hewan peliharaan maupun untuk dikonsumsi. Seharusnya kita bisa lebih bijaksana dan juga menyadari bahwa mereka sesugguhnya memiliki kehidupan di alamnya sendiri, di mana mereka akan lebih aman dan terjamin kelangsungan hidupnya. Suka atau mencintai seharusnya dengan membiarkan mereka hidup bebas berkembang biak di habitat alaminya, bukan memeliharanya.




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup