Apakah kamu member?

SAAT BENI BANGKIT KEMBALI

Beni, bintang serial dokumenter Orangutan Jungle School yang dicintai banyak pemirsa, tengah menghadapi tantangan terbesarnya, hidup di pulau pra-pelepasliaran. Dengan caranya yang khas, tidak sampai dua bulan di pulau, ia sudah terlibat dalam drama baru.

Beni mendapat perhatian khalayak berkat gayanya yang unik di Sekolah Hutan dan kecintaan yang besar terhadap pisang, namun di usia nyaris delapan tahun, kini sudah saatnya bagi Beni untuk meninggalkan kenyamanan Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng dan menjalani tahap pra-pelepasliaran. Ia dan beberapa orangutan lain dibawa ke Pulau Badak Besar di Gugusan Pulau Salat, Kalimantan Tengah, di pertengahan bulan November lalu. Pengamatan terhadap rombongan ini selama beberapa bulan pertama menunjukkan hasil positif, dengan laporan teknisi bahwa para orangutan ini rajin menjelajah pulau dan memanfaatkan keterampilan menyintas yang mereka pelajari di Sekolah Hutan.

Namun, kehidupan di pulau-pulau pra-pelepasliaran memang berbeda dari Sekolah Hutan. Di sini orangutan dipaksa untuk belajar langsung hidup di pulau berhutan, sebelum mereka berada di hutan liar Kalimantan sesungguhnya yang tak kenal ampun. Di Sekolah Hutan, “ancaman” hanya untuk menakut-nakuti dan ibu asuh mengawasi dengan cermat dan meredakan konflik serius antara teman sebaya; ini tidak terjadi di pulau-pulau.

Suatu hari di akhir bulan Desember, Beni merasakan langsung pengalaman pahit ini.

Seperti biasa, di hari itu, tim teknisi pulau tiba di tempat pemberian makan (feeding platform) untuk membagikan pakan tambahan dan mengamati perilaku orangutan. Seperti biasa, kebanyakan orangutan segera muncul begitu mendengar suara mesin perahu yang datang. Banyak teman Beni, dari Cinta hingga Meryl, berkumpul, dan Beni segera bergabung dengan mereka. 

Ia bertingkah seperti tak ada masalah, namun tim kami menemukan satu hal yang mengejutkan. Beni telah terlibat perkelahian, dan tampaknya ia kalah. Tim melihat ada luka irisan kecil namun dalam di atas alis dan bibirnya sobek. Beni duduk sabar menanti pakannya, mungkin berharap ada buah pisang di antaranya.


Kendati perilakunya tampak normal, tim kami memutuskan untuk mengambil tindakan. Dengan dibantu oleh drh. Greggy Harry Poetra, dokter hewan kami dari Nyaru Menteng, mereka memindahkan Beni ke sebuah kendang transit untuk menjalani perawatan.

Pemeriksaan lebih dekat menunjukkan bahwa luka-luka Beni disebabkan oleh gigitan taring yang mengiris alis kiri dan bibir bagian atasnya. Harry and Cinco, dua teknisi pulau melaporkan bahwa mereka belum lama ini melihat Beni berada di dekat Petruk dan hal ini membuat Petruk menjadi tersangka pelaku perkelahian melawan Beni. 

Beni sebenarnya kami tempatkan di sisi pulau yang berbeda dengan Petruk, jantan berusia 11 tahun, dan kedua sisi pulau terpisah oleh kanal buatan yang berisi air sungai. Namun kondisi pasang surut air dikombinasi dengan menumpuknya endapan lumpur memberi peluang bagi orangutan untuk menyeberangi kanal tersebut.

Teknisi juga menyatakan bahwa mereka tidak melihat Petruk berkelahi dengan orangutan lain. Kami menduga perkelahian ini dipicu oleh perebutan makanan. Beni telah mengenal Petruk sejak di Sekolah Hutan, sebelum Petruk memiliki bantalan pipi (cheekpad) dan beranjak dewasa. Memahami hirarki sosial adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap orangutan muda dan tampaknya, Beni membuat kesalahan kali ini. Namun itulah fungsi hidup di pulau pra-pelepasliaran, kesempatan bagi para orangutan untuk belajar sementara tim kami masih mengawasi untuk memberi bantuan jika dibutuhkan!

Drh. Greggy mengatakan bahwa luka gigitan hanya di lapisan kulit dan tidak mencapai jaringan otot. Meski lukanya panjang dan tampak berbahaya, namun tak ada pembuluh darah yang pecah akibat gigitan, sehingga tidak membahayakan jiwa Beni. Bagaimana pun, jika dibiarkan tanpa perawatan tentu berpotensi infeksi, karenanya perawatan segera dilakukan.

Untuk mempercepat proses pemulihan, setelah drh. Greggy menjahit lukanya, tim medis sedara teratur memberi salep khusus dan obat anti radang dan antibiotik selama seminggu. Kami tahu Beni masih muda dan kuat, namun pemberian obat ini penting karena Beni tak tahan untuk menggaruk bekas luka yang mengering. Tim medis sampai harus menjahit ulang lukanya.

Selama pemulihan, Beni diberi pakan kaya protein dan vitamin, seperti tempe, susu, telur dan buah-buahan, terutama pisang, buah favoritnya. Kurangnya kegiatan aktif di klinik dibandingkan dengan di pulau membuat berat badan Beni sedikit bertambah. “Tapi masih bisa dikatakan pertambahan berat badannya normal dan tidak gendut,” ujar drh. Greggy.

Setelah tiga bulan perawatan, luka-luka Beni pulih sepenuhnya dan ia siap untuk kembali ke pulau pra-pelepasliaran. Tim kami melepaskan Beni kembali di Pulau Badak Besar pada akhir Januari lalu.

Berhati-hatilah dan jangan berhenti belajar, Beni!

Bantu kami untuk memberi Beni masa depan terbaik dengan mendukung tim teknisi kami mengantarkan pakan kepadanya setiap hari sekaligus melakukan pengamatan dan penilaian terhadap kesehatan dan perilaku Beni. 




Support Beni

Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup