Apakah kamu member?

ORANGUTAN WARRIOR #1 - HANNI

Sejak pendiriannya di tahun 1991, Borneo Orangutan Survival (BOS) Foundation tetap setia pada tujuan awal organisasi ini didirikan, yaitu fokus pada ‘terwujudnya kelestarian orangutan kalimantan dan habitatnya dengan peran serta masyarakat’. Upaya bersama ini perlu dilakukan berkesinambungan dan bersinergi positif untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan. 
Keberhasilan BOS Foundation melepasliarkan lebih dari 400 orangutan dalam kurun waktu 8 tahun terakhir sangat ditentukan oleh keterlibatan sejumlah individu yang berdedikasi tinggi bekerja untuk pelestarian orangutan. Lelaki dan perempuan tangguh itu bekerja keras setiap hari demi cinta mereka pada orangutan. Mereka adalah para Pejuang Orangutan (Orangutan Warrior) kami. Berkat mereka, sejumlah orangutan kini bisa berkeliaran bebas di alam liar dan terlindungi di hutan-hutan Kalimantan.

Kali ini, kami perkenalkan Hanni, dari tim enrichment Nyaru Menteng di Kalimantan Tengah. Hanni juga kebetulan satu-satunya perempuan di tim enrichment. 

”Perkenalkan, saya Hanni Puspita Sari. Saya bekerja di sini sejak 17 November 2000. Saya memulai karir sebagai babysitter atau pengasuh bayi orangutan sampai tahun 2008,” Hanni mengawali kisahnya.


Tim enrichment bertanggung jawab memantau asupan gizi bagi seluruh orangutan di pusat rehabilitasi sampai saatnya dilepasliarkan ke hutan. Tentu bukan tugas yang mudah, perlu pertimbangan yang sangat terinci untuk meracik menu terbaik bagi orangutan yang nantinya akan dilepasliarkan, juga bagi yang tidak. Tim Enrichment di Nyaru Menteng saat ini merawat 158 orangutan, berarti mereka harus membuat lebih dari 100 enrichment setiap harinya.

“’Enrichment’ itu bukan sekadar memberi mereka mainan atau pakan tambahan bagi orangutan. Tapi itu juga terkait bahasa tubuh dan minat mereka. Seiring berjalannya waktu, saya belajar lebih banyak mengenai perbedaan kebutuhan masing-masing individu dan menyiapkan enrichment yang berbeda,” ucap Hanni, menjelaskan aspek menarik dari pekerjaannya.


Perbedaan dan keunikan karakter masing-masing orangutan menjadi tantangan bagi Hanni. “Saya harus pintar-pintar dan memahami kebutuhan tiap orangutan, dan mengenal masing-masing dari mereka yang kami rawat di Nyaru Menteng, terlepas dari kelompok umur, kemampuan, dan sebagainya,” Hanni menjelaskan tantangan pekerjaannya.

Beberapa orangutan tidak memenuhi syarat untuk dilepasliarkan, akibat kurangnya perilaku alami, penyakit yang tidak dapat disembuhkan, atau cacat fisik. Bagi para orangutan ini, Hanni dan seluruh tim enrichment wajib membuat orangutan nyaman berada di kandang, sebelum kelak mendapatkan kesempatan tinggal di pulau suaka.

“Kami perlu membuat alat enrichment dan menyediakan infrastruktur untuk mendukung rehabilitasi mereka, meski kami tahu mereka tidak akan dilepasliarkan. Kami harus membuat mereka tidak bosan dan menyibukkan mereka, karena orangutan juga bisa stres dan bosan seperti kita.

“Tujuan proses rehabilitasi adalah melepasliarkan orangutan di habitat aslinya, hutan liar, namun sedihnya, tidak semua orangutan memiliki kesempatan yang sama,” Hanni mengakui.


Sebagai seseorang yang bekerja di belakang layar proses rehabilitasi orangutan, Hanni berpesan, “Saya harap kerja kami suatu hari dapat berbuah nyata. Kami menginginkan orangutan yang kami rawat kelak akan hidup sejahtera, spesies ini dapat bertahan. Sebenarnya dengan membantu orangutan kembali ke rumahnya di hutan, berarti kita melakukan hal baik bagi bumi dan bagi seluruh manusia”.




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup