Apakah kamu member?

DEDIKASI PARA IBU DI BOS FOUNDATION

Hari ini adalah Hari Ibu di Indonesia, dan kami ingin berbagi dengan kalian semua tantangan yang setiap harinya harus dihadapi para ibu di kedua pusat rehabilitasi kami, Samboja Lestari di Kalimantan Timur, dan Nyaru Menteng di Kalimantan Tengah. 

Para ibu asuh kami bekerja keras membimbing dan membantu orangutan melalui proses rehabilitasi agar bisa dilepasliarakn kembali ke hutan. Di pusat rehabilitasi, para ibu asuh ini disadari atau tidak, mengemban tugas yang sama dengan tanggung jawab mereka di rumah, untuk mengurus keluarga dan merawat anak-anak mereka. 

Berikut adalah beberapa pendapat pribadi dari para ibu asuh dan staf perempuan kami yang bekerja di kedua pusat rehabilitasi, untuk memberi gambaran lebih personal mengenai keseharian mereka. 

Apa hal yang paling menarik dari bekerja di BOS Foundation? 

Kumie, seorang ibu asuh di Nyaru Menteng mengatakan, “Tentu saja orangutannya! Ini hal yang paling menarik di BOSF. Sebagai ibu asuh, saya jadi mengenal dan memahami orangutan lebih dalam. Saya jatuh cinta dengan setiap tingkah laku orangutan dan sifat mereka yang unik.”

Sementara bagi Ulfa Hanani, Tim Keuangan di Nyaru Menteng, pengalaman bertemu dengan banyak orang lain yang membuatnya betah. “Di sini saya bertemu dengan banyak orang yang luar biasa menginspirasi dengan berbagai ilmu dan pengetahuan mereka. Saya belajar banyak ketika bekerja di Nyaru Menteng.”

Isnawati, ibu asuh di Samboja Lestari menyukai pekerjaannya berkat suasana hutannya. “Kita menghirup udara segar setiap hari saat bekerja, dan hanya di Samboja Lestarilah udara segar itu bisa kita nikmati, karena di sekitar daerah ini ada banyak daerah pertambangan. 

“Bekerja sebagai ibu asuh orangutan juga sangat menyenangkan, karena tidak banyak orang bisa mendapatkan kesempatan ini. Saya bisa merawat dan mengajari orangutan. Karena populasinya sudah sangat terancam punah, saya membantu melestarikan mereka dan lingkungan.”


Kumie, ibu asuh di Nyaru Menteng

Ulfa Hanani, Tim Keuangan di Nyaru Menteng

Isnawati, ibu asuh di Samboja Lestari

Hani Puspita Sari, anggota senior Tim Enrichment di Nyaru Menteng

Hariyanti, Supervisor Tim Enrichment di Samboja Lestari

Wiwik Yuli Susilowati, Koordinator Keuangan di Samboja Lestari

Sri Ramdhanti, ibu asuh di Samboja Lestari

Apakah pengalaman yang paling berkesan selama bekerja di BOS Foundation?

“Waktu itu saya baru kurang lebih satu minggu bekerja saat ada satu orangutan mendekati. Saya tidak tahu apakah ia ingin bermain, atau ingin tahu. Karena tidak tahu, jadi saya sedikit merasa takut. Tadinya saya pikir semua orangutan itu tampak serupa, ternyata tidak. Saya sempat kesulitan membedakan nama-nama mereka, namun segera mulai mengingat satu per satu nama mereka, dimulai dari yang paling dominan atau paling nakal. Seperti Kirun, yang memang suka mengganggu orang baru,” jelas Hani Puspita Sari, anggota senior Tim Enrichment di Nyaru Menteng.

“Saat ini Kirun berusia 20 tahun dan berada di kompleks karantina. Saat membagikan enrichment di kompleksnya, saya sering berhenti di depan kandangnya dan bilang, ‘Hei Kirun, kamu ingat saya? Kamu sering gigit saya dulu!’ Tapi Kirun juga pernah beberapa kali mengagetkan saat saya datang ke kompleksnya. Mungkin dia ingat saya. Buat saya, interaksi seperti itu adalah pengalaman yang sangat berkesan selama bekerja di BOSF.” 

Sementara Hariyanti, Supervisor Tim Enrichment di Samboja Lestari mengingat pengalamannya, “Saat menjalani tugas untuk mendata pakan dan logistik di Sekolah Hutan, saya pernah didatangi satu orangutan bernama Kikan, yang lantas mendadak menampar saya. Keras, lo! Saya sejak itu selalu berusaha lebih berhati-hati berada di dekat mereka. 

“Saya juga sering bercerita pengalaman kerja kepada kedua anak saya. Saya harap mereka kelak membantu menyebarkan kepedulian terhadap lingkungan dan pelestarian satwa.” 

Pengalaman yang tidak kalah seru diceritakan Wiwik Yuli Susilowati, Koordinator Keuangan di Samboja Lestari. “Di tahun 2015, tempat kami kebakaran besar selama berhari-hari. Akibatnya, lebih dari seratus hektar hutan Samboja Lestari habis terbakar. Selama lebih dari dua pekan lamanya semua karyawan Samboja Lestari bekerja keras memadamkan api, yang terus meluas dan sulit dihentikan akibat cuaca yang sangat kering. Api yang padam selalu bisa muncul kembali dalam hitungan menit. Pada saat itu saya mengatur konsumsi bagi karyawan yang menghadapi kebakaran. Tim pemadam bahkan datang dari instansi lain untuk membantu kami. 

“Di satu siang yang terik, saya dan tim konsumsi membawa makan dan minum bagi tim di lapangan. Tapi ternyata mereka sudah berpindah tempat untuk memadamkan api yang muncul di berbagai titik. Kami tidak menemukan mereka di tempat itu. Mendadak, terdengar suara gemerisik. Saat kami menoleh, ternyata ada semak belukar terbakar tidak jauh dari kami! Kami sempat panik, tapi sadar tidak ada tim pemadam di titik itu, kami harus bertindak cepat. Sembari satu rekan menghubungi tim pemadam melalui radio, saya mematahkan ranting-ranting pohon yang tidak terbakar di sekitar, mencoba membuat sekat bakar darurat, berharap ini memperlambat api menjalar. Beruntung tim pemadam segera muncul dan membantu menjinakkan api itu. Kebakaran hutan Samboja Lestari saat itu merupakan pengalaman yang takkan bisa saya lupakan.” 

Anda memiliki suami dan anak di rumah yang harus Anda perhatikan, bagaimana menyeimbangkan hal ini dengan tanggung jawab di tempat kerja? 

Hani, anggota Tim Enrichment dari Nyaru Menteng merasa ini kewajiban yang harus bisa dia lakukan. “Saya harus membagi waktu antara pekerjaan di rumah dan di kantor secara adil. Saya punya 3 anak laki-laki yang harus saya didik. Setiap hari, saya membersihkan rumah, membuat sarapan, dan setelah mereka berangkat ke sekolah, saya berangkat kerja. Ini sudah saya lakoni kurang lebih 20 tahun. Terkadang waktu untuk mengurus diri sendiri saja kurang. Di kantor saya harus professional, jadi saya tidak akan bawa masalah rumah ke tempat kerja, begitupun sebaliknya. Menjadi ibu yang baik, mitra yang setara bagi suami, dan karyawan bagi BOSF itu, benar-benar harus seimbang.”

Hariyanti, Supervisor Tim Enrichment Samboja Lestari mengatakan, “Saya memiliki dua buah hati yang masih duduk di bangku sekolah. Saat dulu pertama mulai bekerja di Samboja Lestari, saya harus rela membagi waktu antara merawat anak pertama yang saat itu masih berusia 6 bulan dengan pekerjaan. Saya juga kesulitan memberikan ASI eksklusif bagi anak saya. Namun akhirnya, saya tetap bisa membagi waktu.” 

Sementara itu Sri Ramdhanti, seorang ibu asuh di Samboja Lestari menjelaskan padangannya, “Saya harus bisa membagi waktu untuk mengurus putra saya dan bayi orangutan. Di satu sisi saya ingin sekali bisa sepenuhnya mengikuti proses tumbuh kembang putra saya, tapi di sisi lain saya juga harus melakukan hal yang sama terhadap bayi orangutan. Saya menikmati pekerjaan ini, tapi sesekali saya merasa sedih saat mendapatkan jadwal kerja malam dan harus meninggalkan putra saya di rumah.”

Kita bisa melihat bahwa para ibu asuh di pusat rehabilitasi kami membuat pengorbanan besar demi melestarikan orangutan dan habitatnya. Kami sangat menghargai perngorbanan dan kerja keras mereka, para ibu bekerja yang membanting tulang untuk emmastikan para orangutan memiliki kesempatan untuk kembali ke rumah sejati mereka di hutan.
 
Hormat kami semua kepada para ibu di Indonesia dan di dunia!




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup