Apakah kamu member?

10 ORANGUTAN KEMBALI KE RUMAHNYA!

20 Maret 2014 | Pelepasliaran Hari Pertama

Hari ini, 20 Maret 2014, delapan orangutan berangkat dari Samboja Lestari untuk menuju titik-titik pelepasliaran yang telah ditentukan sebelumnya di Hutan Kehje Sewen. Delapan orangutan tersebut dibagi ke dalam dua grup. Grup pertama terdiri dari Acul, Nila, Oneng, dan Upi. Grup kedua terdiri dari Indo, Maduri, Leke, dan Bajuri.

Ini merupakan kegiatan pertama tahun ini, dari serangkaian kegiatan pelepasliaran orangutan dari Samboja Lestari yang telah direncanakan di tahun 2014.
 

Perjalanan Dimulai!

Hari pertama pelepasliaran ini dimulai dengan persiapan medis. Pukul 04.30 dini hari tim medis dan teknisi sudah berada di klinik Samboja Lestari dan langsung menuju ke kandang karantina. Tim medis yang dikoordinir oleh drh. Agus Irwanto sudah siap untuk membuat para orangutan terlelap. Tapi karena hari masih gelap, maka drh. Agus Irwanto memutuskan untuk menunggu hingga hari mulai terang, untuk menghindari kesalahan dalam pembiusan orangutan.

Tim medis Samboja Lestari mulai melakukan pembiusan terhadap orangutan kandidat pelepasliaran sejak pukul 06.06 dini hari. Upi adalah kandidat rilis yang pertama kali dibius. Ia susah sekali tertidur, sehingga tim medis pun memutuskan untuk menambah dosis obat biusnya. Setelah lama menunggu, akhirnya Upi tertidur dan segera dipindahkan ke kandang transport.

Acul, kandidat orangutan jantan dominan dengan bantalan pipi yang kini mulai tumbuh menghiasi wajahnya, mendapat giliran kedua dibius.  Sama seperti Upi, Acul susah sekali tertidur, sehingga tim medis memberikan dosis obat bius tambahan. Acul yang tertidur lalu dipindahkan ke kandang transport.

Giliran berikutnya adalah Nila, kandidat orangutan betina penyendiri yang sangat dominan dan tidak begitu menyukai orangutan betina yang lain. Nila pun susah sekali tertidur sehingga harus diberi tambahan dosis obat bius.

Selanjutnya Oneng dibius dan segera terlihat efek sedatifnya. Tanpa kendala yang berarti, tim memindahkan orangutan betina ini ke kandang transport.

Sebelum dimasukkan ke dalam kandang transport, masing-masing kandidat orangutan diambil sampel darahnya yang bertujuan sebagai bank serum.

Segera setelah proses loading kandang transport ke dalam truk selesai, tim berangkat ke Bandar Udara Internasional Sepinggan di Balikpapan, untuk kemudian akan diterbangkan ke bandara PT. Swakarsa Sinar Sentosa di Muara Wahau.

Pesawat yang akan membawa kedelapan orangutan ini sudah menanti di Bandara Sepinggan di Balikpapan. Truk yang membawa tim pelepasliaran serta para kandidat orangutan tiba di bandara pukul 08.19 pagi. Tidak beberapa lama, kami mendapat perintah untuk segera memulai proses loading. Proses bongkar muat berlangsung sekitar sepuluh menit tanpa kendala.
 

Leaving the Humans’ World

Tim Pelepasliaran Orangutan yang berada di Muara Wahau juga sudah siap sejak pagi. Pada pukul 7 pagi, tim sudah siap di Bandara PT. Swakarsa Sinar Sentosa. Tim dari PT. Swakarsa SInar Sentosa juga sudah siap di lokasi. Pukul 08.30, helikopter B3 dari Hevilift tiba di bandara. Setelah berdiskusi mengenai drop points dengan tim kami, pilot helikopter memutuskan untuk terbang mengelilingi Kehje Sewen untuk menemukan drop points yang dimaksud. Satu jam kemudian, helikopter kembali ke Muara Wahau dan langsung mengisi bahan bakar. Cuaca sangat cerah, membuat kami sangat bersemangat untuk membawa para orangutan dalam perjalanan mereka menuju rumahnya!

Pesawat Twin Otter mulai tampak di langit Muara Wahau dan akhirnya mendarat pada pukul 10.20 pagi. Tim mulai menurunkan keempat kandang dari pesawat dan langsung memasukkannya ke sling load, sementara itu Twin Otter kembali terbang menuju Balikpapan. Acul, Nila, Oneng dan Upi tampak tenang ketika tim mengangkut kandangnya menuju sling load. drh. Agnes memercikkan air agar mereka tidak kepanasan. Tim teknisi dari Samboja Lestari juga memberikan makanan terakhir mereka. Pada pukul 10.45, keempat orangutan – Acul, Nila, Oneng dan Upi – mulai mengudara, meninggalkan dunia yang penuh dengan manusia ini untuk kembali ke rumah sejati mereka.

Halo, Kehje Sewen!

Pukul 10:40 helikopter B3 mendekat ke drop point 1, Bukit 103, dengan membawa 4 kandang orangutan dalam sling load. Dipandu oleh Masino, HLO dari Samboja Lestari, keempat kandang mendarat dengan aman di drop point 1. Segera, Masino melepaskan jaring pembungkus kandang dari tali pengangkut dan memberikan kode kepada pilot bahwa helikopter sudah dapat mengudara kembali.

Dengan sigap, tim RHOI dibantu teknisi Samboja Lestari membuka jaring transportasi untuk mengeluarkan kandang orangutan. Keempat kandang yang berisi Acul, Nila, Upi dan Oneng pun segera dibawa ke titik pelepasliaran yang sudah dipersiapkan sebelumnya di Bukit 103, berbatasan dengan Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat.

Titik pelepasliaran Acul dan kawan-kawan terletak sekitar 1 km dari Camp 103 atau 500 meter dari drop point helikopter. Begitu kandang berhasil mendarat dan kandang dikeluarkan dari sling load, Nila tampak tidak senang dengan kehadiran tim dan tidak sabar ingin keluar dari kandangnya. Beberapa kali ia menggedor kandang dan melihat ke arah tim.
 

Tiga Betina Pemberani

Kandang pertama yang dibuka adalah kandang Oneng. Dilepaskan oleh Nur, Deputi Manager Camp 103, Oneng langsung berlari menuju pohon dan memanjat begitu kandangnya dibuka. Oneng memanjat semakin tinggi dan tak ragu-ragu berpindah ke pohon lain. Meskipun menjadi yang terkecil di grupnya, Oneng tampak percaya diri dan segera menjelajahi sekitar titik peleasliarannya hingga tim meninggalkannya.

Masino, teknisi sekaligus HLO Samboja Lestari, membuka kandang kedua, yaitu kandang Upi. Titik pelepasliaran Upi kira-kira sejauh 100 meter dari titik pelepasliaran Oneng. Begitu kandangnya dibuka Upi langsung memanjat pohon setelah sebelumnya sempat memandang ke arah Masino dan Tim. Di Samboja Lestari Upi dikenal sebagai orangutan yang ingin tahu dan aktif. Masino yang sehari-hari mengenal Upi di Sekolah Hutan, sangat bangga melihat kemandirian orangutan betina ini. Tak lama setelah memanjat, Upi cepat menghilang di balik rimbunnya kanopi hutan.

Kandang ketiga yang berisi Nila, diletakkan sejauh 200 meter dari kandang Upi, dibuka oleh drh. Putra, dokter hewan dari Samboja Lestari. Nila yang sebelumnya sedikit tak sabar di dalam kandang, tampak bersemangat keluar dari kandangnya. Dengan cepat ia segera memanjat pohon dan menjelajah di sekitar titik pelepasliarannya sementara tim PRM mengikutinya.
 

Acul Mencari Nila?

Acul berada di dalam kandang keempat, dengan titik pelepasliaran mengarah ke Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat, sejauh 100 meter dari kandang Nila. Musa Ba Helaq, selaku Pejabat Sementara Kepala Adat Desa Diaq Lay yang mewakili masyarakat Dayak Wehea, membuka kandang orangutan jantan dengan cheekpads ini. Begitu kandangnya dibuka, Acul segera kaluar dari kandangnya namun tak langsung memanjat pohon.

Acul tampaknya masih di bawah pengaruh obat penenang. Ia berjalan pelan menuju titik pelepasliaran Nila dan berputar-putar di bawah pohon di mana Nila memanjat dan mengendus kandang Nila. Acul memandang ke atas, namun masih ragu-ragu untuk memanjat pohon itu. Ia kemudian mengikuti teknisi yang memindahkan kandang Nila, seakan mengikuti bau Nila dengan penciumannya. Setelah 50 meter berjalan, Acul duduk sejenak memakan daun mangga hutan dan akhirnya memanjat pohon.
 

Samboja Lestari: Persiapan Grup Kedua

Sementara itu di kandang karantina, Samboja Lestari, persiapan pembiusan bagi kandidat orangutan di trip kedua dimulai pada pukul 09.18. Pukul 09.22 mulai dilakukan pembiusan terhadap Bajuri. Sudah hampir enam menit Bajuri belum tertidur juga, sehingga drh. Agus harus menambah dosis obat biusnya. Akhirnya Bajuri pun tertidur dan dipindahkan ke dalam kandang transport.

Si cantik Maduri yang memiliki wajah berwarna terang ini yang selanjutnya dibius. Maduri terlihat ketakutan ketika pertama kali melihat teknisi mendekat dan membawa peralatan pembiusan. Ia mulai mengeluarkan suara mencicit, seolah ingin bilang “stay away from me”. Tapi tak lama ketika ia melihat Bajuri dipindahkan ke kandang transport, Maduri mulai tenang dan tanpa kendala berarti teknisi bisa membiusnya. Perlu waktu agak lama hingga Maduri tertidur, tapi tim memutuskan untuk tidak memberi tambahan dosis obat bius kepadanya. Setelah tertidur Maduri segera dipindahkan ke kandang transport.

Setelah Maduri, giliran Indo, kandidat orangutan jantan yang merupakan lulusan terbaik Sekolah Hutan ini yang dibius. Indo pun agak lama baru tertidur. Sama seperti Maduri, tim medis tidak menambahkan dosis obat bius kepadanya. Segera setelah tertidur, Indo dipindahkan ke kandang transport.

Leke, orangutan betina dominan yang berperawakan besar dan kekar, adalah orangutan terakhir yang dibius. Karena cukup lama harus menunggu Leke tertidur, akhirnya drh. Agus memutuskan untuk menambah dosis obat bius kepada Leke. Setelah diberi tambahan dosis obat bius, Leke pun tertidur dan dipindahkan ke kandang transport yang akan membawanya pulang ke rumah sejatinya di Hutan Kehje Sewen.

Pukul 10.21 pagi, proses pembiusan dan pemindahan orangutan grup kedua ke kandang transport selesai. Tapi sebelumnya, semua orangutan harus dipastikan sudah bangun dari tidur. Hal ini penting untuk keselamatan si orangutan, karena dalam keadaan tidak sadar banyak hal bisa terjadi, seperti: jalan nafas tertutup karena lehernya tertekuk, karena terguncang-guncang ketika dibawa bisa membuat orangutan mabuk dan muntah. Sehingga penting sekali memberikan suntikan reversin kepada para kandidat orangutan untuk mengembalikan kesadaran mereka.

Truk siap diberangkatkan kembali ke bandara Sepinggan di Balikpapan. Mereka tiba di bandara pada pukul 11.30. Kami masih harus menunggu sekitar 30 menit untuk kedatangan pesawat yang membawa kandidat orangutan grup pertama kembali ke Balikpapan. Setelah pesawat tiba, proses bongkar muat pun segera dilakukan dan tidak memerlukan waktu yang lama, semua orangutan sudah berada di dalam pesawat.
 

Peristiwa yang Mengharukan

Helikopter B3 kembali ke bandara PT. Swakarsa Sinar Sentosa pada pukul 12.20 dan langsung mengisi bahan bakar, sembari menunggu kedatangan grup orangutan kedua. Grup kedua yang terdiri dari Indo, Maduri, Leke dan Bajuri akhirnya tiba pada pukul 13.41. Proses unloading dan loading kandang ke dalam sling load pun dilaksanakan. Seperti grup pertama, keempat kandidat riis yang ada di grup kedua ini pun tak membuat kami kewalahan. Semuanya berjalan dengan lancar. Leke tampak senang diperciki air oleh drh. Agnes. 

Akhirnya, tim di Muara Wahau menutup hari dengan menerbangkan Indo, Maduri, Leke dan Bajuri ke Hutan Kehje Sewen dengan sling load yang dibawa oleh helikopter B3. Pesawat Twin Otter juga langsung mengudara untuk kembali ke Balikpapan. Air mata kebahagiaan tak dapat dibendung lagi, walaupun kegiatan ini sudah berjalan beberapa kali dalam kurun waktu dua tahun ini. Mengirimkan orangutan untuk kembali ke rumahnya selalu menjadi peristiwa yang mengharukan untuk kami.


10 Orangutan Kembali ke Rumahnya! (Kredit foto: Paulina)

10 Orangutan Kembali ke Rumahnya! (Kredit foto: Paulina)

10 Orangutan Kembali ke Rumahnya! (Kredit foto: Monica)

10 Orangutan Kembali ke Rumahnya! (Kredit foto: Monica)

10 Orangutan Kembali ke Rumahnya! (Kredit foto: Paulina)

10 Orangutan Kembali ke Rumahnya! (Kredit foto: Handoko)

10 Orangutan Kembali ke Rumahnya! (Kredit foto: Agus)

Pelepasliaran di Bukit Lembu

Helikopter tiba di drop point 2 pada pukul 14:00, membawa kandang Indo, Maduri, Leke, dan Bajuri. Dipandu oleh Arief sebagai HLO, keempat kandang yang berisi 2 orangutan betina dan 2 orangutan jantan ini mendarat dengan aman dan selamat.

Kandang pertama yang dibuka pada trip kedua kali ini adalah kandang Bajuri. Dibuka oleh Fajar, teknisi camp 103, Bajuri berjalan dulu beberapa saat sebelum akhirnya naik ke pohon dan menikmati daun mudanya.

Bowo, teknisi Camp 103, membuka kandang kedua, yaitu kandang Leke. Titik pelepasliaran Leke kira-kira sejauh 200 meter dari titik pelepasliaran Bajuri. Berbeda dengan Bajuri yang sempat berjalan di tanah beberapa saat, begitu kandangnya dibuka Leke langsung berlari menuju hutan dan memanjat pohon.

Kandang ketiga yang berisi Maduri, sejauh 100 meter dari kandang Leke, dibuka oleh Budi Kuswara, Driver Yayasan BOS yang telah bekerja penuh dedikasi selama 8 tahun. Maduri tampak bersemangat keluar dari kandangnya begitu dilepasliarkan oleh Budi. Dengan cepat ia segera melesat menuju hutan dan memanjat pohon.

Indo berada di dalam kandang keempat, sejauh 200 meter dari kandang Maduri. Begitu kandangnya dibuka oleh Bambang dan Arief, Indo sempat memandang ke arah tim sebelum memanjat pohon di depannya.

Akhirnya kedelapan orangutan dari Samboja Lestari berhasil dilepasliarkan di Hutan Kehje Sewen. Acul dan kawan-kawan kini menikmati kebebasan di habitat alami mereka setelah sekian lama tinggal di Samboja Lestari untuk menjalani proses rehabilitasi. Melihat kepercayaan diri dan kemampuan mereka dalam memilih pakan alami, tim berharap mereka senang tinggal dan menjelajah rumah baru mereka dengan kemampuan alami yang kini mereka miliki.

Tim memandang haru helikopter B3 yang membawa pulang kandang-kandang kosong orangutan, membawa kabar gembira bagi seluruh tim Yayasan BOS. Esok hari, Kent dan Wani akan menyusul kedelapan temannya tinggal di rumah baru.

Helikopter tiba kembali di Muara Wahau pada pukul 16.28. Hari ini ditutup dengan gembira. Semoga kegiatan pelepasliaran esok hari juga dapat berjalan dengan lancar dan sukses!




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup