Apakah kamu member?

KANDIDAT PELEPASLIARAN ORANGUTAN KE-25

Dalam waktu dekat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur dibantu dengan Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (BOS) akan melakukan pelepasliaran orangutan ke-25 dari Pusat Rehabilitasi Samboja Lestari ke Hutan Kehje Sewen. Berikut beberapa orangutan yang akan menjadi kandidat pelepasliaran mendatang.

RIANA 
Riana disita dari warga Bontang setelah sebelumnya dipelihara selama empat tahun dalam keadaan leher yang dirantai pada pohon di tengah kebun warga tersebut, tanpa naungan & kandang, sehingga kami bersama BKSDA Tenggarong harus melepaskan rantai yang melingkar di lehernya saat penyelamatan tersebut. Rantai tersebut menyebabkan bekas di lehernya yang dapat dilihat hingga saat ini. 

Usianya masih lima tahun saat pertama kali tiba di Pusat Reintroduksi dan Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari, Kalimantan Timur pada 15 Februari 2018. Ia tidak mau minum susu maupun memakan buah-buahan yang diberikan karena sebelumnya telah terbiasa diberi makan nasi dan meminum teh. Butuh waktu cukup lama untuk membuatnya kembali mau memakan buah, susu, dan pakan alaminya. 

Selama berada di sekolah hutan, Riana menunjukkan perkembangan yang pesat. Menurut ibu asuh, ia termasuk orangutan yang cerdas, mandiri, dan tidak merepotkan. Ia pandai bersosialisasi dengan orangutan lain di sekolah hutan. Selain dari ibu asuh, ia juga belajar mengenali dan mencari pakan alami dari teman-temannya yang lebih berpengalaman di sekolah hutan. 
Meski dikenal sebagai orangutan yang aktif, Riana bukanlah orangutan yang agresif. Riana akan dengan senang hati berangkat ke sekolah hutan dengan teman temannya tanpa meminta gendong ataupun menggandeng tangan ibu asuh. Ia juga orangutan yang jarang bermain di tanah dan selalu bermain di atas pohon. 

Setelah lulus dari sekolah hutan, ia dipindahkan ke pulau pra-pelepasliaran di Samboja Lestari selama setahun sejak tahun 2020 dan menunjukkan progress yang positif. Sayangnya sejak tahun 2021, Riana harus dipindahkan ke kandang sosialiasi karena pulau pelepasliaran tempatnya belajar mengalami kelongsoran. Kini, usianya telah 10 tahun dan tumbuh menjadi orangutan betina yang cantik dan siap untuk dilepasliarkan ke rumah barunya di Hutan Kehje Sewen. 

MAYER
Orangutan jantan ini sempat dipelihara secara illegal selama dua bulan oleh salah satu penduduk Muara Wahau sebelum akhirnya diserahkan ke BKSDA Kalimantan Timur dalam kondisi kesehatan yang buruk. 

Pada 12 Mei 2014, BKSDA membawa Mayer dan bayi orangutan lainnya, Andreas, ke Pusat Reintroduksi dan Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari. Mayer, yang saat itu masih berusia di bawah 12 bulan, menunjukkan nafsu makan yang buruk dan berat badan yang kurang. Seperti pendatang baru lainnya, Mayer harus menjalani karantina sebelum bisa bergabung di Sekolah Hutan.

Tidak butuh waktu lama bagi Mayer untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya. Dalam waktu satu tahun, waktu yang relatif singkat, ia telah siap untuk naik kelas ke tahap selanjutnya. Mayer telah tumbuh menjadi individu yang aktif dan sehat. Mayer dikenal karena sifatnya yang mandiri dan sedikit perhatian yang dia berikan kepada ibu asuh dan teknisi kami. 

Bahkan di usianya yang masih muda, Mayer akan menunjukkan perilaku agresif terhadap orangutan lain. Ia akan langsung marah jika orangutan lain mengganggunya dan akan mengejar orang tersebut sampai dapat hanya untuk membalas kejahilan orangutan tersebut. Mayer sangat tahu bagaimana menggunakan giginya untuk menimbulkan gigitan yang menyakitkan.
Kini, orangutan berusia 10 tahun ini tengah menunggu gilirannya untuk dilepasliarkan kembali ke alam liar di kompleks kandang sosialisasi. 

ANDREAS
Bersama dengan Mayer, Andreas diserahkan oleh BKSDA Kalimantan Timur ke Pusat Reintroduksi dan Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari pada 12 Mei 2014. Sama dengan Mayer, Andreas juga sempat dipelihara ilegal oleh warga Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur saat kondisi kesehatannya mulai memburuk. 

Setibanya di Pusat Reintroduksi dan Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari, Andreas yang saat itu berusia 1 tahun menderita diare parah karena infeksi cacing. Tubuhnya yang masih kecil, terbilang sangat kurus untuk orangutan seusianya. Tim medis kami menghadapi tantangan besar dalam menangani Andreas, karena ia juga mengalami trauma untuk berinteraksi dengan dengan manusia. Ia tidak mau disentuh dan akan berteriak bahkan menggigit ketika dokter hewan kami berusaha merawatnya.

Dokter hewan dan ibu asuh kami yang berdedikasi memberikan Andreas perawatan, perhatian, dan cinta untuk membangun kepercayaannya pada mereka. Meski mulai sedikit terbiasa dengan perawatan yang diberikan oleh medis dan ibu asuh kami, ia masih berhati-hati dengan orang yang baru pertama kali ia lihat.

Setelah menjalani masa karantina selama tiga bulan, Andreas berangsur pulih dan mampu mengatasi ketakutannya untuk bersosialisasi. Berat badannya semakin bertambah dan ia semakin menumbuhkan rambutnya menjadi lebih tebal. Andreas telah siap bergabung dengan teman-teman barunya di Sekolah Hutan.

Setahun berada di grup kecil, Andreas siap untuk naik ke jenjang Sekolah Hutan yang lebih tinggi. Di lingkungan barunya, Andreas tidak mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman-temannya. menurut ibu asuh, Andreas termasuk orangutan yang memiliki keterampilan lebih tinggi. Andreas bahkan berhasil menyerap apa yang dilakukan rekan-rekannya dan meniru keterampilan yang dia amati dari orangutan yang lebih besar. Sejak itu dia menjadi penjelajah Sekolah Hutan yang sangat aktif.

Kini, bersama temannya saat pertama kali tiba di Samboja Lestari, Andreas tengah menunggu giliran kandangnya di buka di tengah Hutan Kehje Sewen.


Riana (Kredit foto: Fachmi)

Mayer (Kredit foto: Fachmi)

Andreas (Kredit foto: Fachmi)

Leann (Kredit foto: Fachmi)

Elaine (Kredit foto: Fachmi)

LEANN
Leann adalah orangutan betina yang diserahkan oleh warga lokal Bengalon, Kalimantan Timur. Ia diserahkan langsung ke Pusat Reintroduksi dan Rehabilitasi Samboja Lestari pada 10 Oktober 2014 saat usianya sekitar usia 3-4 tahun. Dirinya sempat menempati Sekolah Hutan grup kecil selama kurang lebih satu tahun sebelum akhirnya bergabung di Sekolah Hutan grup besar.

Leann mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga tidak lama baginya untuk naik kelas ke tingkat yang lebih tinggi selama berada di Sekolah Hutan. Ia cukup aktif bermain dan berlatih mencari makan atau membuat sarang. Meskipun termasuk sebagai orangutan yang cukup penyendiri, sesekali ia masih bersosialisasi dengan orangutan lain. Ia lulus dari Sekolah Hutan dan menjalani “magang” di pulau pra-pelepasliaran pada 13 April 2020.

Tidak jauh berbeda dengan kehidupannya di Sekolah Hutan, Leann masih sedikit menyendiri dan hanya berkumpul dengan betina lain di feeding platform pada pagi atau sore hari ketika para teknisi datang membawa pakan tambahan. Sayangnya, seperti Riana, kami harus memindahkan Leann ke kandang sosialiasi karena pulau mengalami kelongsoran akibat dari curah hujan yang tinggi dan terjadi banjir. 

Leann menempati kompleks kandan sosialisasi yang sama dengan Riana, Elaine, dan Andreas. Awalnya, tim memperhatikan bahwa Leann lebih aktif bergaul dan bersosialisasi dengan teman sebayanya karena biasanya betina akan berada di sudut kandang makan pakan dan membuat sarang dari daun dan batang yang disediakan teknisi setiap sore. Namun, sepertinya memang sudah karakteristik Leann yang lebih nyaman menyendiri. Ia terlihat lebih sering beraktivitas sendiri dan mengabaikan orangutan lain. Setelah selesai membuat sarangnya, ia biasanya akan langsung berbaring di sarang yang telah dibuatnya.

ELAINE
Elaine merupakan orangutan hasil serahan dari warga Bengalon. Ia sempat dipelihara selama satu bulan setelah menemukannya di kebun belakang rumah. Usianya sekitar 9-10 bulan saat pertama kali tiba di Pusat Reintroduksi dan Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari pada 5 Desember 2011.

Elaine tumbuh sebagai orangutan yang sangat manja kepada ibu asuh dan teknisi yang sudah lama dikenalnya. Berbeda jika ia baru pertama melihat orang tersebut, sikapnya akan berubah menjadi usil dan mencoba mendominasi. Begitulah cara Elain berkenalan dengan wajah baru yang ia lihat.

Sebagai orangutan yang aktif, ia sangat gigih untuk mendapatkan apa yang ia mau. Ia termasuk orangutan yang mahir dalam membuat sarang. Dan termasuk sebagai penghuni lama pulau pra-pelepasliaran sejak 2018, sebelum akhirnya dipindahkan ke kandang sosialisasi bersama Andreas, Leann, dan Riana karena kondisi pulau yang mengalami kelongsoran. 

Kemampuannya dalam mengenali pakan alami sangat tinggi. Ia menunjukkan progress yang baik selama berada di Sekolah Hutan dan pulau pra-pelepasliaran. Kini usianya 13 tahun dan siap untuk dilepasliarkan ke Hutan Kehje Sewen bersama Riana, Andreas, Mayer, dan Leann.

Bantu kami membawa orangutan untuk hidup aman di hutan dengan mendukung perjalanan pulang mereka!




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup