Apakah kamu member?

PARTY ORANGUTAN

Perilaku satwa liar selalu menarik untuk diamati. Jika kita cermati, ada banyak sekali perilaku dan interaksi menarik di antara mereka. Salah satu perilaku dalam kehidupan orangutan, adalah kemungkinan mereka berkumpul dan membentuk party. Tim Post-Release Monitoring (PRM) dan staf lapangan kami kerap menyaksikan hal ini saat sedang berpatroli di hutan. 

Party orangutan adalah saat dua orangutan atau lebih berkumpul di satu lokasi, dalam jarak kurang dari 20 meter dan dalam jarak pandang mata. Andrea Knox, International Communications and Research Advisor menjelaskan, “Jika kita mengatakan orangutan sedang melakukan ‘party’, bukan berarti mereka sedang berjoget atau berpesta ramai-ramai. Itu artinya ada minimal dua orangutan berdekatan dan aksi salah satu bisa dilihat oleh dan berdampak pada perilaku mereka.”

Orangutan, meski disebut hewan semi-soliter karena sering menjelajah hutan luas sendirian, sesekali tetap mungkin bertemu individu lain dan berinteraksi untuk waktu tertentu. “Orangutan adalah spesies yang kita sebut ‘soliter namun sosial’. Dengan perkecualian saat di tahap remaja atau induk yang tengah membesarkan anak, orangutan umumnya hidup secara mandiri. Namun, semua jenis kera besar, dari gorila sampai manusia (benar, manusia termasuk keluarga kera besar!) hidup berkelompok. Ada kemungkinan nenek moyang kita dari jutaan tahun lalu merupakan spesies yang hidup secara sosial,” jelas Andrea.

Orangutan hidup umumnya secara soliter, jelas Andrea, akibat pengaruh kondisi hutan belantara Asia Tenggara yang sangat menantang. Sebagai mamalia bertubuh besar, orangutan butuh makanan alami yang banyak, dan jika mereka hidup berkelompok, mereka akan selalu kehabisan makanan. Hal ini yang mungkin secara evolutif memaksa orangutan menjalani hidup semi-soliter, kendati mereka mampu bersosialisasi. Jika ada makanan alami berlimpah, dan orangutan di satu kelompok saling mengenal satu sama lain, mereka tentu akan berkumpul dan melakukan party.

Orangutan betina yang sering kami temukan melakukan party, dan tak ada tanda jantan ber-party dengan sesama jantan. Saat betina beranjak dewasa dan meninggalkan induknya, ia biasanya tak akan mejelajah jauh dari induknya. Hal ini yang menyebabkan party orangutan terjadi pada sesama betina. Sementara jantan yang beranjak dewasa akan meninggalkan induknya dan setelah memiliki cheekpad, flange, atau bantalan pipi, biasanya takkan mau bertemu sesama jantan lain dengan bantalan pipi. Jika dua jantan dewasa berada di lokasi yang sama, mereka pasti akan saling beradu kekuatan ketimbang makan buah bersama. 


Ayu Siti Nurika Agustina, Koordinator Kamp di Hutan Kehje Sewen, Kalimantan Timur, memiliki cerita tentang party orangutan yang ia lihat pada Maret lalu, “Di satu patroli, saya melihat tiga pasang ibu-anak di atas sebatang pohon ara (ficus) yang besar, namun di ketinggian yang berbeda. Ada Lesan dan Ayu di dahan paling bawah, Sayang dan Padma di tengah, dan Theresa dan Berani paling atas.” 

Di bawah pengamatan Ayu, mereka tengah berinteraksi satu sama lain. Lesan dan Theresa saling mengutui, sedangkan Sayang mengasuh anaknya dan Ayu (anak Lesan) sembari berpindah-pindah pohon. Namun, dalam kesempatan lain tim PRM kami melihat Theresa dan Sayang bertengkar di depan Kamp Lesik, Hutan Kehje Swen, tanpa diketahui kenapa. Ini membuktikan bahwa hubungan sosial di antara orangutan mengalami naik-turun, seperti layaknya manusia  

Eko Prasetyo, Orangutan Conservation Specialist kami yang pernah menjabat sebagai koordinator kamp, juga berbagi pengalaman menyaksikan party orangutan. Ia mengamati orangutan jantan dan betina menjelajah hutan dan makan di pohon yang sama bersama selama beberapa hari. Ini dikenal sebagai courtship atau berpasangan, yang biasanya berakhir dengan kopulasi. Ini juga kami definisikan sebagai salah satu bentuk party. 

Andrea juga punya satu cerita menarik terkait party orangutan yang ia peroleh saat bertugas di Hutan Lindung Bukit Batikap, Kalimantan Tengah sebagai Koordinator Kamp tim PRM kami di sana. Karena orangutan yang dilepasliarkan oleh BOS Foundation dibesarkan dalam kelompok sosial di Sekolah Hutan, banyak di antaranya yang memiliki ikatan sosial yang kuat. Begitu mereka mulai menjelajah bebas di alam liar, orangutan hasil pelepasliaran akan hidup secara soliter, namun bisa sesekali berkumpul dalam party lebih kerap dibanding orangutan liar. Saat bekerja di Hutan Lindung Bukit Batikap, Andrea dan timnya kerap bertemu orangutan tengah berkelompok dan dengan mudah mengidentifikasi individu mana yang berteman dan mana yang tidak berteman.

Andrea dan tim PRM pernah bertemu Cindy, Riwut, Cilik, dan Olbert tengah ber-party di suatu siang di bulan Juni 2018. Saat itu, Riwut masih tergantung pada induknya, Cindy, dan bersamanya sepanjang waktu. Sementara Cilik adalah anak pertama Cindy, jantan yang telah beranjak dewasa, mandiri, tapi sesekali masih mengunjungi keluarganya. Sementara Olbert adalah jantan bukan kerabat yang beranjak dewasa, meski belum memiliki bantalan pipi. “Meskipun mereka saling berinteraksi, saya tertarik melihat ketiganya bersaing untuk mencari perhatian Cindy,” ujar Andrea. 

Riwut mengajak Cindy bermain, berguling-guling di tanah. Cilik ingin selalu berdekatan dengan induknya, dan meminta Cindy berbagi makanan, meski selalu ditolak. Sementara Olbert mencoba memancing perhatian Cindy sebagai jantan yang mencari pasangan. Cindy berbagi waktu dengan mereka bertiga, namun pada akhirnya Olbertlah yang mendapat perhatian terbesar Cindy, dan tim PRM menduga itu sebabnya Cindy tak lama kemudian melahirkan anak ketiganya, Comet!

Kami selalu senang mendapat cerita dan pengetahuan baru tentang orangutan dari tim yang bertugas di lapangan!


 




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup