Apakah kamu member?

HARI KEEMPAT TIGA ORANGUTAN KEMBALI KE KALIMANTAN TIMUR

Hari ini adalah penutupan dari seluruh rangkaian kegiatan pelepasliaran orangutan yang ketujuh kalinya dari Pusat Reintroduksi Orangutan milik Yayasan BOS di Nyaru Menteng dan pelepasliaran lintas provinsi pertama dari Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng di Kalimantan Tengah (Nyaru Menteng) ke Hutan Kehje Sewen di Kalimantan Timur. Kegiatan pelepasliaran lintas provinsi yang pertama ini melibatkan kolaborasi lintas provinsi dari tiga program kami – Nyaru Menteng, Samboja Lestari, dan Restorasi Habitat Orangutan (RHO). Meskipun rumit, kegiatan-kegiatan ini sangat penting dalam menjamin kelestarian spesies unik ini.

Mengikuti prosedur wajib untuk melakukan tes DNA, Yayasan BOS menemukan bahwa delapan dari orangutan kami tidaklah berada di mana mereka seharusnya berada. Meski sudah menjalani rehabilitasii bertahun-tahun di Pusat Rehabilitasi Orangutan kami di Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah, hasil tes DNA menunjukkan bahwa tiga orangutan – pasangan ibu-anak Yayang-Sayang, serta satu betina dewasa, Diah – ternyata memiliki subspesies Pongo pygmaeus morio, yang secara alami bertempat tinggal di bagian timur Pulau Kalimantan. Pertukaran orangutan pun harus dilakukan.

Pada pukul 14.31 WITA, pesawat Twin Otter yang membawa Yayang, Sayang, dan Diah tiba di bandara Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur. Perjalanan menuju Balikpapan ditemani oleh Manajer Program Samboja Lestari drh. Agus Irwanto, teknisi Imam Ghozali, dan Media Romadona, BOSF Communication Officer. Diah yang pertama diturunkan dari pesawat diikuti oleh Yayang dan Sayang.

Setelah selesai menurunkan kandang-kandang transportasi dari pesawat, ketiga orangutan ini dipindahkan ke dalam kandang transportasi yang lebih besar agar leluasa bergerak karena perjalanan panjang sekitar ± 20 jam menuju bandara Swakarsa masih harus mereka tempuh. Selanjutnya kandang-kandang ini dimuat ke dalam truk. Tepat pukul 15.00 WITA, tim yang dipimpin oleh Koordinator Kesejahteraan Satwa dan Sekolah Hutan 3, Wiwik Astutik berangkat menuju bandara Swakarsa.

Hutan Kehje Sewen: Persiapan Titik Pelepasliaran dan Helipad
Sehari sebelumnya, di Hutan Kehje Sewen (Kehje Sewen), tim melakukan persiapan untuk menyambut Yayang, Sayang, dan Diah. Pembersihan lokasi yang akan menjadi titik pelepasliaran dan juga helipad yang berada di camp 103 pun dilakukan.

Perjalanan Akhir Menuju Kehje Sewen
Pukul 08.09 WITA truk yang membawa Yayang, Sayang, dan Diah tiba di bandara Swakarsa. drh. Anin terus-menerus mengecek kondisi ketiga orangutan ini dan mereka selalu dalam keadaan baik-baik saja.

Sementara dari Kehje Sewen dilaporkan cuaca cerah dan membawa harapan bahwa hari ini kegiatan akan berjalan dengan lancar. Kelancaran dan keberhasilan kegiatan ini sangat bergantung dengan kondisi cuaca. Jika hujan, kami harus menunda semua kegiatan yang telah kita rencanakan.

Tak berapa lama helikopter yang akan membawa mereka tiba di bandara Swakarsa. Sebelum melanjutkan perjalanan, helikopter terlebih dahulu melakukan pengisian bahan bakar avtur. Sambil menunggu, pilot mempersiapkan sling dan cargo net yang akan digunakan untuk mengangkut Yayang, Sayang, dan Diah.

Selesai persiapan helikopter, Yayang, Sayang, dan Diah pun dipindahkan ke dalam cargo net. Yayang dan Sayang yang pertama kali dipindahkan diikuti oleh Diah.

Helikopter pun siap membawa pulang Yayang, Sayang, dan Diah. Tepat pukul 10.32 WITA helikopter terbang menuju Kehje Sewen. Perasaan haru bercampur senang dirasakan oleh tim yang melepas kepergian mereka.

Welcome Home Yayang-Sayang dan Diah!
Tepat pukul 11 siang, suara deru baling-baling heli terdengar mendekat ke Camp 103 Kehje Sewen. Tak lama kemudian, heli yang muncul dari kejauhan semakin mendekati helipad. Heli tersebut membawa kandang Yayang-Sayang dan Diah dalam jaring transportasi.

Begitu dua kandang yang terbungkus jaring tersebut menyentuh tanah dan heli mendarat secara sempurna, HLO Masino dari Samboja Lestari dibantu Tim mengeluarkan kandang mereka dari jaring. Dokter hewan Dermawan Saputra dari Samboja Lestari segera mengecek kondisi ketiga orangutan ini. Mereka tampak sehat dan tidak stress.

Setelah selesai pengecekan kondisi orangutan oleh drh. Putra, Tim mempersiapkan pengangkutan ketiga orangutan betina ini ke titik pelepasliaran mereka.

Diah sejak di awal pendaratan sudah tampak kesal dengan Tim yang berada di sekitarnya. Beberapa kali dia memukul kandang dan tampak marah ketika Tim sibuk memasang tali pengikat pada kandangnya untuk mempermudah proses pengangkutan. Sementara Yayang tampak santai, meski putrinya Sayang beberapa kali melakukan kiss-queak terhadap Tim.

Tim segera mengangkut kandang Yayang-Sayang dan Diah menuju titik pelepasliaran. Begitu mulai masuk hutan, ketiga orangutan ini seketika menjadi tenang. Diah tidak marah-marah lagi. Dia bahkan tampak berbaring santai di kandangnya sementara Tim bersusah payah memikul kandangnya. Sayang berpegangan erat di punggung ibunya. Terkadang jari-jari kecilnya dia keluarkan dari jeruji kandang berusaha meraih tali pengikat kandangnya seakan tak sabar ingin keluar.

Titik pelepasliaran ibu dan anak orangutan serta satu orangutan betina ini terletak di sebelah barat Camp 103. Titik pelepasliaran Yayang dan putrinya terletak 1,8 km dari Camp, sementara titik pelepasliaran Diah berjarak sekitar 1,5 km dari Camp. Medan yang berat membuat Tim membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk membawa Yayang-Sayang dan Diah menuju titik pelepasliaran mereka. Setelah berjalan sekitar 1,5 jam, akhirnya Yayang-Sayang dan Diah tiba di titik pelepasliaran.

Yayang-Sayang dan Diah Pulang Sudah
Kandang Yayang dan putrinya Sayang dibuka oleh Ariyo Sambodo, Kepala Biro Operasional RHOI pada pukul 13:28 WITA. Begitu kandang dibuka, putri kecil Yayang melesat keluar dari kandangnya. Disusul induknya, Sayang terus naik ke atas pohon dengan penuh percaya diri. Tahun-tahun yang mereka habiskan di pulau pra pelepasliaran di Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah telah meningkatkan kemampuan mereka dalam mempertahankan hidup di hutan yang sesungguhnya.

Dengan lahap, Sayang menikmati daun Calamus sp, Croton argyratus, dan Epifit. Induknya menikmati makanan yang sama. Sayang sangat lincah berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Terkadang Yayang menarik tangan anaknya agar tidak terlalu jauh. Jika sudah tidak bisa dicegah, Yayang akhirnya mengikuti ke mana Sayang pergi.

Sementara Diah, dibuka oleh Bapak Azwar. Beliaulah yang pertama kali melakukan survey kawasan hutan yang kini dijadikan lokasi pelepasliaran orangutan dengan nama Hutan Kehje Sewen ini. Pak Azwar membuka kandang Diah pada pukul 13:52. Ketika Pak Azwar membuka gembok kandangnya, Diah tampak tidak sabar dan mengguncangkan kandangnya dari dalam. Tetapi begitu kandang dibuka, betina ini langsung keluar dari kandang dan memanjat pohon cukup tinggi.

Diah sempat berhenti memanjat sejenak dan memandang ke arah Tim, namun kemudian segera memanjat lebih tinggi lagi. Di atas pohon, Diah sibuk makan daun muda Croton argyratus.

Disambut Musim Buah Kehje Sewen
Akhirnya mereka pulang sudah ke kampung halaman mereka di Kalimantan Timur. Yayang sudah 9 tahun berada di Kalimantan Tengah, sementara Diah sudah 13 tahun. Tim Monitoring akan memantau aktivitas mereka secara khusus untuk memastikan bahwa mereka dapat bertahan hidup di Hutan Kehje Sewen, setelah sekian lama hidup di Kalimantan Tengah.

Seakan menyambut kedatangan mereka, Kehje Sewen saat ini sedang musim buah. Beberapa buah yang muncul antara lain Liana, Geunsia pentandra, Artocarpus sp, Palaqium, Koordersiodendron pinnatum, dan masih banyak lagi. Sementara di titik pelepasliaran Yayang-Sayang dan Diah sendiri, kaya akan berbagai jenis pakan orangutan antara lain Adinandra, Macaranga, Liana, Geunsia pentandra, Artocarpus sp, Palaqium, Koordersiodendron pinnatum, Aglaia, Litsea, Croton argyratus, Calamus, Epifit, Ficus, dan lain-lain. Dengan kondisi seperti ini, Yayang-Sayang dan Diah pasti akan mudah mendapatkan makanannya.

Tampaknya, Sayang dan ibunya serta Diah menikmati betul rumah baru mereka dan makanannya yang kaya. Kita biarkan mereka beristirahat sejenak dan menjelajah rimbunnya pohon di Hutan Kehje Sewen, sementara kita pulang ke Camp dengan rasa haru. Selamat kembali ke rumah kalian, Yayang, Sayang dan Diah. Dan selamat menikmati musim buah yang menyenangkan!


Mereka diturunkan dari pesawat

Membersihkan dan mempersiapkan titik rilis dan helipad

Pengecekan helikopter dan kargo net

Tim mengangkut kandang ke titik rilis

Ariyo Sambodo membuka kandang Yayang dan Sayang

Ketiga orangutan ini menikmati rumah baru mereka

Yayang

Kesan dari Masino, Orangutan Keeper dan HLO Samboja Lestari
Pelepasliaran Yayang, Sayang dan Diah merupakan pelepasliaran orangutan lintas provinsi pertama yang dilakukan oleh Yayasan BOS. Demikian juga Masino, orangutan keeper dari Samboja Lestari, untuk pertama kalinya menunaikan tugasnya sebagai Helicopter Landing Officer. Dengan arahannya, helikopter mendarat sempurna di helipad Camp 103 Kehje Sewen, sekaligus mendaratkan kandang Yayang-Sayang dan Diah. Dalam proses pengangkutan ketiga orangutan betina ini menuju titik pelepasliaran mereka, Masino ikut mengangkut kandang bersama Tim RHOI.

Masino mengaku tegang saat melaksanakan tugas pertamanya ini. Sebelum helikopter tiba dan bahkan beberapa hari sebelum tiba di Camp, Masino terus berkata bahwa dirinya tidak percaya diri. Baginya, ini adalah sebuah momen besar yang penting ketika untuk pertama kalinya Yayasan BOS memulangkan orangutan yang telah lama tinggal di Kalimantan Tengah ke rumah sejati mereka di Kalimantan Timur. Masino merasa membawa tanggungjawab besar di tangannya untuk mengarahkan helikopter dan mendaratkan Yayang-Sayang dan Diah dengan aman dan selamat.

Meski tidak pernah mengenal Yayang-Sayang dan Diah terlalu dekat, Masino merasa terharu saat melihat mereka keluar dari kandang dan memanjat tinggi ke atas pohon.

“Senang rasanya melihat mereka pulang ke rumah mereka di Kalimantan Timur. Terlebih Diah. Karena dia dulu pernah belajar di Samboja Lestari, namun kemudian belajar di Nyaru Menteng selama 13 tahun. Akhirnya dia kini bisa pulang ke Kalimantan Timur.” Masino juga berharap semoga orangutan yang kemarin dikirim ke Kalimantan Tengah, terutama Cici yang sangat aktif (sebenarnya Masino bilang “nakal”), bisa cepat menyesuaikan diri dengan habitat alami mereka dan segera pulang ke hutan Kalimantan Tengah.

Selamat dan terima kasih untuk Masino karena telah menunaikan tugasnya dengan baik. Tetap semangat!




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup