Apakah kamu member?

PROFIL KANDIDAT PELEPASLIARAN ORANGUTAN KE-11 NYARU MENTENG

Memperingati Hari Orangutan Internasional yang jatuh di tanggal 19 Agustus, Borneo Orangutan Survival Foundation akan kembali melepasliarkan 20 orangutan dari Nyaru Menteng ke Hutan Lindung Bukit Batikap, Kalimantan Tengah. Inilah profil mereka.


SEMI-LIAR
Semi-liar adalah orangutan yang pada saat diselamatkan masih berperilaku alami (liar), dan secara konsisten memperlihatkan bahwa ia telah memiliki kemampuan yang cukup untuk hidup mandiri di hutan.

1. WOMBAT
Wombat adalah orangutan jantan yang disita dari seorang warga di Desa Tangar, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, dan tiba di Nyaru Menteng pada 15 September 2007. Saat itu usianya 2,5 tahun dengan berat badan 11 kilogram.

Pada Desember 2012, Wombat yang memiliki rambut panjang berwarna coklat ini dipindahkan ke pulau pra-pelepasliaran di Pulau Bangamat. Wombat mudah bergaul dengan orangutan lainnya dan sangat suka bila sedang berkumpul dengan teman-temannya. Ia sangat aktif dan suka menjelajah. Meskipun ramah, ia tidak suka bila ada orangutan lain yang mengganggu atau merebut makanannya.

Wombat yang gagah ini mudah dikenali karena memiliki janggut tipis kemerahan di dagunya. Setelah melewati delapan tahun yang menyenangkan di pusat rehabilitasi, Wombat yang kini berusia 11 tahun dengan berat badan 38 kg ini akan segera kembali ke Hutan Lindung Bukit Batikap yang merupakan rumahnya yang sebenarnya dan berkumpul kembali dengan Maha sahabatnya.

 

2. MARDIANTO
Mardianto adalah orangutan jantan hasil penyelamatan (rescue) BKSDA Kalimantan Tengah dari area perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah pada 1 Juni 2005. Saat tiba di Nyaru Menteng, usianya 2,5 tahun.

Lulus dari Sekolah Hutan pada tahun 2012, Mardianto yang memiliki rambut pendek berwarna coklat kehitaman ini menempati salah satu pulau pra-pelepasliaran, yaitu Pulau Bangamat. Mardianto mudah dikenali karena memiliki bentuk dahi datar dan lebar, dengan kulit wajah berwarna hitam.

Mardianto mudah bergaul dengan orangutan lainnya, ia bersahabat dengan Maha dan Wombat. Ia sangat aktif dan senang menjelajah. Mardianto yang kini berusia 13 tahun tidak suka bila didekati oleh manusia dan akan mengeluarkan suara kiss-squeak untuk menunjukkan ketidaksukaannya. Setelah 10 tahun menjalani proses rehabilitasi, Mardianto siap untuk menjelajahi rumah sejatinya di Hutan Lindung Bukit Batikap bersama kedua sahabatnya, Wombat dan Maha yang sudah lebih dulu dilepasliarkan.

 

3. SIGI
Sigi adalah orangutan jantan yang diserahkan oleh seorang warga di Desa Pundu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Ia menemukan Sigi di area perkebunan kelapa sawit di dekat Desa tempat tinggalnya dalam kondisi yang sangat mengenaskan dengan luka pada ketiga jari tangan kanannya (ibu jari, telunjuk dan jari manis) yang sudah mulai membusuk. Sigi tiba di Nyaru Menteng pada 6 Agustus 2007 dan langsung mendapatkan penanganan di klinik. Tim medis Nyaru Menteng memutuskan untuk mengamputasi ketiga jari tangannya ini demi kesehatannya.

Beberapa bulan pasca amputasi, Sigi mulai menunjukkan kepandaiannya memanjat pohon di sekolah hutan. Cacat tidak menjadi penghalang bagi Sigi untuk beraktifitas. Pada Desember 2012, orangutan jantan dengan rambut tebal berwarna coklat gelap dan memiliki janggut berwarna oranye ini mulai menjalani proses pra-pelepasliaran di Pulau Bangamat.

Sigi yang kini berusia 11 tahun dengan berat badan 45 kg ini tidak suka bila didekati manusia dengan memperlihatkan deretan giginya bila ia merasa terganggu. Walau tidak dominan, namun dengan kemampuan yang dimilikinya, Sigi siap menyongsong kebebasannya di Hutan Lindung Bukit Batikap.

 

4. BENJOL
Benjol merupakan orangutan betina yang disita dari seorang warga di Desa Padas, wilayah Parenggean, Kalimantan Tengah oleh BKSDA Kalimantan Tengah pada 15 April 2005. Saat itu bayi orangutan liar yang diselamatkan dalam kondisi tanpa induk dari sebuah kawasan hutan kecil yang tersisa di areal perkebunan kelapa sawit di Desa Padas ini masih berusia 2 tahun.

Benjol yang memiliki tatapan mata sendu ini sangat aktif perilakunya, karena sifatnya yang semiliar, kemampuan Benjol cepat berkembang. Ia pun dipersiapkan sebagai kandidat pelepasliaran dan dipindahkan ke kandang karantina di Kompleks Nyaru Menteng 3.

Kini Benjol sudah berusia 12 tahun dengan berat badan 28 kg. Tak lama lagi Benjol akan menikmati kebebasannya menjelajah Hutan Lindung Bukit Batikap untuk menjalani hidupnya sebagai orangutan liar sejati.
---------------------

 

REHABILITAN
Rehabilitan adalah para orangutan yang diselamatkan pada usia yang sangat muda dan/atau pernah menjadi peliharaan manusia. Orangutan seperti ini belum memiliki atau sudah kehilangan sebagian besar kemampuan untuk hidup mandiri di hutan, dan karenanya harus terlebih dahulu melalui proses rehabilitasi (Sekolah Hutan dan tahap pra-pelepasliaran di pulau/hutan singgah); sebuah proses yang memakan waktu selama rata-rata 7 tahun.

5. CHIKI
Chiki adalah orangutan betina yang disita BKSDA dari seorang warga di Banjar Baru, Kalimantan Selatan pada 24 September 2003 saat usinya 4 tahun dengan berat badan 14 kg.

Chiki tumbuh menjadi orangutan betina yang mandiri. Setelah lulus dari Sekolah Hutan pada 2 November 2005, Chiki yang memiliki rambut panjang dan tebal berwarna merah kecoklatan ini menghuni pulau pra-pelepasliaran di Pulau Bangamat dan menjadi penjelajah yang handal di sana.

Chiki kini berusia 17 tahun. Selama 12 tahun tinggal di pusat rehabilitasi, Chiki telah mempelajari keterampilan bertahan hidup di hutan. Kini tinggal menghitung hari untuk membuktikan kemampuan dan kemandiriannya sebagai orangutan liar sejati di Hutan Lindung Bukit Batikap.

 

6. AFRI
Afri tiba di Wanariset, Kalimantan Timur, pada tahun 1999 setelah disita oleh BKSDA dari seorang warga Palangka Raya yang menjadikannya hewan peliharaan. Pada 23 Agustus 2000 Afri masuk ke Nyaru Menteng untuk melanjutkan proses rehabilitasinya. Saat tiba di Nyaru Menteng, orangutan betina ini masih berusia 4 tahun dengan berat badan 12 kg.

Sama seperti orangutan rehabilitan yang lain, setelah lulus dari Sekolah Hutan, Afri masuk ke pulau pra-pelepasliaran di Pulau Palas pada 2004. Afri yang lembut dan mudah bergaul, berperilaku baik dengan semua orangutan. Afri yang memiliki rambut pendek berwarna coklat hitam dengan janggut tipis oranye di dagunya ini dikenal sebagai penjelajah handal dan terampil memilih pakan alami. Ia gemar bermain air.

Afri yang memiliki bentuk pipi yang sedikit lebar ini telah belajar di Nyaru Menteng selama 16 tahun. Kini di usianya yang ke-19 tahun dengan berat badan 66 kg, si cantik Afri siap menjalani hidup baru sebagai orangutan liar sejati di Hutan Lindung Bukit Batikap.

 

7. NORA
Nora yang saat itu berusia 4 tahun dengan berat badan 12 kilogram tiba di Nyaru Menteng pada 28 Maret 2003 setelah disita dari seorang warga di wilayah Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, yang menjadikan anak orangutan betina ini hewan peliharaan.

Nora yang terampil mencari pakan alami lulus dari Sekolah Hutan dan melanjutkan pembelajarannya di Pulau Palas, tetapi pada 27 April 2010 ia dibawa kembali ke Nyaru Menteng untuk menjalani perawatan medis setelah berkelahi dengan orangutan lainnya yang menyebabkan punggung dan pelipis mata kanannya terluka. Setelah sembuh ia ditempatkan di kompleks sosialisasi lalu pada Juni 2013 ia dipindahkan ke Pulau Kaja. Nora yang mandiri tidak terlalu sering muncul di feeding platform karena ia lebih tertarik untuk menjelajah pulau dan mencari pakan alami.

Orangutan bertubuh gempal dengan rambut pendek tebal berwarna coklat gelap serta wajah menawan yang dihiasi mata sipit berwarna coklat ini kini berusia 16 tahun dengan berat badan 40 kg. Dengan pengalamannya di Pulau Palas dan Pulau Kaja, Nora sudah siap hidup di Hutan Lindung Batikap sebagai orangutan liar sejati.

 

8. JAMBI DAN JAMARTIN
Jambi merupakan orangutan betina hasil sitaan dari seorang warga di Desa Jabiren pada 17 Desember 1999. Ketika tiba di Nyaru Menteng, usianya diperkirakan 3 tahun dengan berat badan hanya 6 kg. Ia datang dalam kondisi memprihatinkan dengan jari kelingking kiri terluka akibat tebasan parang saat dipisahkan dari induknya.

Jambi yang terampil mencari pakan alami ini lulus dari Sekolah Hutan dan melanjutkan pembelajarannya di Pulau Palas. Ia lebih suka menyendiri dan menjelajah. Hampir 3 bulan Jambi hilang dari pantauan teknisi Nyaru Menteng, dan ditemukan kembali pada 15 Desember 2012. Ia dibawa kembali ke Nyaru Menteng untuk menjalani perawatan medis setelah berkelahi dengan orangutan lainnya yang menyebabkan bagian belakang tubuhnya luka. Setelah sembuh ia dikembalikan lagi ke Pulau Palas.

Pada 20 Juni 2013, Jambi melahirkan putra pertamanya yang diberi nama Jamartin di Pulau Palas. Jambi dan putranya Jamartin sempat dipindahkan ke Pulau Kaja sebelum akhirnya masuk sebagai kandidat pelepasliaran.

Kini Jambi yang gemar bermain air dan lumpur ini berusia 18 tahun dengan berat badan 49 kg, sementara putranya Jamartin baru berusia 2 tahun dengan berat badan 3 kg. Jambi akan segera pulang ke hutan dan membesarkan Jamartin layaknya orangutan liar di rumah sejatinya.

 

9. MEKLIES DAN MEKLIAS
Meklies adalah orangutan betina yang diselamatkan dari area perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah pada 11 Desember 2006. Saat tiba di Nyaru Menteng, usianya masih 3 tahun dengan berat badan 7 kg, dan terdapat luka di atas mata kanan dan di bawah lehernya.

Lulus dari Sekolah Hutan, Meklies menempati salah satu pulau pra-pelepasliaran, yaitu Pulau Kaja. Kegemarannya menjelajah membuat banyak orangutan jantan di Pulau Kaja terpikat olehnya. Pada 6 Juli 2012, di Kompleks Midway, Meklies yang memiliki bola mata berwarna agak keruh dengan tatapan sendu ini melahirkan putra pertamanya yang diberi nama Meklias.

Meklies yang memiliki paras cantik ini sangat menyayangi putranya yang kini telah berusia 3 tahun dengan berat badan 4 kg. Meklies kini berusia 12 tahun dengan berat badan 30 kg. Dengan pengalaman yang dimilikinya setelah 9 tahun tinggal di Nyaru Menteng, Meklies akan mendidik putranya Meklias menjadi orangutan liar sejati di rumah baru mereka, Hutan Lindung Bukit Batikap.

 

10. MAWAR DAN MUMPUNI
Orangutan betina bernama Mawar disita oleh BKSDA Kalimantan Tengah dari seorang warga di kota Palangka Raya yang menjadikannya hewan peliharaan pada tanggal 20 November 2000. Ia masih berusia 7 tahun dengan berat badan 15 kg saat pertama kali tiba di Nyaru Menteng dalam kondisi mata kanan yang buta.

Mawar menempati Pulau Kaja setelah lulus dari sekolah hutan. Di pulau pra-pelepasliaran itu, Mawar merupakan orangutan yang aktif, mudah bergaul, dan memiliki kewaspadaan yang tinggi. Pada 27 Juli 2012 betina berperawakan gempal dengan rambut pendek dan tebal berwarna coklat gelap ini melahirkan putra pertamanya yang diberi nama Mumpuni. Mumpuni yang memiliki rambut pendek dan jarang berwarna coklat kehitaman ini berperilaku layaknya orangutan liar. Ia tidak menyukai kehadiran manusia dan akan segera mencari perlindungan di pelukan sang induk.

Setelah 15 tahun menjalani proses rehabilitasi di Nyaru Menteng, Mawar kini berusia 22 tahun dengan berat badan 40 kg. Sementara putra kecilnya kini berusia 3 tahun dengan berat badan 5 kg. Tak lama lagi, Mawar dan Mumpuni akan pulang ke rumah sejati mereka, Hutan Lindung Bukit Batikap.

 

11. SUMEH DAN SAWUNG
Sumeh masih berusia 4 tahun dengan berat badan 13 kg saat disita oleh BKSDA Kalimantan Tengah dari seorang warga di Palangka Raya pada tanggal 12 Agustus 2000. Sumeh masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap manusia karena telah dipelihara cukup lama. Untuk itulah Sumeh perlu belajar di Sekolah Hutan bersama orangutan lain sebayanya untuk mengembalikan kemampuan dan perilaku alaminya.

Selama 15 tahun di pusat rehabilitasi, Sumeh yang berperawakan gempal dengan ekspresi wajah sendu ini telah dua kali melahirkan di Pulau Kaja. Putri pertamanya yang diberi nama Gembira lahir pada 26 Mei 2007, dan sekarang sudah mampu hidup mandiri. Sedangkan putra keduanya yang diberi nama Sawung lahir pada 23 September 2014. Sawung kecil kini berusia 1 tahun dan masih selalu dalam dekapan ibunya.

Meskipun tumbuh dewasa di pusat rehabilitasi, Sumeh adalah induk yang baik untuk anak-anaknya. Ia juga dikenal sebagai orangutan betina yang aktif, mandiri, dan gemar menjelajah. Ini membuktikan ia sudah siap untuk menghuni rimba yang sesungguhnya. Usia Sumeh kini 19 tahun, bersama kedua buah hatinya, Gembira dan Sawung, tinggal menunggu hari untuk bersama-sama kembali ke rumah mereka yang baru, Hutan Lindung Bukit Batikap.

 

12. GEMBIRA
Gembira, putri pertama Sumeh, lahir di Pulau Kaja pada 26 Mei 2007. Sejak kecil Gembira diasuh dengan penuh kasih sayang oleh induknya dan mendapatkan pengajaran langsung tentang cara bertahan hidup di alam liar.

Pelajaran membuat sarang, mengenal musuh alami, dan mencari pakan alami telah dikuasai dengan baik oleh Gembira. Selain itu, rasa ingin-tahunya yang besar membuatnya aktif menjelajahi hutan di Pulau Kaja. Gembira yang berparas cantik dan memiliki rambut pendek tebal berwarna coklat cerah ini berperilaku layaknya orangutan liar. Ia tidak menyukai kehadiran manusia dan akan melakukan kiss-squeak jika merasa terusik.

Kini diusia 8 tahun, Gembira yang memiliki raut wajah sendu dan bermata sipit ini siap pulang ke hutan bersama Ibu dan adiknya untuk menjadi orangutan liar muda yang mandiri di Hutan Lindung Bukit Batikap.

 

13. DIDIK
 Didik adalah orangutan jantan yang disita oleh BKSDA Kalimantan Tengah dari seorang warga di Palangka Raya. Ia diserahkan ke Nyaru Menteng untuk menjalani proses rehabilitasi pada tanggal 12 Agustus 2000 saat usianya 4 tahun dengan berat badan 10 kg. Selepas dua bulan masa karantina, pada 19 Oktober 2000, Didik mulai belajar di Sekolah Hutan untuk mendapatkan kembali kemampuan dan perilaku alaminya.

Lulus dari Sekolah Hutan, orangutan jantan yang memiliki paras tampan ini pun mengikuti tahap pra-pelepasliaran di Pulau Kaja. Didik adalah orangutan jantan yang sangat disegani oleh orangutan jantan lainnya dan lebih suka menyendiri.

Kini Didik berusia 18 tahun dengan berat badan 75 kg. Didik kecil telah tumbuh menjadi orangutan jantan dewasa dengan cheekpads (bantalan pipi) dan perilaku yang dominan. Didik mudah dikenali karena memiliki bentuk dahi cekung yang membentuk lubang, membuat ia terlihat berbeda dari orangutan jantan lainnya. Kini tinggal menghitung hari untuk membuktikan kemampuan dan kemandiriannya sebagai orangutan liar sejati di Hutan Lindung Bukit Batikap.

 

14. CHEETAH
Cheetah masuk ke Nyaru Menteng pada tanggal 30 Mei 2001, setelah disita oleh BKSDA dari seorang warga di Jakarta. Saat itu orangutan betina ini masih berusia 3 tahun dengan berat badan 11,5 kg dan datang dalam kondisi yang sangat memprihatinkan karena ibu jari tangan kanannya putus akibat tebasan senjata tajam. Ia pun langsung mendapatkan penanganan di klinik. Tim medis Nyaru Menteng memutuskan untuk mengamputasi ibu jari tangannya demi kesehatannya.

Beberapa bulan pasca amputasi, Cheetah yang memiliki paras menawan dengan ekspresi wajah garang serta tatapan yang garang ini bergabung dengan teman-teman sebayanya di Sekolah Hutan. Sepintas ia terlihat seperti orangutan jantan. Setelah lulus dari Sekolah Hutan, Cheetah menghuni Pulau Palas dan menjadi penjelajah yang handal di pulau itu. Pada 15 Oktober 2011, Cheetah dibawa kembali ke Nyaru Menteng dan menjalani perawatan medis setelah berkelahi dengan orangutan lainnya yang menyebabkan tangan kirinya patah. Pada 29 Oktober 2011, tim medis Nyaru Menteng dibantu oleh dr. Endrotomo, seorang ahli bedah orthopedic dari Rumah Sakit di Jakarta, melakukan operasi pemasangan plat titanium di tangan kiri Cheetah. Kondisinya semakin membaik dan kini lengannya sudah normal seperti sedia kala.

Orangutan yang memiliki rambut panjang dan lebat berwarna coklat kemerahan ini kini berusia 17 tahun dengan berat badan 57 kg. Setelah 14 tahun menjalani proses rehabilitasi di Nyaru Menteng, Cheetah akan mendapatkan kesempatan untuk kembali menikmati kebebasan sejati sebagai orangutan yang sebenarnya, karena dalam waktu dekat ia akan dilepasliarkan.
 


Profil Kandidat Pelepasliaran Orangutan Ke-11 Nyaru Menteng (Kredit foto: BOSF 2015)

Profil Kandidat Pelepasliaran Orangutan Ke-11 Nyaru Menteng (Kredit foto: BOSF 2015)

Profil Kandidat Pelepasliaran Orangutan Ke-11 Nyaru Menteng (Kredit foto: BOSF 2015)

Profil Kandidat Pelepasliaran Orangutan Ke-11 Nyaru Menteng (Kredit foto: BOSF 2015)

15. BENTO
Orangutan jantan ini disita oleh BKSDA Kalimantan Tengah dari seorang warga di Jakarta, yang menjadikannya hewan peliharaan pada tanggal 10 November 2004. Saat diserahkan ke Nyaru Menteng usia Bento sudah 13 tahun dengan berat badan 31 kg.

Bento menjalani tahap akhir proses rehabilitasinya di pulau pra-pelepasliaran, Pulau Kaja. Di Pulau Kaja, Bento yang sangat dominan dan agresif ini lebih suka menyendiri dan tidak lagi suka dengan kehadiran manusia.

Kini usia Bento 24 tahun dengan berat badan 75 kg. Ia memiliki rambut panjang berwarna coklat gelap dengan cheekpads (bantalan pipi) yang kini mulai tumbuh menghiasi wajahnya. Orangutan jantan yang memiliki tatapan mata yang tajam dan berwibawa ini akan segera berangkat ke Hutan Lindung Bukit Batikap untuk menjalani hidup barunya sebagai orangutan liar sejati.

 

16. SAMBA
Samba tiba di Nyaru Menteng setelah disita dari warga di Desa Tumbang Samba, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, pada 8 Maret 2000 saat usianya masih 1 tahun dengan berat badan 4,5 kg.

Lulus dari Sekolah Hutan, Samba yang terkenal agresif dan tidak suka bertemua dengan manusia ini pun mengikuti tahap pra-pelepasliaran di Pulau Palas. Samba kecil tumbuh menjadi orangutan jantan dominan dan gemar menjelajah. Ia akan mengejar atau menggoyangkan dahan pohon sambil mengeluarkan long call (seruan panjang) bila merasa ada ancaman atau gangguan dari manusia. Samba terampil mencari buah-buahan hutan dan rayap serta sangat di segani oleh orangutan jantan lainnya.

Orangutan gagah dengan rambut panjang tebal berwarna coklat kemerahan serta janggut panjang berwarna coklat kemerahan yang menghiasi wajahnya ini kini berusia 17 tahun dengan berat badan 90 kg. Tidak lama lagi Samba bisa menguji dan mempertajam kemampuannya di rumah sejatinya. Pengalaman yang ia dapatkan selama 15 tahun ini menjadi bekalnya untuk pulang ke rumahnya di Hutan Lindung Bukit Batikap.




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup