SELFIE: BAYI ORANGUTAN YANG DISELAMATKAN DARI TUMBANG SAMBA
Selfie adalah bayi orangutan betina yang diselamatkan dari Desa Tumbang Samba oleh gabungan tim Wildlife Rescue BKSDA Kalimantan Tengah.
Pada Minggu ini, kami kembali berangkat untuk melakukan pengamatan nest-to-nest untuk mengamati Yayang dan bayinya. Seperti yang telah kita ketahui bersama, Yayang, melahirkan anak keduanya beberapa waktu. Anak ini adalah anak orangutan pertama yang lahir di Hutan Kehje Sewen. Yayang sendiri dilepasliarkan di Hutan Kehje Sewen pada bulan Desember 2013 lalu bersama anak pertamanya, Sayang, yang saat itu masih kecil.
Pengamatan nest-to-nest atau dari sarang ke sarang kami lakukan ketika kami harus mengumpulkan data tentang satu individu orangutan tertentu. Proses pengamatan ini mengharuskan kami bertolak dari Camp Lesik di pagi buta, mencari dan menemukan sarang tempat istirahat individu yang akan kami amati hari itu, kemudian mengikuti setiap pergerakannya, mencatat semua kegiatannya setiap 2 menit, sampai ia membangun sarang baru menjelang matahari terbenam. Biasanya kami melakukan pengamatan nest-to-nest selama beberapa hari berturut-turut, kadang bisa beberapa minggu lamanya.
Pukul setengah 4 pagi, hari masih gelap gulita, tim yang terdiri dari 2 orang, Usup dan Rusda, meninggalkan Camp Lesik dan mengandalkan jejak observasi di hari sebelumnya untuk menemukan sarang Yayang. Untuk bisa mencapai titik yang terletak di transek kali Tengah tersebut, Usup dan Rusda harus terlebih dulu mendaki bukit dengan kemiringan mencapai 45 derajat.
Yayang dan bayinya keluar meninggalkan sarang sesaat sebelum pukul 6 pagi. Tim juga melihat Sayang masih berada bersama mereka, dan tampaknya ikut tidur bersama. Kami pun memulai pengambilan data dan dokumentasi.
Sepanjang hari selama observasi, Yayang dan bayinya masih beberapa kali turun ke tanah untuk mencari makan. Di tanah, mereka menyantap umbut Zingiberaceae, atau jahe-jahean. Selama sehari itu, Yayang, bayinya, dan Sayang terus bergerak perlahan menjauh dari jalan utama.
Sementara itu, Sayang menunjukkan ketidaksukaaannya atas kehadiran kami mengamati mereka. Sayang mengeluarkan bunyi kiss-squeak dan melemparkan patahan ranting ke arah kami. Sayang selalu berada dekat Yayang dan adiknya sembari menjaga mereka berdua agar tidak didekati manusia.
Menjelang sore hari, hujan melanda Hutan Kehje Sewen. Kami tidak bisa menghentikan pengamatan saat itu juga, karena kami harus memastikan lokasi sarang mereka untuk diikuti keesokan hari. Sekitar pukul 17.30, Yayang mulai membangun sarangnya untuk berteduh dari hujan yang tampaknya tidak akan segera berhenti. Sementara Sayang terlihat membuat sarangnya sendiri. Hal ini menunjukkan indikasi positif, karena Sayang sudah merasa perlu lebih mandiri, terutama setelah ie memiliki adik.
Kami pun kembali ke Camp Lesik setelah Yayang dan kedua anaknya beristirahat di dalam sarang.
Kunjungan Mona di Kamp
Sementara itu, ada kabar lain dari tim fenologi lembu yang bertemu Mona di sekitar kamp mereka. Mona datang ke kamp itu sekitar pukul 6 pagi di saat langit masih gelap, tetapi tidak lama Mona pergi menjauh. Saat itu, Mona terlihat sendirian, berbeda dengan observasi terakhir saat ia bersama Juminten. Dari pemantauan kami, Mona terlihat sangat sehat dan aktif berpindah dari satu pohon ke pohon lain.
Secara keseluruhan, kami sangat puas dengan hasil pengamatan kami pada pekan itu. Yayang dan kedua anaknya terlihat prima dan kami bahagia melihat Sayang sudah mulai menunjukkan kemandirian dengan membuat sarang sendiri, sekaligus perlindungan terhadap adik barunya dengan menunjukkan ketidaksukaannya diamati.
Mona juga membuat kami bangga. Orangutan betina nan cantik ini terlihat begitu sehat dan sangat aktif berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain.
Meskipun pengamatan nest-to-nest mengharuskan kami berjuang keras, berangkat dan mencari lokasi sarang di tengah kegelapan, pemantauan melelahkan yang memakan waktu sehari penuh, namun hambatan itu tak akan pernah memudarkan semangat kami untuk selalau mengobservasi setiap orangutan liar yang kami lepasliarkan di Hutan Kehje Sewen ini. Mereka sangat berarti bagi kita semua.