KANDIDAT PELEPASLIARAN ORANGUTAN KE-27 DARI SAMBOJA LESTARI
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia dan Yayasan BOS akan segera melakukan pelepasliaran orangutan ke-27 dari Pusat Rehabilitasi Samboja Lestari ke Hutan Kehje Sewen.
Kali ini kami akan memperkenalkan Anda dengan pekerjaan yang kami lakukan di Stasiun Penelitian Orangutan Tuanan, di Kawasan Konservasi Mawas, Kalimantan Tengah. Penelitian yang dilakukan di program Penelitian Orangutan Tuanan ini, meliputi: perilaku dan ekologi orangutan Kalimantan serta lingkungan rawa gambutnya sejak tahun 2003, dan telah menjalin kerja sama dengan Universitar Nasional (UNAS), Universitas Zurich, dan Universitas Rutgers.
November lalu, Dr. Erin Vogel, wakil direktur Stasiun Penelitian Tuanan, dan Will Aguado, kandidat PhD, dari Universitas Rutgers (New Jersey, U.S.A.) melakukan perjalanan yang ditunggu-tunggu ke Tuanan untuk menyelenggarakan lokakarya yang berfokus pada metode pengumpulan data untuk melakukan penelitian nutrisi dan kesehatan orangutan. Setelah kegiatan penelitian jeda cukup lama karena pandemi COVID-19, semua orang di kamp bersemangat untuk kembali bekerja. Termasuk beberapa mahasiswa dari UNAS serta beberapa staf dari Nyaru Menteng, yang semuanya hadir untuk mempelajari seluk beluk melakukan penelitian tentang perilaku, nutrisi, dan kesehatan orangutan.
Lokakarya dimulai dengan pelajaran mengumpulkan sampel tanaman pakan orangutan untuk penelitian jangka panjang tentang nutrisi orangutan. Sebagian besar makanan yang dimakan orangutan (buah, bunga, dan daun) ditemukan di kanopi setinggi 30 meter, sehingga sulit dikumpulkan. Memanjat pohon adalah cara yang biasa dilakukan untuk mengumpulkan sampel makanan, tim berpikir untuk mencoba beberapa metode baru yang lebih cepat dan aman, terutama selama musim hujan ketika cabang pohon sangat licin dan berbahaya. Dengan peluncur tali lempar Big Shot® yang baru dibeli (yang pada dasarnya adalah ketapel raksasa), peserta lokakarya menuju ke hutan untuk berlatih mengumpulkan sampel buah.
“Tiga! Dua! Satu!” tim berteriak serempak saat asisten lapangan, Idun, mengokang dan menembakkan peluncur tali tersebut sejauh kira-kira 15 meter ke udara. Peluncur tali tersebut pun membubung di atas cabang pohon manggis hutan, dan tim dengan penuh kemenangan menarik beberapa buah dan daun ke lantai hutan. Setelah beberapa kali menembakkan peluncur tali yang lebih sukses dari sebelumnya, peserta kembali ke kamp dengan membawa buah pakan hasil kerja keras mereka.
Pada lokakarya selanjutnya, beberapa mahasiswa UNAS dengan dibantu asisten lapangan, Abuk, dan manajer proyek, Mamet, berlatih mengukur dan menimbang sampel tanaman sebelum dikeringkan, disimpan, dan nantinya akan dikirim ke laboratorium nutrisi di BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional). Ketika tiba di laboratorium di UNAS dan BRIN, sampel-sampel pakan orangutan ini akan dianalisis untuk mengetahui “informasi nilai gizinya”. Dengan informasi ini, tim berharap dapat lebih memahami bagaimana orangutan memenuhi kebutuhan nutrisinya dan mengidentifikasi tanaman penting yang menopang populasi orangutan produktif di Tuanan. Para mahasiswa UNAS tidak hanya menggunakan data ini untuk membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan penting ini, tetapi juga untuk menyelesaikan proyek penelitian independen mereka sendiri. Beberapa proyek penelitian mereka fokus pada pemahaman perubahan mencari makan orangutan melalui pengembangan, distribusi spasial nutrisi di hutan, dan peran orangutan sebagai penyebar benih.
Tim di Tuanan baru mulai beraktifitas kembali, setelah penantian yang begitu lama sebelum lokakarya, dan banyak yang perlu dipelajari tentang orangutan! Ceritanya belum berakhir, jadi kami harap Anda kembali minggu depan untuk mempelajari tahap selanjutnya dari lokakarya yang menarik dan mendidik!