Apakah kamu member?

PERJALANAN JUMBO: PERSIAPAN MENUJU PELEPASLIARAN

Dalam waktu dekat, Jumbo akan menjadi salah satu orangutan yang terpilih untuk dilepasliarkan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), sebagai bagian dari kegiatan pelepasliaran dari Pusat Rehabilitasi Nyaru Menteng. Sebelum menyaksikan kembalinya Jumbo ke alam liar, mari kita menilik kembali perjalanan rehabilitasi yang telah ia lalui—mulai dari saat penyelamatannya di tahun 2013 hingga persiapan terakhir menuju kebebasannya.

Penyelamatan: Perpisahan yang Menakutkan

Pada tahun 2013, hanya dua hari setelah penyelamatan orangutan lain bernama Cinta, sebuah mobil tiba di Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng dengan membawa individu orangutan jantan muda dari Desa Dusun Manggana, Kabupaten Seruyan. Warga desa telah menghubungi BOS Foundation setelah merawat bayi orangutan tersebut selama sekitar satu bulan. Menurut salah satu warga, ia menemukan orangutan itu saat bekerja di kebun kelapa sawit kecilnya. Dari gubuknya, ia melihat induk orangutan dan bayinya terpisah cukup jauh. Terkejut, ia bersama anjing pemburunya mendekati mereka. Sang induk yang ketakutan melarikan diri ke hutan, meninggalkan bayinya. Tangisan bayi yang ketakutan itu mendorong petani untuk membawanya pulang.

Baca juga: PERJALANAN PULANG CINTA KE HUTAN

Saat tiba di Nyaru Menteng, dokter hewan kami, drh. Maryos V. Tandang, melakukan pemeriksaan kesehatan awal. Bayi jantan itu diperkirakan berusia sekitar satu tahun, tidak memiliki cedera fisik tetapi jelas mengalami trauma. Pada hari yang sama, Presiden kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, kebetulan sedang berkunjung dan dengan berbaik hati memberikannya nama Jumbo.

Tempat Pengasuhan dan Sekolah Hutan

Jumbo ditempatkan di karantina bersama bayi Cinta. Di tempat pengasuhan, ia mulai belajar keterampilan penting untuk bertahan hidup di alam liar. Perjalanannya menuju kemandirian pun resmi dimulai.

Pada tahun 2014, Jumbo melanjutkan ke sekolah hutan, tempat ia belajar memanjat, mencari makan, dan hidup bersama orangutan lainnya. Selama bertahun-tahun, ia tumbuh menjadi individu yang ramah dan menunjukkan ketertarikan yang sangat minim terhadap manusia—salah satu karakter penting sebagai calon orangutan yang siap dilepasliarkan.


Menjadi Liar di Pulau Salat

Pada 7 April 2021, Jumbo memasuki tahap selanjutnya di Pulau Salat, sebuah pulau pra-pelepasliaran. Di sana, ia terlihat mencari makan secara alami dan menghabiskan waktu di tajuk pohon, bersosialisasi dengan orangutan lain seperti Kasongan. Ia tampak sehat, aktif, dan waspada—menunjukkan perilaku bertahan hidup yang penting di alam liar.

Baca juga: DELAPAN ORANGUTAN MEMULAI HIDUP DI PULAU PRA-PELEPASLIARAN!

Pada akhir tahun yang sama, Jumbo dipindahkan ke Pulau Salat. Seiring waktu, ia menjadi semakin liar dan sulit diamati, bahkan mulai menghindari tim pemantau kami. Perilaku ini umum terjadi pada orangutan di pulau pra-pelepasliaran, karena mereka bebas menjelajah ke pulau-pulau sekitarnya. Beberapa bulan kemudian, Jumbo muncul kembali di platform pemberian pakan, tetapi kondisinya memburuk. Ia mengalami malnutrisi dan akhirnya dibawa ke Klinik Nyaru Menteng pada September 2022 untuk pemulihan. Di sana, ia diberi suplemen gizi dan pakan pengayaan hingga perlahan pulih.

Kembali dan Persiapan Akhir

Pada Juli 2023, Jumbo kembali ke Pulau Kaja untuk menjalani tahap terakhir dari proses pra-pelepasliaran. Kini berusia 12 tahun, Jumbo telah menguasai semua keterampilan penting untuk bertahan hidup secara mandiri di alam liar.

Saat ini, Jumbo tengah menunggu dengan sabar di kandang karantina Nyaru Menteng. Tak lama lagi, ia akan memulai bab terakhir dalam perjalanannya—menuju TNBBBR, tempat kandang transportasinya akan dibuka dan ia kembali ke kebebasan di hutan hujan Kalimantan. 

Tetap bersama kami untuk menyaksikan perjalanan akhir Jumbo sampai di rumah barunya dalam waktu dekat!




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup