Apakah kamu member?

KABAR DARI BUKIT BATIKAP (BAGIAN 1)

Perjalanan Tim dari Nyaru Menteng ke Bukit Batikap.

Dalam persiapan pelepasliaran kelima orangutan Nyaru Menteng ke Hutan Lindung Bukit Batikap, tim yang terdiri dari teknisi berpengalaman dari Nyaru Menteng, personil terlatih yang tergabung dalam Petugas Pendaratan Helikopter (HLO), dan Tim Media / Tim Dokumentasi Nyaru Menteng, bergabung bersama Tim Pelepasliaran dan Tim Pemantauan yang berbasis di Kamp Totat Jalu di Bukit Batikap.

Untuk mencapai kamp kami di Bukit Batikap membutuhkan waktu antara dua hingga tiga hari, tergantung kondisi cuaca, ditempuh dengan menggunakan mobil dan perahu. Tim meninggalkan Palangka Raya pada tengah hari tanggal 9 Februari dan menginap semalam di Kamp Menyalap di Desa Dirung setelah perjalanan hampir 12 jam dengan mobil.

Keesokan harinya perjalanan dilanjutkan dengan speedboat selama 3 jam menuju Kamp B, sebuah kamp transit kecil untuk pekerja pertambangan batu bara. Dari Kamp B, tim melanjutkan perjalanan menggunakan ces (perahu) selama 4 jam untuk sampai ke Tumbang Naan, sebuah desa kecil dekat Bukit Batikap, di mana kami beristirahat untuk malam kedua. Pada hari ketiga perjalanan dilanjutkan dari Tumbang Naan, 3 jam dengan ces menuju Desa Tumbang Tohan. Dari sini perjalanan terakhir dilakukan dengan naik ces selama 3 jam untuk sampai di Kamp Totat Jalu. Tim akhirnya tiba di kamp sekitar pukul 8 malam pada 11 Februari.

Persiapan Pelepasliaran

Persiapan pelepasliaran telah dimulai beberapa hari sebelum tanggal pelepasliaran. Dua hari sebelum orangutan tiba, tim kembali memeriksa kondisi titik-titik pelepasliaran untuk memastikan lokasi itu mudah diakses pada hari pelepasliaran yang telah ditentukan.

Empat titik pelepasliaran telah dipersiapkan bagi 20 orangutan. Empat orangutan akan dilepasliarkan di hutan di belakang kamp (dekat dengan helipad), enam orangutan yang terdiri dari 2 pasang ibu dan anak serta dua orangutan betina akan dilepasliarkan di sepanjang Sungai Joloi, dan sisanya 10 orangutan yang terdiri 2 pasang ibu dan anak dan 6 orangutan lain akan dirilis di dua titik di sepanjang Sungai Teneng.

Sehari sebelum orangutan grup pertama tiba, tim pelepasliaran melakukan simulasi untuk menguji peralatan dan latihan akhir bagi operator kandang transportasi. Tim juga membersihkan helipad dari benda-benda yang berpotensi menimbulkan bahaya akibat angin yang dihasilkan oleh pendaratan helikopter.

Pada pagi hari ketika hari pertama pelepasliaran dijadwalkan, ketika semua orang tengah sibuk dengan persiapan akhir, kami tiba-tiba kedatangan tamu istimewa. Tarzan, orangutan jantan dominan yang dilepasliaran pada bulan Februari 2012 lalu, mengunjungi kami di kamp! Kami mengenalinya melalui panggilan panjang (long call) beberapa lama sebelum akhirnya dia muncul dan menyelinap di pohon buah-buahan di belakang kamp.

Hari Pertama - 10 Orangutan Dilepasliarkan di Hari Kasih Sayang

Orangutan grup pertama diangkut dengan helikopter Squirrel dengan sling dan jaring transportasi pada pukul 9 pagi. Mereka adalah Darsi, Edwan, Rachmad, dan Klowor. Mereka semua dilepasliarkan pada titik pelepasliaran di belakang Kamp Totat Jalu, di tepi Sungai Posu. Darsi, mendapat angka keberuntungan pertama untuk dilepasliarkan lebih awal. Sebagai satu-satunya orangutan betina dalam grup ini kami berharap ketiga orangutan jantan lainnya yang dilepasliarkan belakangan akan mengikuti dia ke hutan sehingga tidak berkeliaran di titik pelepasliaran. Setelah Darsi dilepasliarkan, yang mendapatkan giliran berikutnya adalah Edwan, Rachmad, dan Klowor.

Begitu kandang transportasi dibuka, Darsi yang kami pikir mungkin masih mengantuk akibat obat penenang, justru dengan penuh percaya diri naik ke atas pohon di hadapannya. Dia membuat sarang untuk mencoba tidur siang sejenak. Menjelang sore, ia mencoba membuat sarang yang lebih baik untuk tidur di malam hari tetapi Rachmad terus mengikutinya. Darsi membuat sarang hingga lima kali sampai Rachmad akhirnya menyerah mengganggu dia!

Sementara Klowor justru sudah menghabiskan makanannya di dalam kandang transportasi ketika kami pikir dia belum sembuh dari sedasi. Maka diapun segera kami lepasliarkan.


Perjalanan menuju Kamp B menuju Tumbang Naan ditempuh dengan ces (perahu). (Foto oleh Media Romadona)

Tim kami di Bukit Batikap. (Foto oleh Anna Marzec)

Pembukaan jaring transportasi. (Foto oleh Anna Marzec)

Kandang Klowor dibuka. (Foto oleh Anna Marzec)

Centil dan anaknya Ross menikmati rumah baru. (Foto oleh Anna Marzec)

Lupita setelah dikejutkan oleh seekor tupai. (Foto oleh Anna Marzec)

Edwan adalah orangutan berikutnya yang langsung naik ke atas pohon terdekat begitu pintu kandang transportasi dibuka. Menurut Tim Pemantau yang mengikutinya, ia asyik memakan rayap yang ia temukan bersarang di beberapa kulit pohon.

Pada pukul 10.30 pagi ia membuat sarang dan beristirahat sekitar satu jam. Edwan akhirnya membuat sarang untuk beristirahat malam tidak jauh dari titik pelepasliarannya sekitar pukul 5 sore. Hari ini Edwan benar-benar menghabiskan sebagian besar waktunya bersama Klowor sampai akhirnya mereka berpisah pada pukul 4.30 sore ketika Klowor memutuskan untuk masuk lebih dalam ke hutan. Mereka tampaknya sama sekali tidak terganggu atau terintimidasi oleh banyaknya panggilan panjang dari Tarzan.

Penerbangan helikopter kedua membawa Lupita, Manggo, Centil dan bayinya Ross, dan Markisa bersama bayinya Uli. Mereka akan dilepasliarkan pada titik dekat Sungai Joloi. Centil dan Ross dilepasliarkan pertama kali, diikuti oleh Markisa dan Uli, Manggo anak pertama Markisa, kemudian Lupita.

Sangat menarik melihat Centil keluar dari kandang transportasi begitu dibuka. Dia melangkah keluar membawa bayinya Ross, melihat-lihat sejenak, dan kembali ke kandang untuk mengambil jagung! Dengan jagung di tangannya, dia naik ke tumbuhan liana dan beristirahat sambil menikmati jagung. Dia tidak pergi terlalu jauh dari titik pelepasliaran, sehingga Tim Pemantau yang ditugaskan untuk mengikutinya tidak perlu harus berjalan jauh. Centil menikmati Ficus sp. atau buah lunuk yang berlimpah di sekitar titik pelepasliaran. Matanya tidak pernah berhenti mengawasi Ross yang berkelana sendirian tidak jauh dari ibunya. Sesekali Centil memandang ke arah kami dan mereka akhirnya membangun sarang pukul 5 sore sekitar 50 m dari titik pelepasliaran.

Markisa dan Uli tinggal bersama dengan Manggo setelah dilepasliarkan. Uli bermain dengan kakaknya Manggo sementara Markisa menikmati buah di sekelilingnya.

Lupita berjalan cukup jauh dari titik pelepasliaran, meskipun dia masih belum pulih betul dari lelahnya perjalanan. Dia tidak langsung memanjat pohon, melainkan berjalan di tanah dan bergantung pada liana rendah di sekitarnya untuk sementara waktu. Ketika akhirnya dia masuk ke hutan, kami dikejutkan oleh suaranya yang mirip suara babi, yang menunjukkan bahwa dia sedang marah. Rupanya dia terkejut karena kehadiran seekor tupai! Dia mencoba untuk memukul tupai itu tetapi tidak mengenai sasaran dan tupai itu melarikan diri. Tidak lama kemudian, dia kembali membuat suara mirip babi lagi. Kali ini dia terkejut oleh burung rangkong yang lewat. Lupita benar-benar perlu belajar bahwa hutan dipenuhi oleh makhluk lainnya.

Pukul 5.30 petang ketika semua orangutan akhirnya membuat sarang mereka dan benar-benar siap untuk beristirahat, kami masih memiliki pekerjaan untuk melepasliarkan 10 orangutan lagi keesokan harinya. Dan cerita akan berlanjut.




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup