Apakah kamu member?

KANDIDAT PELEPASLIARAN ORANGUTAN LINTAS PROVINSI

Yayang dan Sayang
Yayang tiba di pusat rehabilitasi Nyaru Menteng pada 3 Januari 2004, setelah orangutan betina ini disita oleh Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan dari seorang warga Banjar Baru. Saat itu diperkirakan ia baru berusia 6,5 – 7 tahun.

Saat awal kedatangannya ke pusat rehabilitasi, masih terlihat jelas bekas ikatan tali di lehernya. Yayang kemudian segera mendapatkan perawatan di klinik Nyaru Menteng dan kesempatan untuk mengasah kemampuan serta belajar di Sekolah Hutan.

Kini, Yayang yang bermata agak sipit dan berambut warna coklat gelap ini adalah salah satu penghuni Pulau Kaja, yaitu sebuah pulau pra-pelepasliaran orangutan milik Yayasan BOS. Orangutan betina aktif yang kini berusia 15 tahun dengan berat badan 36,8 Kg ini adalah orangutan betina yang gemar menjelajah dan tidak suka bila didekati oleh manusia.

Pada April 2009, Yayang melahirkan anak pertamanya di Pulau Kaja yang diberi nama Sayang, yang saat ini sudah berusia 3 tahun dengan berat badan 9,3 Kg. Di usianya tersebut, Sayang sudah mulai belajar mencari makan sendiri dan lepas dari gendongan ibunya.

Berbeda dengan kawan-kawan lainnya yang berada di pusat rehabilitasi Nyaru Menteng, ketika diadakan pemeriksaan DNA untuk memastikan status sub-spesies dari setiap orangutan sebelum dilepasliarkan, ternyata DNA Yayang dan Sayang menunjukkan bahwa mereka adalah Pongo pygmaeus morio, yaitu sub-spesies orangutan asal Kalimantan Timur, bukan Pongo pygmaeus wurmbii yang secara alami terdapat di Kalimantan bagian tengah.

Oleh karena itu, sesuai standar nasional dan internasional dari IUCN (International Union for Conservation of Nature), Yayang dan Sayang akan dilepasliarkan di Kehje Sewen, Kalimantan Timur pada akhir November 2013 ini, dan bukan di hutan lindung Bukit Batikap, seperti kawan-kawannya sesama penghuni pusat rehabilitasi Nyaru Menteng.

Walaupun demikian, bagi Yayang, pengalaman selama 8 tahun di pusat rehabilitasi dan pulau pra-pelepasliaran Nyaru Menteng tetap merupakan modal yang cukup untuk bisa bertahan hidup di hutan bebas bersama dengan Sayang, anaknya.
Kisah Yayang dan Sayang ini juga menunjukkan betapa pentingnya bagi aparat pemerintah yang berwenang untuk melakukan tes DNA sebelum menempatkan orangutan yang disita atau diselematkan di sebuah pusat rehabilitasi tertentu. Dengan demikian bisa dipastikan bahwa orangutan tersebut akan direhabilitasi dan dilepasliarkan di wilayah alami sesuai sub-spesiesnya. Selain itu, penempatan orangutan yang sesuai dengan sub-spesiesnya akan menghemat biaya pelepasliaran di kemudian hari karena orangutan tersebut tidak perlu dibawa dan dipindahkan lintas-provinsi seperti Yayang dan Sayang.


Sayang

Yayang

Diah

Diah
Disita dari Sebulu, Kalimantan Timur, Diah menjalani proses rehabilitasi di Samboja Lestari, Kalimantan Timur. Pada tahun 1999, Samboja Lestari mengalami kelebihan kapasitas akibat terus berdatangannya orangutan karena kebakaran hutan besar. Diah yang baru satu tahun belajar di Samboja Lestari, terpaksa dipindahkan ke Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah, yang baru saja dibuka.

Saat pertama kali tiba di Nyaru Menteng pada 20 November 2000, orangutan betina ini masih berusia 4 tahun dengan berat badan 15,5 kg. Dia mengikuti Sekolah Hutan untuk mendapatkan kembali sifat alaminya. Diah termasuk orangutan yang ramah terhadap orangutan lain. Di Nyaru Menteng, Diah dekat dengan beberapa orangutan betina lain. Lulus dari Sekolah Hutan, Diah menjalani tahap pra-pelepasliaran di Pulau Palas. Diah yang penyendiri sangat gemar menjelajah pulau dan terampil memilih pakan alaminya.

Diah kini berusia 17 tahun dengan berat badannya 43 kg. Ia adalah orangutan betina yang menawan, dengan rambut panjang berwarna coklat gelap nan indah. Tak lama lagi Diah akan kembali ke kampung halamannya di Kalimantan Timur dan menikmati kebebasan di Hutan Kehje  Sewen.

Selain itu, bersamaan dengan kegiatan pelepasliaran ini, lima orangutan dari Yayasan BOS di Samboja Lestari, Kalimantan Timur akan dipindahkan ke Yayasan BOS di Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah. Kelima orangutan ini terdiri dari 4 orangutan betina yaitu Cici, Karen, Roma, dan Dona, serta 1 orangutan jantan bernama Marwoto. Mereka memiliki sub-species Pongo pygmaeus wurmbii yang secara alami tersebar di Kalimantan bagian tengah sehingga harus dilepasliarkan di Kalimantan Tengah. Namun sebelum dilepasliarkan ke habitat alami mereka, kelima orangutan yang telah cukup lama tinggal di Kalimantan Timur ini akan terlebih dahulu tinggal di salah satu pulau pra-pelepasliaran orangutan yang dikelola oleh Yayasan BOS di Nyaru Menteng untuk menyesuaikan diri dengan habitat asli mereka di Kalimantan Tengah.




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup