Apakah kamu member?

JUMLAH ORANGUTAN YATIM PIATU TERUS MENINGKAT

Tak hanya kasus pembunuhan orangutan yang meningkat akhir-akhir ini, tetapi juga jumlah orangutan yatim piatu sebagai dampaknya. Sejak Agustus, dalam kurun waktu kurang dari dua bulan, Nyaru Menteng telah menerima 5 anak orangutan dalam keadaan tanpa induk. Belum lagi pada bulan Oktober, Nyaru Menteng kembali menerima anak orangutan yang datang dalam kondisi memprihatinkan. Sebuah kenyataan pahit, bahwa kami telah menerima anak-anak orangutan tersebut, dan kami tahu bahwa di sana masih ada banyak anak orangutan yang bahkan tidak dapat bertahan hidup dan seberuntung mereka yang diselamatkan. Untuk dapat mengambil anak orangutan dari induknya, induk orangutan harus terlebih dulu dibunuh. Maka dari setiap anak orangutan yang kami terima, kami memperkirakan telah banyak anak orangutan lain yang terbunuh atau mati akibat terluka ketika induknya ditangkap atau dibunuh.
 

Anak Orangutan Yatim Piatu dari Kapuas
Pada 16 September 2013, Nyaru Menteng menerima satu individu anak orangutan betina. Anak orangutan berusia 1,5 tahun ini disita oleh BKSDA Kabupaten Kapuas dari seorang warga Kapuas yang secara ilegal menjadikannya sebagai hewan peliharaan. Anak orangutan ini dipakaikan gaun layaknya anak perempuan oleh orang yang memeliharanya.

Anak orangutan ini menggigil kedinginan, menderita pilek dan terdapat luka yang telah mengering pada kelopak mata kanannya. Pemeriksaan awal oleh Tim Medis kami menyatakan tidak ada yang serius pada kondisinya, namun diperlukan pemeriksaan kesehatan lebih mendalam untuk memastikannya.

Kami tidak mendapatkan informasi tentang bagaimana dan sudah berapa lama dia dipelihara, tetapi yang jelas anak orangutan ini tampak terbiasa dengan manusia dan sangat jinak. Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan dan proses karantina, jika kondisi kesehatannya baik, dia bisa segera bergabung bersama teman-teman orangutan sebayanya dan belajar di Sekolah Hutan. Di sana dia akan belajar kemampuan bertahan hidup di hutan dan mendapatkan kembali sifat alaminya.
 

Melanie dan Fenti
Sebelumnya, pada 26 Agustus, Nyaru Menteng kedatangan penghuni baru dari Barito Utara. Melanie, orangutan betina berusia sekitar 5 tahun, disita oleh BKSDA Muara Teweh dari seorang warga Barito Utara yang memeliharanya. Dari hasil pemeriksaan kesehatan, terdapat 2 butir peluru senapan angin bersarang di lengan sebelah kiri dan leher kirinya. Menurut pengakuan pemiliknya, Melanie ditemukan dalam kondisi tanpa induk di sebuah perkebunan kelapa sawit tidak jauh dari desanya 4 tahun silam.

Melanie sudah dipelihara oleh manusia sejak umurnya masih sangat muda. Proses rehabilitasi untuk mengembalikan sifat alaminya agar kelak dia bisa bertahan hidup di hutan tidak akan berlangsung sebentar. Dia perlu mempelajari banyak keterampilan bertahan hidup, seperti mengenal pakan alami dan predator, membangun sarang, dan lain-lain.

Pada 12 September, anak orangutan betina berusia 4 tahun tiba di Nyaru Menteng setelah disita oleh BKSDA Kalteng dari seorang warga di Katingan. Fenti telah dipelihara selama 2 tahun secara ilegal oleh pemiliknya dan telah kehilangan sebagian besar perilaku alaminya.

Pemiliknya awalnya bersikukuh menolak untuk menyerahkan Fenti. Bahkan setelah petugas BKSDA menjelaskan tentang undang-undang perlindungan satwa liar dan sanksi hukumnya, dia masih mendebat tanpa gentar. Akhirnya, dengan tekanan jumlah personil yang cukup banyak dari Tim BKSDA, diapun menyerahkan Fenti dengan terpaksa.


Bayi Orangutan Yatim Piatu Terus Berdatangan
Pada bulan Oktober, tiba bayi orangutan berusia kurang dari 10 bulan ke Nyaru Menteng. Sura, bayi orangutan jantan berusia 4 bulan, diserahkan oleh salah seorang warga Desa Tumbang Koling, Kabupaten Kota Waringin Timur. Menurut pengakuan orang yang menyerahkannya, Sura ditemukan di sebuah area yang tengah dibuka untuk perkebunan kelapa sawit. Ditemukan dalam keadaan tanpa induk, anak orangutan malang ini bahkan telah kehilangan tiga ruas jari tangan kirinya akibat tebasan benda tajam. Kita hanya bisa membayangkan seperti apa nasib ibunya.
 

Akankah Terus Berdatangan?
Laporan dari masyarakat tentang warga yang memelihara anak orangutan secara ilegal masih terus masuk ke Nyaru Menteng dan BKSDA, sementara hutan untuk kebutuhan perkebunan kelapa sawit baru dan perkebunan lain masih terus dibuka. Jelas di luar sana masih banyak orangutan yang menanti untuk diselamatkan.

Proses rehabilitasi orangutan membutuhkan waktu yang tidak sebentar –lebih dari 7 tahun. Jika anak orangutan yatim piatu terus berdatangan ke pusat rehabilitasi kami, maka target pelepasliaran orangutan ke habitat alami mereka paling lambat tahun 2015 mustahil dapat tercapai. Konservasi orangutan hanya bisa tercapai jika hukum untuk melindungi habitat alami mereka ditegakkan.




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup