Apakah kamu member?

HARI KE-1 LIMA ORANGUTAN PULANG KE KALIMANTAN TENGAH

Menutup tahun 2013, Yayasan BOS melakukan tantangan yang paling sulit dengan menyelenggarakan beberapa kegiatan sekaligus dan melibatkan kolaborasi lintas provinsi dari tiga program kami – Nyaru Menteng, Samboja Lestari, and Restorasi Habitat Orangutan (RHOI). Kegiatan-kegiatan ini merupakan yang terumit – dan juga yang termahal – namun sangat penting dalam menjamin kelestarian spesies unik ini.

Aktivitas utama kali ini adalah pelepasliaran orangutan yang ketujuh kalinya dari Pusat Reintroduksi Orangutan milik Yayasan BOS di Nyaru Menteng yang akan dimulai besok pada 29 November 2013, di mana 17 orangutan akan dilepasliarkan ke Hutan Lindung Bukit Batikap. Namun berkat dukungan logistik dari BHP Billiton, Yayasan BOS dapat menggunakan kesempatan ini untuk memindahkan delapan orangutan lintas provinsi, baik dari Kalimantan Timur ke Kalimantan Tengah, maupun sebaliknya.

Latar Belakang
Kegiatan-kegiatan lintas provinsi ini diharapkan dapat menyoroti banyaknya tantangan dalam konservasi orangutan dan fakta bahwa sebenarnya lebih mudah dan lebih murah untuk membiarkan mereka tanpa diganggu di habitat aslinya. Melepasliarkan orangutan tidak semudah bayangan banyak orang. Kegiatan ini tidak sekedar membawa mereka ke hutan dan membuka pintu kandangnya. Ada banyak kriteria yang harus dipatuhi, baik kriteria nasional maupun internasional (IUCN). Salah satu kriteria adalah memastikan bahwa daerah pelepasliaran sesuai dengan subspesies orangutan yang bersangkutan.

Ini artinya orangutan harus dilepasliarkan di daerah asalnya. Orangutan asal Kalimantan Timur tidak dapat dilepasliarkan di Kalimantan Tengah atau di hutan-hutan lainnya di luar Kalimantan Timur. Orangutan asal Kalimantan Tengah tidak dapat dilepasliarkan di Kalimantan Barat, dan seterusnya. Dan karenanya, sangatlah penting untuk melakukan pengecekan DNA untuk menentukan subspesies orangutan, segera setelah mereka diselamatkan dan/atau disita, di mana tugas ini merupakan tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat. Hasil dari tes DNA dapat membantu menentukan lokasi pusat rehabilitasi orangutan yang tepat.

Meski begitu, kepatuhan terhadap kewajiban ini tidak pernah dilaksanakan. BKSDA biasanya mengirimkan orangutan ke sebuah pusat rehabilitasi hanya berdasarkan lokasi terdekat dan/atau ketersediaan sumber daya, dan bukan berdasarkan lokasi subspesies. Karena itu, selama ini, setiap pusat rehabilitasi harus menanggung kewajiban tersebut dan melakukan tes DNA terhadap semua kandidat pelepasliaran untuk menentukan subspesies sebelum mereka dilepasliarkan di hutan.

Pertukaran Orangutan
Mengikuti prosedur wajib untuk melakukan tes DNA, Yayasan BOS menemukan bahwa delapan dari orangutan kami tidaklah berada di mana mereka seharusnya berada. Meski sudah menjalani rehabilitasi bertahun-tahun di Pusat Rehabilitasi Orangutan kami di Samboja Lestari, Kalimantan Timur, hasil tes DNA menunjukkan bahwa lima orangutan – Cici, Donna, Karen, Roma, dan Marwoto – memiliki subspesies Pongo pygmaeus wurmbii, yang secara alami bertempat tinggal di bagian tengah Pulau Kalimantan.

Demikian pula tiga orangutan – pasangan ibu-anak Yayang-Sayang, serta satu betina dewasa, Diah – yang telah lama menjalani rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Orangutan kami di Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah, ternyata memiliki subspesies Pongo pygmaeus morio, yang secara alami bertempat tinggal di bagian timur Pulau Kalimantan. Pertukaran orangutan pun harus dilakukan.

Para Orangutan
Hari ini, kelima orangutan dari Samboja Lestari, Kalimantan Timur akhirnya memulai perjalanan lintas provinsi menuju Kalimantan Tengah. Kegiatan di Samboja Lestari dimulai pukul 10.00 WITA. Kandang-kandang transportasi dibersihkan dan dialasi dengan dedaunan nyaman, kemudian tim kami pun bersiap membius para orangutan.

Marwoto, satu-satunya jantan di kelompok ini, adalah yang pertama dibius. Dia dulu tiba ke Samboja Lestari saat masih berusia 5 tahun pada 4 Oktober 2001, setelah disita oleh BKSDA di Kalimantan Selatan. Kini dia sudah dewasa di usia 17 tahun dan dikenal sebagai penjelajah. Dia sangat mahir menemukan makanan di hutan, seperti buah ficus, manggis hutan, umbut bambu, dan rayap.

Tidak diperlukan waktu lama untuk membius Marwoto. Tak lama, dia pun tertidur dan dipindahkan ke kandang transportasinya.

Karen juga tidak memberikan banyak masalah. Sedasi terhadap orangutan betina usia 14 tahun ini berlangsung cepat. Karen dulu disita di Jakarta oleh BKSDA setempat ketika berusia 5 tahun dan tiba di Samboja Lestari pada 14 Juli 2004. Dari dulu Karen selalu mempertahankan ‘sisi liar’-nya. Dia mandiri dan sangat cerdas.  Karen adalah orangutan kedua hari ini yang tidur dengan tenang di kandang transportasinya.

Donna, di sisi lain, adalah orangutan betina yang penuh semangat. Upaya pembiusan pertama tidak berhasil. Orangutan berusia 14 tahun ini malah semakin berayun-ayun dari satu sisi ke sisi lain di kandang sosialisasinya. Donna sempat dipelihara seseorang di Surabaya, Jawa Timur, sampai suatu ketika BKSDA mengetahui hal ini dan menyitanya di usia 3 tahun. Dia diserahkan ke Samboja Lestari pada 1 Agustus 2002. Seperti Karen, Donna pun tetap berperilaku liar dan tumbuh menjadi orangutan betina yang dominan.

Dia memperlihatkan dominasinya hari ini dan terlihat tidak mau memudahkan kami untuk membiusnya. Namun upaya sedasi yang kedua kali akhirnya berhasil. Dia tertidur dan dipindahkan dengan aman ke kandang transportasinya.


Latar belakang

Tim Samboja Lestari berpose bersama sebelum memulai hari yang sibuk

Marwoto, satu-satunya jantan di kelompok ini

Karen selalu mempertahankan 'sisi liar'-nya

Karen lelap tertidur

Donna yang penuh semangat

Roma tidak suka berada di sekitar manusia

drh. Agnes memberikan Roma dosis bius ekstra

Cici dijuluki 'owa-owa'

Proses memuat kandang ke pesawat, dimulai dengan Cici

Pelangi cantik di ujung landasan

Tim Nyaru Menteng menunggu kedatangan pesawat

CEO Jamartin Sihite turut menggotong kandang Cici

Roma juga disita di Jakarta di usia 4 tahun. Roma tiba di Samboja Lestari pada 25 Januari 2000. Roma tidak suka jika berada dekat dengan manusia. Orangutan betina ini sangat mandiri dan telah memiliki kemampuan yang cukup baik untuk bertahan hidup di hutan. Roma kini berusia 17 tahun dan sudah dewasa. Dia adalah orangutan keempat yang dibius hari ini. Beberapa menit kemudian, dia terlihat sudah tertidur. Namun ketika dengan hati-hati dia diangkat keluar dari kandang sosialisasi, dia bangun! Jelas bahwa dia masih dalam pengaruh bius, tapi untuk amannya, drh. Agnes menambahkan dosis bius ekstra kepadanya.

Akhirnya, Cici, orangutan betina usia 13 tahun, juga dibius. Cici disita oleh BKSDA Jakarta dan diserahkan ke Samboja Lestari pada 8 Januari 2003. Dia baru berusia 3 tahun saat itu. Selama menjalani Sekolah Hutan, Cici dikenal dengan kemampuannya ‘menghilang’. Dia jago bersembunyi di semak-semak atau berayun di antara pepohonan tanpa menimbulkan suara sedikit pun, sehingga sulit bagi para pengasuhnya untuk memantau pergerakannya. Karena itu pula dia dijuluki ‘owa-owa’ karena kelincahannya mirip owa-owa.

Penerbangan ke Kalimantan Tengah
Jam 13.00 WITA, kelima orangutan tersebut sudah berada dalam kandang transportasi masing-masing dan sudah dimuat ke atas truk. Tim kami pun berangkat menuju Bandara Sepinggan, Balikpapan, dan tiba di sana sekitar pukul 14.30 WITA. Pesawat Hevilift sudah menunggu di sana.

Setelah menyelesaikan berbagai dokumen yang diperlukan, kami mulai menurunkan kandang-kandang transportasi dari truk dan memuatnya ke dalam pesawat. Cici dimuat paling pertama, disusul oleh Roma, Donna, Karen, dan Marwoto. Manajer Program Samboja Lestari, drh. Agus Irwanto, dan Teknisi Senior, Imam Gozali, turut naik ke pesawat untuk menemani kelima orangutan ini dalam perjalanan kembali ke kampung halamannya di Kalimantan Tengah.

Hujan tiba-tiba turun dengan deras di tengah proses memuat orangutan ke pesawat. Syukurlah, hujan mereda dan berhenti sesaat sebelum pesawat lepas landas. Matahari keluar dari persembunyiannya, langit cerah kembali dan bahkan berhias pelangi, seperti menyambut pesawat yang lepas landas tepat di pukul 15.45 WITA.

Selamat Datang di Nyaru Menteng
Sementara itu di Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah, hari ini dimulai dengan persiapan teknis terakhir untuk kegiatan pelepasliaran orangutan. Semua kandang transportasi dibersihkan dan dibawa ke lokasi kandang karantina. Tim di Nyaru Menteng juga membuat lubang-lubang tambahan pada kandang transpotasi milik Yayang dan Sayang untuk memberikan ventilasi ekstra, keamanan dan kenyamanan, karena pasangan ibu-anak ini akan menempati kandang yang sama selama perjalanan panjang ke Hutan Kehje Sewen di Kalimantan Timur.

Setelah makan siang, sekitar jam 13.00 WIB, Tim Nyaru Menteng berangkat ke Bandara Tjilik Riwut di Palangka Raya untuk menjemput Marwoto, Cici, Donna, Karen, dan Roma. Walaupun kelima orangutan ini ditemani oleh Agus dan Imam, Nyaru Menteng juga mengirimkan tim yang terdiri dari seorang dokter hewan yaitu drh. Anggun Mumpuni, enam teknisi dan seorang petugas keamanan. Manajer Program Nyaru Menteng, Anton Nurcahyo, CEO Yayasan BOS, Jamartin Sihite, dan Tim Komunikasi Nyaru Menteng dan Kantor Pusat turut pula bersama tim ini.

Pukul 16.10 WIB, pesawat Hevilift Twin Otter yang membawa Cici, Donna, Karen, Roma, dan Marwoto mendarat di Kalimantan Tengah! Proses bongkar-muat berjalan cepat dan lancar, dimulai dari Marwoto. Orangutan terakhir yang diturunkan dari pesawat dan dinaikkan ke atas truk adalah Cici. Keseluruhan proses berlangsung dalam waktu kurang dari 10 menit.

Pukul 17.00 WIB, kami tiba Kompleks Nyaru Menteng 2, di mana Karen, Cici, Roma, Donna, dan Marwoto akan tinggal untuk sementara waktu, sebelum mereka ditempatkan di salah satu pulau pra-pelepasliaran milik Nyaru Menteng. Para orangutan terlihat tenang dan sabar, dan mau bekerjasama dengan memasuki kandang-kandang mereka. Kegiatan hari ini pun selesai tanpa banyak kendala pada pukul 17.30 WIB.

Meski begitu, bukan hanya Marwoto, Cici dan kawan-kawan yang disambut dengan riang di daerah asalnya. drh. Agus Irwanto juga sangat bahagia bisa berkunjung lagi ke Nyaru Menteng, tempat di mana dia menghabiskan beberapa tahun pertamanya di Yayasan BOS sebagai dokter hewan. Dia disambut dengan hangat, terutama oleh teman-teman lamanya di Nyaru Menteng. Selamat datang di Kalimantan Tengah!

Hari ini dan tiga hari ke depan amat luar biasa dan penuh tantangan bagi tim kami. Kami menyelenggarakan dua pemindahan orangutan lintas provinsi dan dua kegiatan pelepasliaran orangutan di Kalimantan Tengah dan di Kalimantan Timur. Semua ini memerlukan logistik yang sangat besar dengan keterlibatan banyak karyawan. Selain itu, keberhasilan kami pun sangat bergantung dengan cuaca.

Rajin-rajin mengintip situs ini dan ikuti lebih banyak lagi kisah kegiatan pelepasliaran orangutan dan pemindahan orangutan lintas provinsi selama beberapa hari ke depan!




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup