Apakah kamu member?

12 ORANGUTAN LAGI TELAH KEMBALI KE RUMAH YANG SESUNGGUHNYA

Sudah dua bulan ini Camp Totat Jalu menjadi tempat berkumpul kumpulan lebah, tak heran, karena Hutan Lindung Bukit Batikap sedang musim berbunga. Ratusan lebah datang di pagi hari, beterbangan di siang hari dan mulai meninggalkan area Camp pada pukul 6 sore. Walaupun begitu, semua orang di Camp tampak begitu semangat dalam menyambut kegiatan pelepasliaran 12 orangutan yang dilaksanakan pada tanggal 19 dan 20 April 2014.

Persiapan di Bukit Batikap telah selesai tiga hari sebelum hari pelaksanaan, ketika tiga kelompok teknisi merintis jalur transek yang akan digunakan untuk memonitor orangutan yang akan dilepasliarkan. Satu hari sebelum hari pelaksanaan tiba, Tim melakukan pengecekan terakhir ke titik pelepasliaran. Pada hari yang sama, satu Tim yang terdiri dari beberapa anggota Tim Monitoring berangkat menuju Camp sementara di Monnu, salah satu titik pelepasliaran sekaligus untuk bersiap melakukan monitoring.
 

HARI PERTAMA – 19 APRIL

Cuaca pagi itu sungguh berawan. Gerimis mulai datang ketika Tim Kedua masih dalam perjalanan dari Camp Totat Jalu ke drop point di Monnu. Perjalanan itu membutuhkan waktu satu setengah jam. Tim tiba di lokasi pada pukul 9.30 pagi. Di saat itu pula Tim mendapatkan kabar bahwa Muara Teweh juga berawan dan mulai turun hujan. Karena itulah, Twin Otter yang seharusnya berangkat dari Palangka Raya tidak mendapatkan ijin untuk terbang menuju Muara Teweh. Kami tidak mempunyai pilihan lain kecuali menunggu keputusan.

Sekitar jam makan siang, akhirnya kami mendapatkan kabar baik. Grup orangutan pertama sudah tiba di Muara Teweh dan sedang disiapkan untuk diterbangkan ke Batikap. Akhirnya, pada pukul 14.30, helikopter yang membawa orangutan di dalam sling load tiba di Karangan Monnu. Miss Owen, Slamet, Kacio dan Olympia kemudian dikeluarkan dari sling load dan dibawa dengan ces (perahu kecil tradisional Dayak) ke Tajoi Besar, sekitar 500 meter dari Drop Point.

Orangutan pertama yang dilepasliarkan adalah Miss Owen. Ia dilepasliarkan oleh Dedi, teknisi dari Camp Totat Jalu yang telah bekerja bersama Yayasan BOS sejak tahun 2006. Setelah kandang transport nya dibuka, Miss Owen langsung memanjat pohon. Selanjutnya adalah Kacio, oleh Yansah, teknisi dari Nyaru Menteng. Sama seperti Miss Owen, dia juga langsung memanjat pohon, berpindah ke pohon di sebelahnya dan menikmati rumah barunya.

Selanjutnya adalah Olympia. Orangutan betina berumur 15 tahun ini dilepasliarkan oleh Purnomo, teknisi dari Camp Totat Jalu yang profilnya dapat dibaca di sini. Olympia tampak ragu-ragu. Tetapi setelah memerhatikan sekelilingnya, dia akhirnya mantap naik ke pohon.

Yang terakhir adalah Slamet, orangutan jantan dominan yang berumur 18 tahun ini dilepasliarkan oleh Wachid, wakil dari BKSDA Kalimantan Tengah. Slamet keluar dari kandang tetapi tidak langsung naik ke pohon melainkan berbalik arah dan membalikkan kandang tranport nya. Tim kemudian mundur beberapa langkah untuk memberinya ruang. Slamet tidak juga bergerak ke dalam hutan, sampai semua Tim telah berada di ces lagi.

Hari sudah beranjak sore. Kami kehabisan waktu. Tim di Muara Teweh juga mengabarkan bahwa keberangkatan grup kedua ditunda sampai besok. Kami lalu kembali ke Camp dan berdoa untuk cuaca yang cerah esok hari.
 

HARI KEDUA – 20 APRIL

Doa kami dikabulkan. Cuaca sangat cerah dan panas hari ini. Tim telah siap di Drop Point sejak pukul 09.30 pagi. Trold, Bonita, Kiki dan anaknya yang berumur delapan tahun, Hardi akhirnya tiba. Mereka kemudian dikeluarkan dari slingload dan diangkut ke titik pelepasliaran yang sudah ditentukan, yaitu sekitar 600 meter menuju sungai.

Si cantik Trold adalah orangutan pertama yang dilepasliarkan hari itu. Teknisi Camp Totat Jalu, Arfan, yang membuka kandangnya. Trold  langsung memanjat pohon yang berada di depan kandang transport nya. Kemudian Tuwe, teknisi Camp Totat Jalu membuka kandang Bonita. Sama seperti Trold, Bonita langsung memanjat pohon di dekatnya. Selanjutnya adalah Kiki. Kandangnya dibuka oleh Ahmat, Koordinator Tim Kegiatan Pelepasliaran di Batikap.

Yang terakhir adalah Hardi, anak dari Kiki yang berumur delapan tahun. Ike Nayasilana, Koordinator Monitoring Camp Totat Jalu dan drh. Adhy Marul bersiap membuka kandang transport dengan pengawasan dari Kiki. Kiki terlihat sangat khawatir, ia kemudian mendekati kandang transport Hardi sebelum Ike berhasil membukanya. Kiki menjaga kandang transport itu sehingga Tim tidak dapat membukanya. Tim berusaha mengalihkan perhatiannya sehingga ia pergi menjauhi kandang transport Hardi. Ike kemudian membuka kandang transport Hardi, tidak lama setelah itu, si lincah Hardi berlari dan memanjat pohon yang ada di depannya, meninggalkan Ibunya yang tentu saja langsung mengikutinya.


12 Orangutan Lagi Telah Kembali ke Rumah yang Sesungguhnya (Kredit foto: Media Romadona Clemm)

12 Orangutan Lagi Telah Kembali ke Rumah yang Sesungguhnya (Kredit foto: Media Romadona Clemm)

12 Orangutan Lagi Telah Kembali ke Rumah yang Sesungguhnya (Kredit foto: Media Romadona Clemm)

12 Orangutan Lagi Telah Kembali ke Rumah yang Sesungguhnya (Kredit foto: Media Romadona Clemm)

12 Orangutan Lagi Telah Kembali ke Rumah yang Sesungguhnya (Kredit foto: Media Romadona Clemm)

ORANGUTAN GRUP TERAKHIR

Tim kembali ke Monnu untuk menyambut grup terakhir. Omego, Sella, Cuplis dan Wardah tiba pada pukul 13.00 dan langsung dibawa menuju titik pelepasliaran yang berada sekitar satu kilometer dari Drop Point. Cuplis, orangutan semi-liar yang berusia 12 tahun ini yang pertama kali dilepasliarkan. Cuplis langsung berlari ketika kandang transport nya dibuka dan memanjat pohon. Dia berhenti ketika sampai di ketinggian kanopi untuk menikmati rumah barunya.

Teknisi Senior dari Nyaru Menteng, Kayon, membuka kandang selanjutnya, yaitu kandang Sella. Tidak seperti yang lain yang langsung memanjat pohon, beberapa saat Sella hanya memainkan pintu kandangnya kemudian bergerak menuju sungai dan bermain di situ. Tim kemudian beralih ke Wardah dan membuka kandangnya. Wardah langsung keluar dari kandangnya dan memanjat pohon.

Yang terakhir adalah Omego. Si jantan dominan ini sungguh berat sehingga diperlukan enam orang untuk mengangkut kandang transportnya ke titik pelepasliaran. Elldy, teknisi dari Camp Totat Jalu yang membuka kandangnya. Sama seperti Slamet, Omego juga tidak langsung berlari. Ia berhenti sebentar sambil memperhatikan sekelilingnya dan terlihat sedikit bingung. Dia kemudian menemukan jagung di dalam kandangnya dan memakannya, sebelum akhirnya ia melihat Sella dan memutuskan untuk bermain bersamanya.

Tim kemudian meninggalkan titik pelepasliaran, tepat ketika hujan mulai turun dengan derasnya. Kami melaju dengan ces, kembali ke Camp dengan basah kuyup, tetapi hati kami senang mengetahui bahwa ada 12 orangutan lagi yang kini telah hidup bebas di habitat yang sesungguhnya. Kami berharap dapat melepasliarkan lebih banyak orangutan lagi ke Batikap.




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup