Apakah kamu member?

100 ORANGUTAN TELAH KEMBALI KE ALAM!

Hutan tampak begitu cantik dari udara saat helikopter mengitari daerah itu untuk memeriksa cuaca pagi ini. Cahaya matahari yang lembut dan sedikit pucat menyinari Hutan Kehje Sewen yang terlihat bersinar dengan megahnya. Hari ini adalah hari terakhir kegiatan Pelepasliaran Orangutan di bulan ini dan sekali lagi, kami diberkati dengan cuaca yang bagus.

Dr. Aldrianto Priadjati, Deputi Direktur Konservasi RHOI, melakukan pengarahan singkat pagi ini. Keberhasilan pelepasliaran kemarin dan long call Emerson yang terdengar senja kemarin telah memompa semangat tim. Setelah itu, kandang transport kosong dikemas dan dimasukkan ke dalam helikopter. Setelah itu, helikopter mengangkatnya tinggi, berputar beberapa kali kemudian hilang di langit luas. Helikopter itu terbang untuk kembali ke Bandara Uyang Lahai di Desa Miau Baru. Hari yang sibuk telah dimulai.

Pagi Hari di Samboja
Di Samboja, tim lain sedang bersiap-siap. Enam orangutan yang berada di Kandang Sosialisasi A, Program Reintroduksi Orangutan Samboja Lestari terlihat sangat bersemangat melihat kegiatan yang ada di sekitar mereka. Acong, Agus, Noel, Mayang, Inge dan Siwie seperti ikut merasakan bahwa sesuatu yang sangat penting sedang terjadi. Mereka benar, hari ini adalah hari di mana mereka akan keluar dari kandang yang memisahkan mereka dari dunia di mana mereka dilahirkan. Dunia kebebasan.

Inge dan Siwie refleks saling mendekatkan diri mereka ketika drh. Agus Irwanto yang juga selaku Program Manager Samboja Lestari, memakai sarung tangannya dan bersiap membius mereka. Wiwik Astutik, Koordinator Kesejahteraan Satwa dan Sekolah Hutan 3 memerhatikan dengan gugup seakan melihat anak-anaknya akan pergi jauh melanjutkan sekolah ke luar negeri. Enam orangutan ini, khususnya Inge, telah menjadi murid, anak dan sahabat untuknya selama Wiwik bekerja untuk Yayasan BOS. Wiwik merasa gugup dan senang di saat yang bersamaan.

Orangutan ke-100!
Inge, Noel dan Siwie telah berhasil dibius sekitar pukul 07.30 WITA. Setelah itu, mereka kemudian dimasukkan ke dalam kandang transport yang sudah dipersiapkan. WIwik berjalan mendekati kandang transport Inge. Inge telah bangun dari biusnya. Wiwik kemudian berbicara dengan Inge, memberikan pesan-pesan dan semangat untuknya. Waktu seakan berhenti beberapa saat. Wiwik teringat kenangan bersama Inge selama 11 tahun terakhir. Merawatnya, memeliharanya dan mengajarinya untuk kembali menjadi dirinya yang sesungguhnya, orangutan liar. Inge adalah “Si Nona Super Bersih”, si putri yang pernah menjadi hewan peliharaan dalam waktu yang lama, yang membuat perilakunya berubah. Saat itu ia sangat lemah, jinak, pemalu dan luar biasa bersih.

Tetapi lihatlah ia sekarang! Dia bukan lagi si lemah, jinak, pemalu dan si super bersih. Dia sangat kuat, cerdas dan mandiri. Dia adalah orangutan betina yang dominan. Wiwik sangat bangga padanya sekaligus sedih untuk mengucapkan selamat tinggal. Wiwik menggelitik dagu Inge sebentar dan membiarkan para teknisi untuk mengangkut kandangnya ke dalam truk.

Ya, jika Anda belum menebak, Inge adalah orangutan ke-100 yang dilepasliarkan oleh Yayasan BOS ke alam liar sejak 2012!

Terbang Jauh
Selanjutnya, Agus, Acong dan Mayang kemudian dibius dan dipindahkan ke dalam kandang transport mereka. Pukul 08.45 WITA, mereka semua siap diberangkatkan. Kandang-kandang transport itu ditempatkan dengan nyaman di dalam truk dan seluruh tim berangkat menuju Bandara Sepinggan di Balikpapan. Keenam orangutan itu telah meninggalkan kenyamanan hutan di Samboja Lestari. Tantangan terbentang di hadapan mereka tetapi mereka sudah siap. Mereka sedang menuju ke rumah yang sesungguhnya.

Perjalanan menuju bandara membutuhkan waktu sekitar satu jam. Sesampainya di sana, tim harus menunggu sebentar untuk persiapan akhir dari pesawat yang akan digunakan. Pada pukul 10.45 WITA, kandang transport akhirnya diturunkan dan dipindahkan ke dalam Premiair Grand Caravan, pesawat yang sama yang membawa Emerson, Sarmi dan Mona kemarin.

Acong dan Inge dimasukkan ke dalam pesawat terlebih dahulu, disusul Noel, Siwie, Mayang dan Agus. Wiwik dan drh. Putra juga masuk ke pesawat untuk menemani teman-teman mereka selama tahap pertama dalam perjalanan ini. Penerbangan ini akan membawa mereka dari Bandara Sepinggan ke Bandara Uyang Lahai dalam waktu sekitar satu jam. Pada pukul 11.13 WITA, pesawat lepas landas dan mendarat dengan selamat di Uyang Lahai sekitar satu jam setelahnya, disambut oleh Tim Pelepasliaran Orangutan yang ada di Miau Baru.

Ada dua penerbangan helikopter yang terbang menuju Kehje Sewen hari ini, masing-masing membawa tiga orangutan. Kelompok pertama terdiri dari Agus, Acong dan Mayang. Mereka langsung dimasukkan ke dalam sling load. Tetapi sebelum sling net dipastikan aman, tim memberikan mereka makanan dan minuman, serta ucapan selamat jalan kepada para lulusan Sekolah Hutan ini. Itu adalah terakhir kalinya mereka diberi makan oleh manusia. Setelah ini, mereka akan mencari makanannya sendiri.

Helikopter lepas landas pada pukul 12.37 WITA dan tiba di Kehje Sewen pukul 13.18 WITA. Langit sangat indah dan udara sangat sejuk. Tim di Hutan Kehje Sewen telah siap, mesin mobil-mobil  pickup mulai dinyalakan ketika tiga kandang transport mulai dipindahkan.

Untuk Para Pejuang yang Tangguh
Tidak seperti Emerson, Sarmi dan Mona yang dilepasliarkan di area sekitar Sungai Lembu, pelepasliaran hari ini dilaksanakan di beberapa lokasi yang berbeda, jauh dari Sungai Lembu. Ini dilakukan karena Emerson, Sarmi dan Mona adalah orangutan semi-liar yang masih memiliki kemampuan alaminya ketika diselamatkan. Sedangkan enam orangutan lainnya adalah orangutan yatim piatu yang berusia masih sangat muda ketika diselamatkan, dan oleh karena itu, harus mendapatkan pelajaran agar mampu bertahan hidup di hutan dari manusia di Sekolah Hutan. Orangutan rehabilitan ini tidak dapat berkompetisi dengan orangutan liar atau semi liar dalam mencari makanan, maka dari itu mereka harus dipisahkan. Ini hanyalah salah satu kriteria yang harus kami pertimbangkan ketika memilih area yang cocok untuk pelepasliaran.

Area pelepasliaran yang dipilih untuk Agus, Acong dan Mayang terletak di area Gunung Belah. Area yang sama ketika Yayasan BOS melepasliarkan Casey dan teman-temannya pada bulan April 2012 yang lalu. Area ini belum terjamah, banyak ditemui vegetasi, pohon-pohon yang menjulang tinggi dan makanan hutan. Ini adalah rumah yang sempurna untuk para pejuang yang tangguh, orangutan kita.

Agus terlihat sangat tidak sabar ketika mereka tiba di area pelepasliaran. Dia berteriak dan menghentak-hentak di dalam kandangnya. Tim kemudian melepasliarkannya terlebih dahulu. Koordinator Adopsi - Monica dan Teknisi Samboja Lestari - Angga membuka kandangnya. Seketika itu pula Agus berlari ke pohon terdekat dan memanjatnya secepat kilat. Dia benar-benar ingin segera keluar. Jangan khawatir, Agus. Kamu tidak akan pernah kembali ke kandang. Kamu telah sampai di rumahmu!

Kemudian, Dr. Aldrianto Priadjati membuka kandang transport Mayang. Tidak seperti Agus, Mayang sejenak memperhatikan sekelilingnya, lingkungan yang baru baginya. Dia berjalan, melihat sekeliling dan memilih sebuah pohon dan segera berlari, memanjat dan beristirahat di tingginya kanopi hutan.

Acong sedikit berbeda dengan yang lain. Dia terlihat tenang di dalam kandang transportnya, menunggu dengan sabar sampai gilirannya tiba. Tetapi, ketika Syawal, Teknisi RHOI, membuka kandangnya, dia langsung berlari dan mengejar semua orang sampai ke arah sungai. Dia benar-benar frustasi seperti Agus. Siapa yang bisa menyalahkannya? Acong telah melalui perjalanan panjang yang sangat melelahkan.

Acong berdiri di pinggir sungai beberapa saat, memperhatikan seluruh tim dengan seksama. Tidak lama setelah itu, dia memilih sebuah pohon di dekat sungai dan mulai memanjatnya. Tim bernapas lega dan kembali ke Camp 103. Sekarang, ketiga orangutan itu telah kembali ke rumahnya.


Truk yang membawa keenam orangutan tiba di Bandara Sepinggan, Balikpapan

Agus benar-benar ingin segera keluar dari kandangnya!

Mayang akhirnya memilih pohon untuk dipanjat

Acong tidak suka melihat manusia di sekelilingnya

Noel menikmati rumah barunya

Si ceria, Siwie, menaiki sebuah batang yang rebah

Kandang orangutan ke-100 dibuka oleh Syahrul

Ucapan Selamat Tinggal yang Tulus dari Wiwik
Pada saat yang sama, helikopter telah kembali ke Uyang Lahai untuk menjemput tiga orangutan terakhir – Noel, Siwie dan orangutan ke-100 kita, Inge. Waktu terasa sangat berharga. Jam telah menunjukkan pukul 14.00 WITA. Tim kembali bekerja keras dan memindahkan kandang transport ke dalam sling load ketika helikopter mengisi bahan bakar.

Suasana di Uyang Lahai terasa sangat mengharukan. Seberapa seringnya kami menyaksikan perpisahan ini, kami masih selalu merasakan haru yang mendalam. Wiwik, khususnya, memilih untuk diam, berusaha menyembunyikan tangis bahagianya. Bayi-bayinya telah tumbuh dewasa. Inge, si putri kecil juga telah dewasa, siap untuk menjelajah dunianya, sendiri.
Kami menyematkan harapan yang sangat tinggi di pundak mereka, harapan untuk melihat generasi baru orangutan liar di masa yang akan datang. Wiwik tentu saja mengetahui hal ini. Dia memandang langit ketika helikopter menghilang di antara awan, menghapus air matanya dan tersenyum.

Saat-saat Kebebasan
Helikopter mendarat di Kehje Sewen 45 menit kemudian. Seorang teknisi secara khusus menyambut kelompok ini. Dia adalah guru Inge di Sekolah Hutan pada awal-awal Inge bergabung dengan Samboja Lestari. Namanya Syahrul, dia juga yang akan membuka kandang Inge. Dia sangat tersentuh dengan kehormatan ini dan tidak sabar menanti bahwa akhirnya, seorang muridnya dapat kembali ke tempat di mana seharusnya dia berada.

Syahrul dan Tim Pelepasliaran Orangutan kemudian menaikkan kandang transport ke mobil-mobil pickup yang akan membawa mereka menuju lokasi pelepasliaran di Gunung Belah, di mana mereka akan meneruskannya dengan berjalan kaki. Sekitar pukul 15.32 WITA, mereka tiba di lokasi dan mulai melepasliarkan Noel. Pak Min, sopir dari Pelangsiran – desa transit yang bersebelahan dengan Kehje Sewen – yang telah banyak membantu dan mendukung kami pada setiap aktivitas di hutan, diberikan kesempatan untuk membuka kandang Noel.

Seperti Acong, Noel juga menjadi sedikit agresif. Untungnya, tim berhasil menghindari kemungkinan konflik dengannya. Noel kemudian memanjat akar gantung dan berayun dengan gembira, menikmati saat-saat pertama kebebasannya.
Selanjutnya, drh. Anin membuka kandang Siwi. Setelah pengalaman dengan Acong dan Noel, tim agak sedikit kawatir karena Siwie agak sedikit gelisah. Tetapi si ceria, Siwie tidak terlalu memperhatikan orang-orang di sekelilingnya. Dia menyambar sebuah akar gantung dan berayun ke sebuah pohon Magnolia. Di sana, dia beristirahat sambil menikmati rumah barunya.

Orangutan ke-100 telah Bebas!
Waktu yang tepat telah tiba untuk orangutan ke-100! Si Nona Super Bersih. Si putri yang cantik. Si istimewa dengan bibir merah dan rambut indahnya. Akhirnya, tibalah giliran Inge untuk dilepasliarkan.

Syahrul, yang telah bekerja di Samboja Lestari selama 17 tahun, membuka kunci dan kandangnya. Inge keluar dengan santai dan dalam beberapa saat, hanya berdiri di sekitar kandangnya. Syahrul berdiri sekitar satu meter dari Inge. Inge melihatnya beberapa saat, layaknya mengucapkan selamat tinggal, kemudian mendekati pohon Magnolia. Dia mulai memanjat dan mulai makan. Dia benar-benar ahli dalam menemukan makanan hutan!

Syahrul tercekat. Dia sangat terharu dengan pengalaman yang baru saja dialaminya, untuk beberapa saat dia benar-benar membisu, tidak dapat berkata apa-apa. “Ini benar-benar sulit dipercaya. Kadang saya berpikir dia tidak akan pernah dilepasliarkan. Dulu dia sangat manja. Sekarang, lihatlah! Lihatlah dia!” kata Syahrul dengan bangga. Inge tidak akan lagi diingat sebagai “Si Nona Super Bersih” atau “Si Putri”. Dia akan diingat sebagai orangutan ke-100 yang dilepasliarkan oleh Yayasan BOS.

Ucapan Terima Kasih Kami
Helikopter lepas landas dan kembali ke Balikpapan, meninggalkan pemandangan Hutan Kehje Sewen yang sangat indah. Tim Pelepasliaran Orangutan akhirnya bisa beristirahat. Sebaliknya, Tim PRM (Post Release Monitoring) memulai kesibukannya.

Terdapat 18 orangutan yang berada di Hutan Kehje Sewen untuk dipantau. Ditambah dengan 82 orangutan dari Kalimantan Tengah yang dilepasliarkan di Bukit Batikap, Yayasan BOS telah sukses melepasliarkan 100 orangutan ke habitat asalnya. Ini merupakan sebuah pencapaian yang tidak mungkin tercapai tanpa dukungan yang luar biasa dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk Pemerintah Indinesia, komunitas daerah di sekitar lokasi pelepasliaran, donor dari sektor swasta, donor perseorangan, organisasi mitra, dan organisasi konservasi di seluruh dunia. Atas nama 100 orangutan, kami mengucapkan terima kasih!




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup