Apakah kamu member?

IMPLAN RADIO TRANSMITTER UNTUK KANDIDAT PELEPASLIARAN

Menemukan, mengikuti dan mengamati orangutan di habitatnya, bukan perkara mudah. Kera besar yang pintar ini kerap mengecoh para pengamat, bergerak gesit tanpa suara, dan bersembunyi dalam lindungan lebat kanopi hutan. Sebagian besar dari mereka tak nyaman lagi melihat manusia. Dan ini pertanda baik. Artinya, mereka semakin liar dan semakin berperilaku layaknya orangutan sejati.

Alat Mungil yang Luar Biasa

Meski begitu, pengamatan (monitoring) adalah kegiatan penting dalam rangkaian proses reintroduksi orangutan. Melalui monitoring kami bisa mengevaluasi tingkat kesuksesan program rehabilitasi yang kami berikan kepada para orangutan sebelum dilepasliarkan. Jika ada kekurangan, kami dapat memperbaikinya untuk pelepasliaran berikutnya.
Karena itulah setiap orangutan kandidat pelepasliaran wajib diimplan sebuah alat mungil sebelum dilepasliarkan. Alat ini disebut radio transmitter. Alat inilah yang akan membantu kami mendeteksi sinyal para orangutan ketika mereka sudah dilepasliarkan di hutan, sehingga mereka lebih mudah ditemukan, diikuti dan diamati.

Sibuk-Sibuk Operasi Implan

Akhir April lalu, ketika rekan-rekan di Samboja Lestari, Kalimantan Timur sedang sibuk melepasliarkan tiga orangutannya di Hutan Kehje Sewen, Tim Medis Nyaru Menteng juga sibuk. Mereka mempersiapkan para orangutan kandidat pelepasliaran yang akan dilepasliarkan sepanjang tahun 2013 ini. Selama empat hari berturut-turut, mereka melakukan operasi kecil dan mengimplan radio transmitter di bawah jaringan kulit pada tengkuk setiap orangutan.

Mongky dan Bento, dua orangutan kandidat pelepasliaran, menjalani implan radio transmitter pada 22 April yang dilakukan oleh drh. Maryos V. Tandang. Esok harinya, giliran Slamet dan Monmon yang diimplan oleh drh. Meryl Yemima. Menyusul Lona dan Nielsen yang dipasangi radio transmitter oleh drh. Agus Fahroni pada 24 April. Sisanya, Nopi, Zona dan Shelli diimplan pada 25 April oleh drh. Riani Anggun Mumpuni.

Pemasangan radio transmitter ini harus dilakukan minimal dua bulan sebelum hari pelepasliaran. Setelah terpasang, selama dua bulan tersebut Tim Medis melakukan pemeriksaan secara rutin untuk memastikan luka bekas operasi telah benar-benar sembuh dan alat pemantau ini berfungsi dengan baik.


drh. Fiet sedang mencukur bulu orangutan yang akan diimplan oleh Indrayana

Proses pemasangan radio transmitter kepada Slamet Oleh drh. Merryl oleh Indrayana

drh. Riani memasang radio transmitter untuk Shelli oleh Indrayana

Kandang Karantina Nyaru Menteng oleh Indrayana

Selamat Kepada Para Kandidat!

Para kandidat ini tidak sembarangan dipilih. Ada sederet kriteria yang harus dipenuhi. Yang pertama adalah umur. Bagi orangutan rehabilitan (orangutan yang diselamatkan pada usia yang sangat muda dan/atau pernah dipelihara manusia), umurnya harus lebih dari 7 tahun sebelum dilepasliarkan. Sedangkan bagi orangutan semi-liar, mereka harus berusia lebih dari 5 tahun.

Mereka juga harus lulus tes kesehatan dan dinyatakan bebas dari berbagai penyakit berbahaya. Ada juga tes genetik untuk memastikan bahwa mereka memang orangutan asal Kalimantan Tengah, yaitu dari sub-spesies Pongo pygmaeus wurmbii.

Tentunya kemampuan mereka pun menentukan kesiapan pelepasliaran. Mereka sudah harus bisa membuat sarang, memilih pakan alami, hidup di pepohonan (arboreal) dan dapat mengidentifikasi bahaya – baik bahaya alami seperti predator dan bencana alam, maupun gangguan manusia.

Bagi para kandidat 2013, proses panjang rehabilitasi sudah mencapai tahap akhir. Kini mereka menunggu di Kandang Karantina Nyaru Menteng untuk mendapatkan giliran dilepasliarkan di hutan, sambil memulihkan luka bekas operasi pemasangan radio transmitter. Semoga kegiatan pelepasliaran sepanjang tahun 2013 ini berjalan lancar dan aman. Dan selamat bagi para orangutan kandidat pelepasliaran!




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup