Apakah kamu member?

Asa Semeru Untuk Masa Depan Baru

Pada September 2012 lalu ramai diberitakan di media cetak lokal Kalimantan dan stasiun televisi Nasional tentang penyerahan satu individu anak orangutan oleh warga Palangka Raya kepada Yayasan BOS melalui BKSDA Kalteng.

Berita menyebutkan anak orangutan berjenis kelamin betina yang diberi nama Yuli itu, telah lama dipelihara salah seorang warga di Jalan Semeru, Palangka Raya. Menurut laporan, Yuli ditemukan sendirian di pinggir jalan trans-Kalimantan.

Kemungkinan ia berusaha menyelamatkan diri dari kebakaran hutan hebat di daerah Kabupaten Pulang Pisau. Diyakini Yuli terpisah dengan induknya, namun demikian tidak ada yang tahu secara pasti asal muasalnya.

Menurut pemeriksaan awal oleh tim Yayasan BOS, meskipun Yuli tampak sehat, namun namun hari-harinya dihabiskan tinggal dan bermain di dalam kandang yang ditempatkan di pinggir jalan raya yang bising dan dekat dengan pemukiman warga. Setiap hari Yuli harus selalu menjadi tontonan dan candaan warga yang melewati kandangnya. Dia sering mendekatkan wajahnya pada jeruji besi dan melihat ke luar dengan tatapan sedih, seolah-olah merindukan kebebasannya.

Informasi tentang Yuli dari masyarakat dan hasil pemeriksaan awal di lapangan tersebut kemudian dilaporkan kepada manajemen oleh Program Manager Nyaru Menteng Anton Nurcahyo dan Koordinator Komunikasi dan Edukasi Monterado Friedman. Sementara Koordinator Kantor Nyaru Menteng, May Sumarnae, dikirim untuk berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memindahkan Yuli ke Nyaru Menteng.

Setelah melakukan koordinasi dan memberikan penjelasan mengenai Undang-undang Perlindungan Satwa Liar kepada warga yang memelihara Yuli, akhirnya pada 26 September 2012 Yuli-pun diserahkan kepada Pusat Reintroduksi Nyaru Menteng agar kelak dia bisa dilepasliarkan ke rumah sejatinya.

Begitu dia tiba di Nyaru Menteng, Yuli harus menjalani pemeriksaan kesehatan dan masa karantina. Hasil pemeriksaan kesehatan menunjukkan bahwa Yuli sehat secara fisik. Namun, ia butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya dan untuk mengurangi stres dan trauma yang dialaminya selama tinggal di dalam kandang dan menjadi tontonan warga. Kami juga memberinya nama baru, Semeru, untuk memudahkan identifikasi dan untuk menandai awal kehidupan barunya.


“Di Nyaru Menteng aku diajarkan berani naik ke pohon yang tinggi”

Selama masa karantina, Semeru dikenalkan dengan suasana pusat rehabilitasi. Setiap pagi dia dikeluarkan dari kandang untuk bermain di playground dengan pengawasan babysitter. Dia belajar bagaimana memanjat pohon yang rendah, dan segera dia mulai berani memanjat pohon yang lebih tinggi. Dia bahkan naik ke atas pohon nangka di kompleks karantina!

Pada bulan Desember ini setelah masa karantinanya dinyatakan selesai, Semeru boleh bergabung dengan anak orangutan lainnya di sekolah hutan.

“Hari pertamaku di Sekolah Hutan yang menyenangkan!”

Di Sekolah Hutan Semeru masuk di grup 1 dan 2, bergabung dengan teman-teman seusianya. Dia tampak mudah beradaptasi. Seperti ‘murid’ sekolah hutan lainnya, perkembangan pengetahuan dan aktivitasnya akan diamati. Hanny, Koordinator Babysitter, menargetkan dalam jangka waktu satu bulan ke depan Semeru sudah harus lulus dan naik kelas ke grup 3 dan 4. Melihat kemampuannya beradaptasi dan belajar dengan cepat, kami yakin Semeru memiliki harapan besar dapat dilepasliarkan di habitat aslinya, di belantara Kalimantan Tengah.




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup