DUA BAYI ORANGUTAN DISELAMATKAN DI SAMBOJA
Esa dan Indri adalah dua bayi orangutan yang baru-baru ini diselamatkan oleh Yayasan BOS dan BKSDA Kalimantan Timur. Keduanya kini ditempatkan di Pusat Rehabilitasi Samboja Lestari.
Pada bulan Maret lalu, tim monitoring di Juq Kehje Swen menemukan bunga langka yang tumbuh di pulau pra-pelepasliaran Juq Kehje Swen, sebuah pulau berhutan seluas 82,84 hektar di Kalimantan Timur.
Pulau Juq Kehje Swen (berarti ‘pulau orangutan’ dalam bahasa Dayak Wehea) adalah pulau buatan yang dibangun dan diperuntukkan sebagai lokasi pra-pelepasliaran bagi orangutan yang di rehabilitasi di Samboja Lestari. Terletak sekitar 10-kilometer dari Hutan Kehje Sewen, Juq Kehje Swen (JKJ7) dibangun melalui kerja sama antara Yayasan BOS dengan PT. Nusaraya Agro Sawit (PT NUSA). Pulau JKJ7 ini diapit oleh dua sungai yaitu Sungai Melenyu dan Sungai Wahau.
Berbagai jenis flora dapat ditemukan di Pulau Juq Kehje Swen ini. Salah satu spesies flora yang ada di sini dan sangat unik serta langka adalah ‘sepupu’ dari bunga bangkai raksasa yang terkenal (Amorphophallus sp.). Dikarenakan jumlahnya yang sedikit dan persebarannya yang langka, semua spesies dalam genus Amorphophallus dilindungi Undang-Undang di Indonesia (PP No. 7, 1999)
Bunga bangkai termasuk dalam keluarga Araceae dan jarang berbunga, seperti bunga bangkai Titan Arun dari Sumatera yang terkenal, yang hanya berbunga sekali dalam satu dekade. Seperti namanya, bunga bangkai mengeluarkan bau busuk saat mekar, yang akan menarik perantara penyerbukan tanaman.
Armophophallus sp. at Vegetative Stage
Bunga bangkai hanya ditemukan di tempat-tempat yang tanahnya kaya akan bahan organik. Faktor abiotik, seperti suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan pH tanah (tingkat keasamannya), menentukan kualitas tanah dan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup bunga. Vegetasi yang tumbuh di sekitar bunga bangkai juga merupakan faktor yang berpengaruh, karena tanaman tersebut menyediakan nutrisi untuk berkembang biak.
Wajar jika bunga bangkai ini bisa tumbuh di Pulau Juq Kehje Swen, karena kondisi lingkungan pulau yang ideal dengan suhu antara 28-33 oC dan pH tanah antara 5-8. Lokasi di mana bunga bangkai ini ditemukan tim monitoring pada bulan Maret lalu tidak jauh dari sungai, yang juga mendukung pertumbuhannya.
Kondisi lantai hutan di Pulau Juq Kehje Swen yang ditutupi serasah juga berkontribusi pada kondisi ideal yang dibutuhkan oleh bunga bangkai untuk bertahan hidup. Keanekaragaman hayati di pulau juga didukung oleh burung Cucak Kutilang dan burung lainnya yang berperan sebagai agen penyebar biji. Saat bunga bangkai mekar, bau busuk yang dikeluarkannya menarik serangga untuk membantu penyerbukan. Buah tanaman yang matang kemudian di makan oleh burung, dan dengan demikian siklus berlanjut.
Tahun ini, tim monitoring di JKJ7 menemukan tiga bunga bangkai, dan menemukan empat pada tahun sebelumnya, ketika mereka melakukan observasi di Pulau Juq Kehje Swen. Untuk memastikan bahwa spesies ini terus tumbuh dan berkembang di Pulau Juq Kehje Swen, ekosistem ini penting untuk dilindungi.
Kami berharap dapat menemukan lebih banyak bunga berbau khas ini tumbuh di Pulau Juq Kehje Swen!
Armophophallus sp. at Reproductive Stage