HARI BUMI SEDUNIA 2024: PLANET VS PLASTIK
Setiap tahun pada tanggal 22 April, kita merayakan Hari Bumi Sedunia untuk menghormati planet yang menjadi rumah bagi kita semua.
Di suatu pagi yang cerah, saat tim Post-Release Monitoring (PRM) kami sampai, hutan dalam keadaan yang cukup ramai dengan kicauan burung-burung yang menyambut hari. Di tengah suara riuh itu, suara lain yang terdengar berbeda mengalihkan fokus tim PRM kami dan memancing mereka untuk mencari sumber suara tersebut.
“Tuk-tuk-tuk, tuk-tuk-tuk, tuk-tuk-tuk,” suara berirama tersebut ternyata berasal dari Pelatuk Raffles (Chloropicoides rafflesii). Ya, selain tim PRM kami yang memulai hari dengan penelusuran, Pelatuk Raffles pun tak mau kalah memulai harinya dengan mencari makan. Makanan mereka terdiri dari semut, rayap, kumbang, ulat, laba-laba, dan satwa pengerat berukuran kecil.
Untuk mendapatkan makanannya, Pelatuk Raffles mematuk kayu mati yang mulai lapuk. Aktivitas ini secara tidak sengaja menghasilkan pola lubang yang indah. Tidak heran jika Pelatuk Raffles juga disebut sebagai pemahat kayu alami. Kegiatan yang dilakukan oleh Pelatuk Raffles cukup menarik untuk diamati, seperti bagaimana cara ia memilih batang kayu dengan cermat demi mendapatkan mangsanya.
Burung ini tersebar dalam lingkup yang cukup terbatas. Di Indonesia sendiri ia merupakan penghuni hutan Sumatera termasuk Kepulauan Riau dan Bangka Belitung serta Kalimantan. Pelatuk Raffles biasa ditemukan di hutan bakau, dataran rendah, dan bukit yang memiliki ketinggian 1.200 meter. Tim PRM kami di hutan Kehje Sewen, sering bertemu dengan burung ini meski keberadaannya harus dilihat dengan lebih cermat karena ukurannya yang kecil.