Apakah kamu member?

MINGGU ISTIMEWA DI KEHJE SEWEN

Setelah sekitar dua bulan kegiatan kami berjalan agak lambat karena kehadiran bulan suci Ramadhan dan liburan Hari Raya Idul Fitri 1435 H, minggu pertama di bulan September ini diwarnai banyak kejadian menarik di Hutan Kehje Sewen. Salah satunya adalah peresmian nama baru camp.
 

Nama Baru, Semangat Baru

Camp kami tadinya bernama Camp 103, karena terletak di Kilometer 103 (jarak dari Muara Wahau ke lokasi camp). Pada 4 September lalu nama tersebut resmi diganti dengan nama yang lebih memiliki arti. Terinspirasi lokasi camp yang berada di tepi Sungai Lesik, namanya kini adalah Camp Lesik. Semoga dengan nama baru ini, aliran Sungai Lesik yang jernih, menenangkan dan selalu memberi kehidupan, menjadi awal kesuksesan, kelancaran, serta kenyamanan bagi kita semua.
 
Nama baru ini diresmikan oleh Dr. Aldrianto Priadjati selaku Deputi Direktur Konservasi RHOI, dengan memasang spanduk Camp Lesik di gerbang masuk ke camp. Peresmian sederhana ini disaksikan oleh anggota tim di Camp Lesik, Koordinator PRM Syahik Nurbani, Penasehat Komunikasi Yayasan BOS Meirini Sucahyo, serta Shiro Chikamatsu, seorang Konsultan dari Ecological Economic Solutions yang sedang berkunjung mewakili MRI (Mitsubishi Research Institute), dalam rangka menjembatani kerja sama antara RHOI dan NEC untuk kegiatan inventarisasi kekayaan Hutan Kehje Sewen.

Kami juga diberikan penjelasan tentang peta transek terbaru yang dibawakan oleh Bapak Aldrin. Seperti nama camp, beberapa nama transek juga diberikan nama baru, di antaranya nama Sungai Tengah menjadi Sungai Tyo dan Transek Sungkai diganti menjadi Transek Rini. Selain itu Bapak Aldrin juga menyerahkan sertifikat Teknisi Terbaik Bulan Juni 2014 pada Wibowo atau yang akrab dipanggil Pak Bowo Bos.
 

Dua Sekawan, Agus & Hamzah

Pertemuan dengan Hamzah, salah satu orangutan pertama yang dilepasliarkan di Hutan Kehje Sewen, merupakan kejadian yang tak kalah menarik. Terakhir kami bertemu Hamzah adalah sekitar bulan Maret lalu. Kami menemukan Hamzah pada 5 September sekitar 200 m dari kandang habituasi, ketika dia sedang bermain dengan Agus. Karena kami hanya mendapatkan sinyal Agus dan tidak berhasil mendeteksi sinyal Hamzah (kemungkinan chip telemetrinya sudah mati karena sudah lebih dari dua tahun), awalnya kami mengira dia adalah orangutan betina karena dia terlihat cukup dekat dengan Agus (jantan), seperti berpelukan. Baru keesokan harinya kami bisa memastikan bahwa orangutan misterius ini adalah Hamzah (juga jantan) setelah melihat sendiri alat kelaminnya dan mencocokkan profilnya dengan berbagai foto Hamzah yang terdahulu. Hari itu Hamzah terlihat masih bermain bersama Agus. Tapi sore itu, 6 September sekitar jam 14.30, Agus akhirnya meninggalkan Hamzah karena bertemu dengan Lesan.

Menurut Dr. Sri Suci Utami, ahli orangutan Indonesia dan juga salah satu penasihat Yayasan BOS, kedekatan antara Agus dan Hamzah merupakan perilaku yang normal antara dua jantan remaja. Mereka pun terlihat sehat dan aktif. Mereka banyak makan buah-buahan hutan, terutama rambutan yang saat ini sedang banyak berbuah di area Gunung Belah. Mereka juga sudah tampak semakin liar dan tidak nyaman didekati oleh manusia. Setiap kali melihat kami, mereka mematahkan ranting-ranting dan melemparkannya ke arah kami sambil mengeluarkan bunyi kiss squeak. Kami pun memberi mereka ruang dan melakukan observasi dari sebuah bukit yang membelakangi tempat mereka berada, yaitu di sekitar Transek Wani.

Setelah berpisah dengan Hamzah, Agus menghabiskan sisa harinya bersama Lesan. Saat malam menjelang, mereka bahkan membuat sarang di dua pohon yang berdekatan. Jaraknya hanya sekitar 20 m. Keduanya masuk ke sarang dan kami pun pulang ke camp. Hari berikutnya, 7 September, Agus dan Lesan masih bersama-sama bermain dan makan di pohon, bahkan Agus sempat mengajak Lesan kopulasi, namun tidak terlalu ditanggapi oleh Lesan. Lesan tampaknya lebih tertarik bermain dengan sebuah karung bekas yang dia temui di seputar kandang habituasi. Jam 15.30, hujan turun cukup deras. Agus dan Lesan tiba-tiba bergerak, berpindah-pindah dengan cepat. Kami yang saat ini mengawasi mereka dari atas bukit berupaya mengikuti mereka, tapi akhirnya kami kehilangan jejak.


Minggu Istimewa di Kehje Sewen (Kredit foto: Fajar)

Minggu Istimewa di Kehje Sewen (Kredit foto: Handoko)

Minggu Istimewa di Kehje Sewen (Kredit foto: Deni)

Minggu Istimewa di Kehje Sewen (Kredit foto: Meirini)

Minggu Istimewa di Kehje Sewen (Kredit foto: Meirini)

Persahabatan Berlian & Sarmi

Menutup minggu ini pada 7 September, kami bertemu Berlian di Transek Suci sekitar jam 09.30. Ternyata ada orangutan lain bersama Berlian, namun kami tidak berhasil mendeteksi sinyalnya sehingga sulit mengetahui identitas orangutan tersebut. Awalnya kami mengira orangutan itu adalah Nila karena profilnya mirip sekali. Tapi kemudian kami menyadari bahwa Nila punya semacam benjolan di pipinya, sementara orangutan ini tidak. Meski begitu kami tetap melakukan observasi pada kedua orangutan ini. Mereka selalu bersama sepanjang observasi kami dan banyak makan, seperti rambutan, daun muda liana, umbut rotan dan sebagainya. Orangutan teman si Berlian tersebut sempat marah pada kami ketika kami terlalu dekat dengan Berlian. Agaknya dia ingin melindungi Berlian. Setelah dua jam observasi, kami pun meninggalkan mereka untuk menikmati sisa hari itu. Barulah ketika kami tiba di camp, kami mengecek kembali semua profil orangutan betina yang dilepasliarkan di Hutan Kehje Sewen dan akhirnya kami pastikan bahwa teman Berlian tersebut adalah Sarmi.

Selain para orangutan, sepanjang minggu ini tim kami juga mencatat berbagai pertemuan dengan satwa liar lainnya, penghuni Hutan Kehje Sewen. Di antaranya adalah kijang, beragam jenis burung termasuk burung rangkong, tupai, dan landak.

Sungguh minggu yang amat sibuk, namun penuh kejutan yang menyenangkan. Semoga minggu depan kami bisa menemui lebih banyak lagi orangutan lainnya.




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup