KANDIDAT PELEPASLIARAN ORANGUTAN KE-27 DARI SAMBOJA LESTARI
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia dan Yayasan BOS akan segera melakukan pelepasliaran orangutan ke-27 dari Pusat Rehabilitasi Samboja Lestari ke Hutan Kehje Sewen.
Enam orangutan kembali dilepasliarkan dari Pusat Rehabilitasi Nyaru Menteng ke kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) pada 10 November 2024 lalu. Persiapan pelepasliaran orangutan dimulai dengan penuh harapan dan kehati-hatian. Tim medis dan teknisi kami bekerja keras memastikan enam orangutan kandidat pelepasliaran tetap dalam kondisi stabil. Proses pembiusan sekaligus pemindahan orangutan ke dalam kandang angkut merupakan langkah awal perjalanan pelepasliaran.
Baca juga: KANDIDAT PELEPASLIARAN ORANGUTAN KE-44 DARI NYARU MENTENG
Malam harinya, tim pelepasliaran mengadakan briefing untuk merencanakan setiap langkah perjalanan, memastikan logistik lengkap, serta membagi tugas dengan rinci. Persiapan matang ini penting, karena tim akan menempuh perjalanan darat dan sungai untuk membawa orangutan ke titik pelepasliaran.
Perhentian pertama ialah Kantor SPTN II Kasongan. Tim pelepasliaran kami mengurus perizinan masuk kawasan konservasi (SIMAKSI). Selain itu, tim kami juga memeriksa keadaan orangutan sekaligus memberikan enrichment selama di perjalanan seperti air dan buah segar. Enrichment ini untuk menjaga hidrasi dan energi mereka. Perjalanan kembali dilanjutkan menuju Desa Tumbang Hiran. Selama perjalanan darat ini, rombongan tim kami berhenti setiap dua jam sekali untuk memeriksa kondisi orangutan, memastikan mereka tetap nyaman.
Pukul 02:30 dini hari, tim tiba di tempat penyeberangan feri untuk menyeberangi sungai menuju Desa Tumbang Hiran, di mana mereka beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan sungai. Tepat pukul 06:00 waktu setempat, kandang angkut dipindahkan ke atas kelotok—perahu motor yang akan membawa mereka ke titik pelepasliaran di daerah aliran sungai (DAS) Hiran. Selama perjalanan sungai, tim terus memantau kondisi orangutan untuk memastikan kenyamanan mereka.
Setelah enam jam perjalanan sungai, tim akhirnya tiba di titik pelepasliaran pertama di mana kandang angkut Jengyos dan Bejo dibuka. Terlihat bersemangat, kedua orangutan ini langsung menjelajahi habitat baru mereka. Jengyos menikmati interaksi sosialnya dengan Bejo. Mereka terlibat dalam aktivitas gulat dan bermain bersama di tanah. Bejo menyelesaikan aktivitasnya setelah menghabiskan sebagian besar waktu untuk makan sebelum akhirnya membangun sarang di saat yang bersamaan dengan turunnya hujan.
Selanjutnya, tim bergerak ke titik kedua untuk melepas Meryl dan Blegi. Walaupun keduanya tampak berhati-hati pada awalnya, mereka segera beradaptasi dan mulai menjelajahi sekeliling mereka. Blegi memulai petualangannya dengan mengejar Meryl. Sementara itu, Meryl menghabiskan sebagian besar waktunya untuk beristirahat, berpindah tempat, dan menikmati daun muda. Keduanya teramati melakukan kopulasi. Setelah itu, keduanya terlihat membangun sarang dengan jarak berdekatan, sekitar 150 meter dari aliran sungai.
Menjelang hari yang semakin sore, tim kami bertolak ke titik pelepasliaran terakhir. Di titik pelepasliaran ini, kandang Runtu dan Happy dibuka. Happy langsung menunjukkan perilaku aktif. Ia terlihat berkumpul dengan Runtu dan melakukan kopulasi. Setelah itu, keduanya menghabiskan waktu dengan mengunyah getah dari batang pohon. Saat waktu mendekati sore, Runtu beberapa kali mengeluarkan vokal gerutu. Hal ini merupakan ekspresi vokal alamiah yang digunakan oleh orangutan untuk berkomunikasi. Kedua orangutan ini menyambut kebebasan mereka dengan antusias dan menunjukkan keterampilan alami mereka dalam menghadapi lingkungan hutan.
Baca juga: BAGAIMANA ORANGUTAN “BERBICARA”?
Pelepasliaran ke-44 ini diakhiri dengan evaluasi pada pukul 19:10 setibanya rombongan tim ke Pondok Monitoring Himba Pambelum. Evaluasi malam adalah saat ketika tim pelepasliaran dan tim Post-Release Monitoring (PRM) berdiskusi mengenai kondisi orangutan setelah dilepas, sekaligus langkah-langkah pemantauan ke depannya. Semua yang terlibat berharap keenam orangutan ini mampu beradaptasi dan berkembang di habitat aslinya. Sekali lagi, pelepasliaran kali ini membawa harapan baru bagi kelestarian orangutan di alam liar.