PENGALAMAN MENGAMATI ORANGUTAN
Tim PRM mendapat tambahan empat orang personil. Mereka adalah rekan-rekan yang menyenangkan dan mau belajar banyak hal baru!
Salah satu inisiatif penting yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam upaya melestarikan satwa endemik satu ini ialah dengan program repatriasi orangutan dari luar negeri ke Indonesia. Proses pemulangannya sendiri melibatkan beberapa tahap penting. Mulai dari identifikasi individu orangutan yang berada di luar negeri, negosiasi dengan pihak berwenang di negara tersebut, hingga persiapan dan pelaksanaan pengirimannya kembali ke Indonesia.
Baca juga: APAKAH ORANGUTAN JUGA BEREMPATI?
Salah satu contoh kasus orangutan repatriasi yang dititipkan di pusat rehabilitasi kami ialah orangutan Du. Du ialah salah satu orangutan betina yang berhasil dipulangkan dari Thailand ke Indonesia bersama 49 orangutan lainnya di tahun 2006. Saat itu, usianya sudah lebih dari 10 tahun dan ia langsung masuk ke dalam karantina sebelum akhirnya bergabung dengan orangutan lain di pulau prapelepasliaran.
Tiga tahun setelah kepulangannya, Du dikabarkan hamil dan melahirkan anak pertamanya yang kemudian kami beri nama Dea. Tidak ada hubungan yang lebih indah daripada hubungan antara ibu dan anak. Hal ini juga berlaku tidak hanya pada manusia, tetapi juga orangutan. Du sangat terampil membesarkan anaknya. Dea sendiri kemudian tumbuh menjadi orangutan yang cekatan dan cerdas. Hasilnya, Dea akhirnya dapat menjadi salah satu orangutan yang dilepasliarkan pada tahun 2019 di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR). Hal ini tentunya menjadi pencapaian yang berharga dari dunia konservasi. Usaha repatriasi sekaligus rehabilitasi orangutan repatrian dapat berjalan sesuai dengan tujuan utamanya, yaitu meningkatkan populasi orangutan di alam liar.
Baca juga: BAGAIMANA ORANGUTAN BERKOPULASI
Tidak berhenti sampai di situ, Du kembali melahirkan anak keduanya pada tahun 2016 di pulau prapelepasliaran. Anak tersebut kemudian kami beri nama Dinda. Kini, Dinda tumbuh menjadi salah satu orangutan betina cerdas dan tengah menjalani hidup mandirinya di Pulau Prapelepasliaran Kaja. Di tahun 2022, Du kembali terpantau menggendong bayi ketiganya yang kemudian kami beri nama Dai. Bersamaan dengan itu, sahabat dekatnya yang juga orangutan repatriasi bernama Melata juga melahirkan bayi lain yang kami beri nama Dumel. Sayangnya, Melata tidak lagi terlihat di awal tahun 2023. Bersamaan dengan itu, Dumel sudah berada di bawah perawatan Du. sejak saat itu, Du akhirnya mengadopsi anak ini dan merawatnya bersamaan dengan ia merawat Dai.
Sebagai habitat semi-liar, kondisi pulau prapelepasliaran tentunya juga tidak bisa diprediksi dan minim jangkauan manusia. Sebelumnya, Dumel sempat terlihat diambil oleh orangutan lain berjenis kelamin jantan. Beruntung hal tersebut tidak berlangsung lama. Dumel kembali di bawah perawatan Du. Untuk menghindari hal tersebut terulang kembali dan demi keselamatan bayi mungil ini, tim medis kami akhirnya memutuskan untuk memindahkan Du dan kedua anaknya ke kompleks individu di belakang klinik pusat rehabilitasi kami.
Baca juga: SIGNE, IBU SEKALIGUS GURU
Seiring perkembangannya, Dumel justru lebih sering terlihat menempel pada Du jika dibandingkan dengan Dai. Orangutan betina rehabilitan terlihat jarang membawa dua bayi sekaligus dalam satu masa. Kebanyakan dari mereka akan merawat bayi selanjutnya saat bayi sebelumnya sudah cukup mandiri dan lepas dari gendongannya. Hal ini biasanya membutuhkan jarak waktu sekitar enam sampai tujuh tahun atau bisa lebih lama dari itu.
Kisah perjalanan Du dari orangutan repatriasi kemudian menjadi ibu orangutan berpengalaman dan berhasil merawat empat bayi menjadi harapan besar untuk usaha konservasi primata istimewa yang satu ini. Ia mampu beradaptasi dengan baik sejak kepulangannya bahkan melahirkan populasi baru orangutan. Salah satu anaknya juga telah berhasil dilepasliarkan. Hal ini menunjukkan bahwa tentunya program repatriasi juga merupakan langkah penting dalam upaya melestarikan satwa endemik Indonesia.
Dengan kerja sama antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat, kita dapat memastikan bahwa orangutan yang telah diselundupkan ke luar negeri dapat kembali ke habitat alaminya dan berkontribusi pada keseimbangan ekosistem di Indonesia.