Apakah kamu member?

PELEPASLIARAN ORANGUTAN HARI KE-3, 18 ORANGUTAN MERDEKA!

Kegiatan yang kami rencanakan hanya dua hari, harus diperpanjang jadi tiga hari karena kendala cuaca. Begitulah jika Sang Penguasa Alam yang menjadi sutradaranya. Namun di hari ketiga ini, delapan belas lagi orangutan akhirnya telah merdeka di rumah sejati mereka. Empat belas orangutan dilepasliarkan selama dua hari yang lalu dan pagi ini empat orangutan terakhir, juga telah bebas merdeka!

Monmon, Bonet, Tehang dan Ubai seharusnya sudah dilepasliarkan di hari pertama kegiatan pelepasliaran, yaitu di tanggal 16 Agustus lalu. Tapi karena cuaca buruk di hari tersebut, mereka terpaksa menginap di kandang transit di areal PT Indomuro Kencana (IMK), Puruk Cahu dan menunggu giliran untuk diterbangkan. Baru hari ini giliran itu tiba. Keempat orangutan terakhir dalam rangkaian kegiatan pelepasliaran orangutan kali ini akhirnya bergabung di Batikap bersama 14 teman-temannya yang sudah lebih dulu kembali ke hutan.

Cuaca Cerah!
Jam enam pagi dengan cuaca yang cerah, tim release di Puruk Cahu memulai proses pembiusan. Tim di batikap melaporkan bahwa cuaca juga cerah di sana. Sepertinya hari ini juga akan menjadi hari baik untuk memerdekakan kawan-kawan orangutan kita.

Di antara keempat orangutan ini, Tehang adalah yang paling sulit dibius. Sempat satu kali panah bius berhasil menancap di bokongnya, tapi dia cabut dan tidak langsung dibuangnya, melainkan ia pegang dan malah nyengir! Teknisi Tedison langsung masuk dan merebut panah bius itu dari Tehang, supaya dia tidak melukai dirinya sendiri.

Beberapa percobaan berlangsung tanpa hasil sampai dokter hewan Barlian hampir putus asa. Akhirnya Barlian masuk ke kandang transit, mengajak Tehang mengobrol santai untuk mengalihkan perhatiannya. Dan ketika Tehang lengah, cus… Barlian langsung menyuntikkan bius ke badannya. Berhasil! Setelah menunggu beberapa saat, Tehang pun tertidur dan dipindahkan ke kandang transportasi.

Kini semua sudah siap untuk dibawa ke bandara, di mana helikopter sudah menunggu untuk menerbangkan mereka ke belantara Batikap. Dan jam delapan pagi, Monmon dan kawan-kawan pun sudah mengangkasa menuju rumah sejati mereka, menuju kebebasan, menuju kemandirian, menuju kemerdekaan. Beberapa saat kemudian, helikopter kedua juga berangkat ke hutan untuk membawa logistik dan kebutuhan lainnya untuk tim di Batikap.

Sekitar jam 12 siang, helikopter kedua hasil dukungan dari teman-teman di BHP Billiton, yang tadi membawa logistik, kembali ke Puruk Cahu dengan beberapa penumpang. Communications Specialist Yayasan BOS, Paulina Wijanarko, turut keluar dari hutan dengan penerbangan ini dan membawa kisah-kisah seru dari pelepasliaran kloter kedua kemarin.

Lona, Nielsen, Mongki dan Uban
Pelepasliaran Lona dan putrinya Nielsen, serta Mongki dan Uban, dilakukan di titik yang agak jauh dari titik pelepasliaran orangutan-orangutan sebelumnya. Areal tersebut juga perlu dibersihkan terlebih dahulu untuk memudahkan proses pelepasliaran. Karenanya, tim release perlu waktu agak panjang di sore yang cerah tersebut.

Namun tim release tidak menemui kendala berarti. Setelah titik pelepasliaran siap, Lona mendapat giliran pertama. Kandangnya dibuka oleh teknisi Johanis. Keluar dari kandang, Lona langsung berbalik badan, menatap ke arah tim sejenak, lalu naik ke atas pohon. Tapi tidak lama, dia turun lagi dan berusaha mendekati tim. Tim lalu menghalau Lona agar dia naik ke pohon. Dan berhasil. Lona pun naik lagi ke pohon. Ternyata Lona menunggu Nielsen putrinya yang kandangnya berada di sebelah kandang Lona.

Maka tentu saja Nielsen menjadi orangutan yang dilepasliarkan berikutnya. Kandang Nielsen dibuka oleh Pak Tuwe. Benar saja, begitu kandangnya dibuka, Nielsen langsung naik ke pohon dan bergabung dengan Lona, ibunya. Barulah mereka berdua pindah ke pohon buah yang berada tak jauh dari situ dan makan dengan lahapnya.


drh. Barlian mengajak Tehang mengobrol santai (Kredit foto: Monica Devi Krisnasari)

Helikopter tiba di Batikap (Kredit foto: Paulina Wijanarko)

Helikopter tiba di Batikap (Kredit foto: Paulina Wijanarko)

Membawa para orangutan naik ces ke titik pelepasliaran (Kredit foto: Paulina Wijanarko)

Hutan Batikap dari udara (Kredit foto: Paulina Wijanarko)

Mongki duduk di tepi sungai mengawasi tim release (Kredit foto: Paulina Wijanarko)

Uban juga berjaga di tepi sungai (Kredit foto: Paulina Wijanarko)

Nielsen langsung naik ke pohon, menyusul Lona (Kredit foto: Paulina Wijanarko)

Kandang Mongki kemudian dibuka oleh drh. Adhy Maruli. Tapi Mongki tidak langsung naik pohon. Dia tampaknya tidak senang dengan kehadiran tim di dekatnya dan berbalik lalu mengejar hingga ke tepi sungai! Tim release pun menyingkir dan segera naik ces (perahu kayu tradisional seperti kelotok, tapi lebih kecil) lalu pindah ke tempat yang agak jauh namun masih bisa mengawasi Mongki.

Mongki duduk di pinggir sungai, seperti ingin memastikan agar tidak ada yang kembali. Tapi tim tetap bertahan, karena masih harus mengambil kandang kosong untuk dikembalikan ke Nyaru Menteng. Baru ketika Mongki masuk sebentar ke hutan dan mendekati kandang Uban yang belum sempat dibuka, tim release mendapat kesempatan untuk mengambil kandang kosongnya dan meletakkannya di ces. Tak lama, Mongki kembali duduk di pinggir sungai untuk mengawasi tim release.

Dua orang teknisi berhasil menghindari Mongki untuk mendekati kandang Uban. Uban dilepasliarkan oleh teknisi Hendra Wijaya. Tim berharap, Uban akan membuat Mongki menyingkir dari pinggir sungai dan masuk ke hutan. Namun sama seperti Mongki, Uban tidak langsung naik pohon. Dia malah mengguling-gulingkan kandangnya. Mungkin sama seperti Lulu, Uban pun ingin membuat pernyataan bahwa dia tak mau lagi tinggal di dalam kandang.

Setelah puas mengguling-gulingkan kandang, Uban pun mendekati Mongki. Pelan-pelan, tim memindahkan kandang ke lokasi lain agar memudahkan tim untuk memasukkannya ke dalam ces. Namun Mongki melihat tim bergerak membawa kandang dan mulai mengejar. Ia pun merasa terganggu ketika Uban datang mendekatinya.

Ketika sampai ke tempat kandang berada, Mongki duduk di atasnya sementara Uban berdiri di pinggiran sungai, di atas sebuah batang kayu yang hanyut terbawa arus sungai dari hulu. Teknisi yang lain hanya bisa melihat dari seberang sungai sementara teknisi yang masih tertinggal di titik rilis masih berusaha menghindari Mongki. Ketika Mongki sedikit lengah, tim cepat-cepat mengambil kandang Uban, lalu lari dan lompat ke sungai untuk menghindari Mongki. Rupanya Mongki memang takut air, sehingga ia berhenti dan tidak melanjutkan pengejarannya. Barulah kemudian tim release kembali ke camp dengan hati lega karena berhasil menghindari kejaran Mongki dan bahagia karena semua orangutan sudah merdeka!

Selamat Hari Orangutan Sedunia
Maka berakhir pulalah kegiatan pelepasliaran orangutan kali ini. Kisah pelepasliaran keempat orangutan yang berangkat hari ini, harus menunggu tim kami kembali dari Batikap lewat jalan darat pada akhir bulan ini. Namun dari kandang-kandang kosong yang kembali ke Puruk Cahu, jelas bahwa Monmon, Bonet, Ubai dan Tehang pun sudah berhasil dilepasliarkan.
Kegiatan akhir pekan ini pun bertepatan dengan perayaan kemerdekaan Republik Indonesia ke-68. Secara tidak sengaja pula, kegiatan ini juga bertepatan dengan Hari Orangutan Sedunia yang jatuh pada tanggal 19 Agustus esok hari. Selamat Hari Kemerdekaan, orangutan-orangutan kami tercinta. Dan Selamat Hari Orangutan Sedunia!




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup