Apakah kamu member?

PELEPASLIARAN ORANGUTAN HARI KE-2, SEMPURNA UNTUK MERDEKA

Kabut menyelimuti Nyaru Menteng setelah hujan turun semalaman. Seperti hari pertama pelepasliaran kemarin, pagi ini pun tim pelepasliaran memulai aktivitas sejak pukul 4.30 dini hari. Berita bahwa cuaca di Puruk Cahu ternyata lebih baik daripada kemarin menambah semangat tim pada hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-68 ini. Hari ini, 17 Agustus 2013, kami akan merayakan HUT RI dengan mengirimkan sembilan orangutan lagi ke Puruk Cahu dan Batikap, kelompok terakhir dari total 18 kandidat pelepasliaran orangutan kali ini, menuju kemerdekaannya.

Para Pejantan
Uban adalah yang pertama diberi obat bius. Jantan bercheekpad ini belum sepenuhnya tertidur ketika dikeluarkan dari kandang karantinanya. Bibirnya masih sedikit bergerak-gerak, tangannya pun masih bergerak-gerak sedikit ketika disentuh teknisi. Karena tubuhnya yang besar dan seberat 82 kg, dibutuhkan lima orang untuk memindahkannya ke dalam kandang transportasi.

Sama seperti Bonet kemarin, Mongki juga rupanya belum tertidur lelap ketika dikeluarkan dari kandang karantinanya. Ketika hendak dipindahkan ke dalam kandang transportasi, ia bangun lagi walaupun tidak lama kemudian dia terlelap.
Sementara itu, Max, jantan lainnya yang juga memiliki cheekpad, tampak terganggu dengan kehadiran para teknisi dan dokter hewan disekitar kandang karantinanya. Dia memukul-mukul jeruji dan melemparkan potongan ban karet ke arah tim. Akhirnya, ia berhasil dibius dan dipindahkan ke kandang transportasi dengan lancar.

Para Betina
Si kecil Georgina meraung-raung ketika untuk sementara dipisahkan dari ibunya, Matilda. Matilda yang sudah tertidur dipindahkan ke kandang transportasi oleh beberapa teknisi dan Georgina digendong oleh teknisi lain. Mendengar Georgina yang berteriak seperti itu sungguh membuat sedih, memikirkan betapa banyaknya anak orangutan di luar sana yang direnggut dari ibunya dan bagaimana anak-anak itu pasti berteriak memanggil ibu mereka. Setelah Georgina diberikan obat cacing, seorang teknisi pun menggendong Georgina dan kembali menempatkannya di perut Matilda. Si kecil yang baru berumur 2 tahun itu langsung mendekap ibunya erat-erat.

Sementara menunggu obat bius bekerja pada Astria yang rupanya masih segar dan loncat-loncat di kandang karantinanya, orangutan lainnya segera dimasukkan ke atas truk dan truck 4WD. Dokter hewan juga sempat memeriksa keadaan gigi Nielsen dan Astria. Menurut Anton Nurcahyo, Program Manager Nyaru Menteng, dibandingkan dengan orangutan yang pernah dipelihara manusia, orangutan yang dilahirkan di pulau atau di pusat rehabilitasi biasanya memiliki gigi yang lebih baik. Astria tidak hanya memiliki gigi yang sehat. Dia mungkin juga adalah orangutan tercantik di Nyaru Menteng dengan bulu mata panjang dan indah. Astria akan memikat hati banyak orangutan di hutan suatu hari nanti.

Setelah semua siap dan tim selesai makan makanan kecil sebagai pengganjal perut, kami pun meluncur ke Bandara Tjilik Riwut di Palangka Raya, di mana pesawat Pelita Air sudah menunggu untuk membawa para orangutan ke Bandara Dirung di Puruk Cahu.

Hari yang Sempurna untuk Merdeka
Ketika sampai di bandara Tjilik Riwut, kami tidak langsung memuat orangutan ke dalam pesawat karena staf bandara sedang mengikuti upacara bendera HUT RI dan Dirung rupanya sedang berkabut tebal. Tapi tidak lama, sekitar jam setengah sembilan pagi, kami pun memulai proses loading. 

Pukul sembilan pagi, pesawat Pelita Air terbang membawa Uban dkk ke Puruk Cahu. Dokter hewan Meryl, teknisi Tedison, dan seorang staf BKSDA ikut menemani dalam perjalanan ke Puruk Cahu.

Dengan cuaca yang cerah, hanya dibutuhkan sekitar 45 menit untuk tiba di Puruk Cahu. Sesampainya di sana, tanpa ditunda-tunda semua orangutan dalam kandang transport dipindahkan dari pesawat. Empat kandang transport yang berisi Matilda-Georgina, Astria, Mita dan Max langsung ditempatkan dalam jaring sling load helikopter untuk segera dibawa ke Karangan Monnu di Hutan Lindung Bukit Batikap. Dengan laporan yang kami terima dari Batikap mengatakan bahwa cuaca di sana pun cerah ceria, helikopter segera berangkat pada pukul 10.15 pagi.

Empat orangutan lainnya menunggu di bandara ditemani para teknisi dan dokter hewan yang menjaga mereka. Dokter hewan Meryl bahkan sempat membuat susu untuk mereka! Karena Uban tampak paling gelisah diantara yang lain, si jantan bertubuh besar ini mendapatkan jatah ekstra susu. Benar saja, setelah puas minum susu (dan makan pisang) Uban tampak lebih tenang.

Sekembalinya helikopter dari Batikap, pilot melapor bahwa cuaca di Batikap benar-benar cerah. Maka tim langsung mempersiapkan Lona, Nielsen, Uban dan Mongki untuk diterbangkan menuju rumah baru mereka. Setelah para pilot menyantap makan siang, mereka langsung menerbangkan para orangutan ini ke Batikap.


Pemeriksaan Gigi Nielsen (Kredit foto: Indrayana)

Loading di Bandara Tjilik Riwut (Kredit foto: Indrayana)

Tim Pelepasliaran (Kredit foto: Indrayana)

Siap Terbang (Kredit foto: Indrayana)

Matilda dan Georgina (Kredit foto: Indrayana)

Max (Kredit foto: Indrayana)

Merdeka di Hutan!
Helikopter itu kemudian kembali ke Puruk Cahu membawa sebuah flash-diskyang berisi berita gembira dan beberapa titipan foto dari tim di Batikap. Semua orangutan sudah dilepasliarkan!

Di Batikap, kandang Matilda dan Georgina adalah yang pertama dibuka oleh teknisi Arfan hari ini. Matilda bahkan tidak menengok ke belakang. Dengan putrinya Georgina yang bergelantung erat di sisinya, dia langsung keluar dan memanjat pohon. Astria, putri pertama Matilda, mendapat giliran berikutnya untuk dilepasliarkan. Dia pun langsung keluar, meraih liana dan menggunakannya untuk berayun ke pohon lain, untuk bergabung dengan sang ibunda dan adiknya.

Kemudian kandang Mita dibuka oleh teknisi Nanggau. Seperti Matilda dan Astria, Mita pun langsung naik pohon. Tak lama, dia pun pindah ke pohon yang lebih besar.

Lalu teknisi Owang membuka kandang Max. Max agak sedikit galak. Ketika keluar, dia berbalik dan mengejar tim dengan kayu. Tim release memutuskan untuk mundur dan memberikan ruang bagi Max. Setelah ditinggal sendiri, barulah Max tenang lagi dan masuk ke hutan. Lona, Uban dan Mongki juga memperlihatkan perilaku agresif yang menandakan mereka siap menjadi orangutan liar sejati.

Sementara kemarin, empat orangutan pertama juga dilepasliarkan dengan suksesnya. Mama Mozzy menggendong anaknya Myzo dan segera memanjat pohon di hadapannya. Lulu, Arun, dan Bule, seperti juga Max, Lona, Uban dan Mongki, terlihat tidak senang dengan kehadiran tim release. Tim kami pun harus mundur agar mereka lebih tenang. Lulu bahkan menyempatkan diri untuk menendang-nendang dan mengguncang-guncang kandangnya, seakan ingin menyatakan dengan tegas bahwa dia tak akan pernah lagi tinggal di kandang. Jangan khawatir, Lulu!

Empat Lagi!
Ditemani oleh dokter hewan Barlian di kandang transit di Puruk Cahu, Ubai, Bonet, Tehang, dan Monmon saat ini tengah menunggu giliran mereka untuk merdeka. Kesempata ini akan datang esok pagi. Semoga cuaca besok akan mendukung kita semua! Merdeka!




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup