Apakah kamu member?

HARRISON FORD BERKUNJUNG KE NYARU MENTENG

Kamis 5 September 2013, Nyaru Menteng kedatangan tamu istimewa. Harrison Ford, aktor kawakan Hollywood, bersama timnya mengunjungi Nyaru Menteng untuk sebuah  misi  menyelesaikan produksi film di Indonesia dalam kegiatan The Years Project dengan judul The Years Living Dangerously. Harrison didampingi tim-nya yang luar biasa, termasuk produser mereka, Solly Granatstein yang telah 7 kali memenangkan Emmy Award dan Ilmuwan terhormat Russ Mittermeier.

Harrison dan tim-nya melakukan pengambilan gambar di sejumlah lokasi di Nyaru Menteng, di antaranya area karantina dan klinik orangutan, pulau pra-pelepasliaran yakni Pulau Kaja dan Bangamat, Nursery Group (Sekolah Bayi Orangutan), Sekolah Hutan dan kompleks karantina orangutan Nyaru Menteng 2.

Didampingi langsung oleh Anton Nurcahyo (Program Manager Nyaru Menteng), Dr. Jamarthin Sihite (CEO BOSF), Jacqui Sunderland  Groves dan Lone Doscher Nielsen (Senior Advisor BOSF), pemeran utama sejumlah film box office dunia ini tampak sangat antusias dan peduli terhadap usaha pelestarian orangutan yang dilakukan oleh Yayasan BOS. Sebelum pengambilan gambar dilakukan, Harrison menanyakan latar belakang kisah orangutan itu berasal dan memahami besarnya tantangan yang dihadapi dalam upaya konservasi orangutan di Indonesia. Ia juga sangat sopan dan ramah, dengan meluangkan waktunya menyapa teknisi atau babysitter yang dia temui selama kegiatan pengambilan gambar di Nyaru Menteng.

Peduli Konservasi Orangutan
Harrison memberikan perhatian dan kepeduliannya terhadap usaha pelestarian lingkungan  dan perlindungan satwa liar khususnya orangutan.

Bukan hal yang mudah bagi Harrison dan timnya untuk bisa berkunjung ke Yayasan BOS Nyaru Menteng. Harrison harus memenuhi persyaratan yang telah diatur oleh pemerintah Republik Indonesia dan Yayasan BOS, salah satunya persyaratan tes kesehatan. Harrison dan tim-nya menunjukkan keseriusan mereka dengan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan dalam program reintroduksi orangutan ini. Ini merupakan contoh yang baik dan wujud kepedulian Harrison terhadap program reintroduksi orangutan yang dijalankan oleh Yayasan BOS.

Selama kunjungannya ke Nyaru Menteng, Harrison menyaksikan seluruh proses rehabilitasi orangutan untuk dapat dilepasliarkan di alam liar, mulai dari karantina, sekolah bayi, berbagai tingkatan di Sekolah Hutan, hingga pulau pra-pelepasliaran.


Harrison bersama Program Manager Nyaru Menteng setelah penanaman pohon (Kredit foto: Indrayana)

Harrison Ford berkunjung ke Nyaru Menteng (Kredit foto: Indrayana)

Di Nyaru Menteng Harrison mempelajari lebih jauh tentang dampak deforestasi di Kalimantan (Kredit foto: Indrayana)

Harrison menanam pohon beringin sebagai kenang-kenangan (Kredit foto: Indrayana)

Harrison bersama Tim Medis Nyaru Menteng (Kredit foto: Indrayana)

Harrison dan timnya, Lone, serta CEO Yayasan BOS mengunjungi pulau pra-pelepasliaran (Kredit foto: Indrayana)

Di Nyaru Menteng Harrison mempelajari lebih jauh tentang dampak deforestasi di Kalimantan. Orangutan saat ini berada dalam ancaman besar akibat perusakan habitat melalui penebangan, kebakaran, konversi hutan untuk perkebunan, alih fungsi hutan untuk pertambangan, perburuan, baik untuk dikonsumsi ataupun perdagangan satwa ilegal di Indonesia dan Malaysia, atau permintaan luar negeri. Diperkirakan populasi orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) telah menurun sebesar 75% sejak tahun 1900 dan diperkirakan jumlahnya kini tinggal 54.000. Dengan terus menurunnya angka tersebut akibat terancamnya habitat mereka, orangutan Kalimantan dinyatakan sebagai terancam punah dan dilindungi oleh hukum nasional dan internasional.

Jelas tanpa hutan, orangutan tidak dapat bertahan hidup. Sementara itu, tanpa hutan, Yayasan BOS tidak bisa melepasliarkan orangutan kembali ke habitat alami mereka untuk membangun populasi orangutan liar baru yang layak. Harrison menyatakan keprihatinannya bahwa selepas Sekolah Hutan, orangutan belum tentu dapat dilepasliarkan karena minimnya ketersediaan hutan yang layak bagi habitat alami mereka. Keprihatinan inilah yang menjadi alasan Yayasan BOS, melalui program Restorasi Habitat Orangutan (RHO), menyewa lahan dalam konteks Restorasi Ekosistem guna menyediakan hutan yang layak dan aman bagi orangutan.

Yayasan BOS harus menjamin kelangsungan hidup orangutan selama masih berada di pusat reintroduksi. Setelah menyewa lahan yang biayanya jauh lebih mahal dari seluruh biaya proses rehabilitasi orangutan, Yayasan BOS masih harus menanggung biaya proses rehabilitasi orangutan itu sendiri yang tidak sedikit. Harrison yang peduli terhadap isu deforestasi, memahami bahwa usaha konservasi orangutan ini menjadi harga yang harus dibayar akibat perusakan hutan.

Thank you, Harrison!
Sore hari, setelah proses pengambilan gambar berakhir dan sebelum meninggalkan Nyaru Menteng, Harrison menanam pohon beringin (Ficus benjamina, sp) di kompleks karantina Nyaru Menteng 2 sebagai kenang-kenangan kunjungannya ke Nyaru Menteng.

Kami mengucapkan terima kasih atas kunjungan Anda, Harrison. Mudah-mudahan kunjungan Anda akan membuat lebih banyak orang memahami pentingnya melestarikan hutan dan upaya konservasi orangutan.




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup